Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tes Agama Para Capres?

14 Januari 2019   16:02 Diperbarui: 15 Januari 2019   09:48 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Panasnya aroma Pilpres 2019 sudah mulai merembet ke hal-hal yang sangat pribadi, yakni soal status keberagamaan para capres/cawapres. Belum lama ini beredar berita bahwa ulama-ulama di Aceh mengundang para capres datang ke Serambi Mekkah guna memperdengarkan kemampuan mereka dalam membaca dan melantunkan ayat-ayat suci. Konon acara ini akan dilaksanakan di Masjid Baiturrahman, Banda Aceh, pada 15 Januari 2019. Namun hingga kini yang sudah positif memberikan jawaban "ya" adalah pasangan calon 01: Joko Widodo - KH Ma'ruf Amin. 

Bahkan kemudian beredar berita bahwasanya ulama di Sumatera Barat juga mengumumkan undangan yang sama kepada para capres. Bila capres 01 sudah merespon dengan positif, capres yang lain disebut-sebut belum memberikan jawaban yang pasti. 

Bahkan beberapa anggota timses capres yang tidak siap itu melontarkan pendapat bahwa acara semacam itu tidak relevan dengan pilpres. Sebab pilpres kan untuk memilih pemimpin bangsa yang majemuk ini, bukan memilih pemimpin agama. Bahkan Amien Rais berpendapat bahwa rencana tersebut sebagai sesuatu yang lucu. 

Politik itu lucu dan menggelikan. Pada suatu waktu kita bisa memainkan dan mengangkat isu agama dengan sangat vulgar dan bersemangat. Pokoknya semua harus sesuai tuntutan agama. Contohnya Pilkada DKI 2017 yang lalu, sarat dengan nuansa agama. Hampir semua aspek digiring ke wilayah agama oleh salah satu kubu. 

Hal itu sangat mungkin dan sangat menguntungkan mereka karena cagub lawan, tidak seagama dengan mereka. Maka dengan mengangkat isu agama dan membakar sentimen agama, masyarakat digiring untuk tidak memilih cagub yang bahkan disebut kafir. Taktik tersebut manjur, di mana akhirnya cagub yang tidak seagama kalah, dan bahkan masuk penjara gara-gara tudingan "menista agama".

Kini di suasana Pilpres 2019 kebetulan pula pasangan capres / cawapres menganut agama yang sama, sehingga pada dasarnya isu agama tidak pada tempatnya dimainkan di sini, seperti di Pilkada DKI 2017 dan Pilkada Sumut 2018 yang lalu.  Tapi ternyata analisis ini keliru, sebab isu agama pun cukup kental digoreng. 

Misalnya, pendukung salah satu capres-cawapres mengklaim bahwa capres mereka itu pilihan para ulama (ijtimak ulama), sekalipun pasangan ini tidak terlalu diketahui bagaimana status dan aktivitas keberagamaannya. 

Sementara capres lain, yang padahal menggandeng seorang tokoh agama, ulama besar dan kharismatik, dan ketua umum ormas Islam terbesar di negeri ini, nyaris tidak terdengar dikait-kaitkan dengan agama. Bahkan sebaliknya ada suara-suara yang nadanya menuding, merendahkan pasangan tersebut sebagai musuh ulama, tidak ramah terhadap agama, dsb. 

Tudingan ini sebenarnya ganjil dan aneh mengingat capres yang menggandeng tokoh ulama sebagai cawapresnya ini dikenal sebagai sosok yang taat beribadah, santun, kalem, jujur, dan nyaris tidak ada cacat cela di masa lalunya. Tapi memang tiba-tiba saja dia didera gosip dan isu yang akhirnya memang tidak terbukti. Dia hanya korban fitnah dan hoax dalam atmosfir pilpres yang panas membara ini, di mana satu pihak cenderung menghalalkan segala cara guna meraih ambisi politiknya dengan menyebar hoax dan fitnah. 

Nah, ketika hasrat politik berbicara, maka uji kemampuan dalam hal agama pun bisa dianggap sesuatu yang tidak perlu, bahkan lucu. Apakah hal ini karena mereka sadar bahwa jagoan mereka tidak memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam agama? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun