Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Kemunduran Sistem Transportasi

18 Mei 2018   13:45 Diperbarui: 18 Mei 2018   15:36 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengelola transjakarta pun terus berusaha meningkatkan pelayanan dengan menambah jumlah bus. Tapi penambahan bus tidak dibarengi dengan pemanjangan halte-halte. Akibatnya, kebanyakan halte hanya bisa menampung satu bus untuk bongkar muat. Kalau bus banyak yang antri, prosesnya jadi lama.

Saya pernah menunggu seperempat jam lebih untuk bisa turun di halte, padahal bus sudah di areal halte, hanya beberapa meter lagi. Pintu bus hanya boleh dibuka pas di halte. Proses bongkar muat menjadi tersendat pula ketika traffic light di ujung halte berwarna merah.

Ibarat penyakit, ini namanya komplikasi. Sangat tersiksa karena sedang kebelet buang air. Makin tersiksa karena tidak ada toilet di halte. Eh, sebenarnya toilet ada, tetapi tidak berfungsi, karena diduga sejak awal tidak pernah digunakan, akhirnya terbengkalai, dan jadi markas tikus.

Di beberapa halte ada toilet yang bisa digunakan, seperti Harmoni, Slipi, Grogol, Dukuh Atas, dll. Tetapi di beberapa halte, sering dalam keadaan terkunci, dan petugasnya berdalih: air tidak ada!

Transjakarta belum lama ini menggulirkan produk baru: bus-bus yang berlabel: "bisnis", dan "premium". Tarifnya bukan Rp 3.500 tetapi Rp 10.000. Konon awalnya Rp 20.000, tetapi karena sepi peminat, ongkos jadi turun 50%. Bus-bus bertarif mahal ini sudah mulai banyak muncul di ruas Tangerang - Jakarta! 

Menurut saya ini kemunduran. Kalau niat pemerintah ingin membantu/menyubsidi masyarakat, mestinya tetaplah konsisten dengan pengadaan satu jenis bus saja, bertarif Rp 3.500,- Sudah jelas, bus "premium" sepi penumpang, sementara bus "ekonomi" selalu membeludak.

Saya takut, kalau nanti bus-bus mahal itu makin banyak penumpangnya, bus-bus tarif murah dikorbankan alias dikurangi. Lagi-lagi warga yang ekonomi pas-pasan jadi korban. Bus murah makin langka.

Maka, demi keadilan, konsistenlah menyubsidi masyarakat dengan bus tarif Rp 3.500 itu. Perbanyak bus transjakarta-nya, panjangkan haltenya, lengkapi dengan toilet yang setiap saat layak pakai, dan yang lebih penting lagi: tetap sterilkan jalurnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun