Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Humor

Penumpang Gelap: Enggak Bayar, Melotot, Kentut pula

12 Agustus 2019   14:06 Diperbarui: 12 Agustus 2019   15:10 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekarang ini istilah "penumpang gelap" sedang trend. Penumpang gelap ini, katanya, mulai tampak dan menampakkan diri setelah suhu politik yang diakibatkan oleh Pilpres 2019 menurun dan mendingin. Setelah Prabowo Subianto kembali ke jati dirinya, nasionalis, banyak orang yang kebakaran jenggot. Mereka menuduh mantan pangkostrad ini sebagai pengkhianat. Inilah kejadian di dunia politik kontemprer bangsa ini.

Dalam dunia per-angkot-an, atau bus kota, istilah penumpang gelap ini sudah dikenal jauh-jauh hari, bahkan mungkin ketika Prabowo Subianto belum lahir. Penumpang gelap versi angkutan umum adalah orang yang naik tanpa membayar ongkos. 

Di era bus PPD, Mayasari Bhakti, Metromini, Kopaja dulu, sering ditemukan penumpang gelap, yang setelah naik ke dalam bus, pura-pura mengantuk atau tertidur supaya kondektur tidak menagih ongkos. 

Kondektur yang tidak jeli, sudah pastilah kecolongan. Dia tidak memperhatikan dengan cermat orang-orang yang naik ke busnya. Maka ketika penumpang berhati culas naik dan mendapat tempat duduk, dia pura-pura tidur, dan lolos dari penagihan ongkos. 

Tapi aksi penumpang gelap ini bisa berhasil kalau bus sedang dalam keadaan penuh, dan pada saat yang bersamaan ada banyak atau beberapa orang yang naik ke dalam bus. Dalam kondisi seperti ini, orang yang ingin main curang, dalam artian tidak membayar ongkos, sering sukses dalam menjalankan aksinya.

Sebaliknya, kalau kondekturnya jeli cermat dan bernyali, penumpang gelap tidak leluasa menjalankan aksinya. Kondektur macam ini seolah punya "ilmu" tersendiri dalam mengamati dan memperhatikan orang-orang yang naik ke dalam busnya. Maka ketika bus sudah berjalan lagi, dia dengan tenang menghampiri setiap penumpang yang belum membayar ongkos. 

Dia tidak bisa terkecoh dengan orang yang tampak tertidur pulas sambil menelungkupkan wajah ke sandaran bangku di depannya. Bahkan ketika ada yang pura-pura ngorok pun, kondektur ini tidak sungkan untuk menggoyang-goyang badannya, membangunkannya dan meminta ongkos.

Jika oknum penumpang itu pura-pura marah karena tidurnya diganggu lalu mengatakan sudah bayar ongkos dari tadi, si kondektur itu balas menghardik bahwa dia mengenali penumpang yang baru naik itu dari warna bajunya. Apalagi jika warna baju orang yang baru naik itu memang khas atau unik, dia paling mudah ditandai oleh si kondektur. 

Maka penumpang gelap itu biasanya tidak bisa mengelak lagi. Tapi kalau sama-sama ngotot, bisa berantem. Dan di sinilah perlunya si kondektur punya nyali besar. Bisa saja akhirnya dia menyuruh dan memaksa keluar penumpang gelap yang tetap bertahan dengan kebohongannya itu. 

"Kau curang," tuding si penumpang gelap. Tapi si kondektur tidak peduli. Apalagi banyak penumpang yang menyaksikan sendiri bahwa penumpang gelap itu memang belum membayar ongkos. Dan si penumpang gelap itu terus berteriak "curang" menuding kondektur, sembari memasang muka galak ke kondektur. 

Akhirnya para penumpang yang lain pun tersenyum geli, bahkan ada yang menyilangkan jari telunjuk ke kening. Gila, sinting memang orang yang menuduh orang lain curang, sementara dia sendiri yang gemar melakukan kecurangan secara terstruktur sistematis terstruktur (TSM), menyebar hoaks dan fitnah, dll. 

Bah, kok malah jadi ngelantur?

Tapi sering juga kejadian, di mana penumpang gelap yang sudah tidak dapat mengelak lagi, tiba-tiba memasang wajah senyum dan mengatakan "numpang dulu Bang". Kalau kondekturnya berhati lapang dan penuh pengertian, biasanya tidak keberatan dan memaklumi jika orang tersebut mungkin tidak punya uang buat bayat ongkos. 

Namun ada juga kondektur yang dengan sengaja mempermalukan penumpang gelap yang tidak membayar ongkos itu dengan terus ngomel-ngomel. Penumpang gelap yang tidak dapat menahan malu itu pun akhirnya turun dari bus.

Para kondektur tempo doeloe di era PPD dll., punya cerita tentang penumpang gelap yang malah memelototi kondektur waktu menagih ongkos. Tapi sang kondektur yang kebetulan orang Batak, justru balik menghardik: "Bah, apa pula kau ini, sudah numpang, tidur, melotot, kentut pula...!" Hahahhahahahaha...

Soal penumpang yang "buang gas" di dalam bus, para kondektor punya cerita. Suatu siang yang terik, sebuah bus trayek Pasar Minggu - Depok melaju dalam kondisi padat. Menjelang masuk terminal Depok, tiba-tiba terendus aroma bau di dalam bus. Tak salah lagi, pasti ada yang buang angin sembarangan alias kentut. 

Para penumpang termasuk kondektur kompak menutup hidung. Ada yang mengumpat-umpat memaki orang yang buang angin itu. Kondektur tampak sangat kesal dibuatnya, apalagi baunya lama hilang. Semua penumpang saling curiga, tapi siapa yang kentut pasti tidak ketahuan.

Setelah bus tiba di terminal Depok, para penumpang turun tergesa-gesa karena trauma dengan aroma bau itu. Setelah semua penumpang turun, si kondektur iseng-iseng berteriak: "Hoii... yang kentut tadi belum bayar ongkos, sini bayar dulu...!"

Lalu seorang penumpang, mirip Fadli Zon, berbalik dan menghampiri kondektur, "Hei, Bang...inget dong... tadi kan gua sudah bayar ongkos pakai uang Rp 5.000-an. Ini nih duit kembaliannya," kata penumpang yang mirip Fadli Zon tersebut, sambil memperlihatkan tiga lembaran uang seribuan kumal, kembalian dari kondektur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun