Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ahok, Sang Pemberantas Maksiat

25 Juli 2019   11:53 Diperbarui: 25 Juli 2019   11:59 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wajah Kalijodo sekarang. Metro Tempo.com

Salah satu langkah BTP yang tergolong sangat spektakuler dan berani adalah mengembalikan kawasan Tanah Abang sesuai peruntukannya. 

Jalan raya di sekitar Stasion KA Tanah Abang itu dibikin tentu untuk angkutan umum, tetapi entah sejak kapan jalan-jalan raya itu sudah menjadi pasar, tempat ribuan pedagan kaki lima (PKL) menggelar dagangan atau lapak-lapak. 

Gubernur DKI silih berganti datang dan pergi, jalan di Tanah Abang tetap dikuasai PKL. Barulah ketika Jokowi - Ahok datang, kawasan itu dikembalikan ke peruntukannya. 

Di sini terasa sekali wibawa pemerintah dan aparatnya dalam mengatasi para preman. Tapi sayang seribu kali sayang, DKI kembali lagi ke titik nol, setelah era Ahok - Djarot berakhir.

Sosok dan karya BTP memang sulit untuk dilupakan begitu saja, terlebih karena "penerus"nya sangat jauh dari ekpektasi publik. Penganugerahan Roosseno Award untuk BTP belum lama ini telah banyak berbicara tentang hal ini. 

Semoga pemberian penghargaan yang sebenarnya "tidak lazim" ini bisa merawat memori warga DKI secara khusus, bahwa Ibu Kota pernah dibawa ke track  yang benar. 

Disebut "tidak lazim", karena Roosseno Award selama ini diberikan hanya kepada tokoh yang juga bergelar profesor doktor. BTP sendiri baru  S-2.

Penataan kawasan, seperti Kalijodo, bisa jadi menjadi salah satu faktor penting di balik penganugerahan award ini. Ini pun termasuk karya yang sangat luar biasa, yang tidak dibayangkan sebelumnya. Kalijodo yang berada di antara Jakarta Utara dan Jakarta Barat, sejak lama kondang sebagai daerah lokalisasi dan perjudian. 

Tempat maksiat, kata orang-orang beriman. Heran juga, sudah tahu tempat maksiat, kenapa dibiarkan sampai bertahun-tahun? Ke mana gerangan pasukan ormas yang selama ini suka menepuk dada sebagai penghancur segala kemaksiatan? Kok sarang kemaksiatan bisa eksis puluhan tahun di tengah-tengah permukiman warga?

Sebenarnya bukan tidak ada upaya dari pihak-pihak terkait untuk melenyapkan kawasan maksiat ini, namun selalu terbentur oleh kuatnya backing dari oknum-oknum aparat dan juga preman. 

Tapi aneh bin ajaib, seorang BTP bisa saja menggulung areal maksiat ini, dan menyulapnya menjadi tempat yang nyaman untuk semua warga. Kawasan yang dulu kumuh ini, setelah dibebaskan dari segala permaksiatan, dijadikan ruang terbuka hijau (RTH) tempat berinteraksi para warga. Di sana juga dibikin arena skateboard.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun