Mohon tunggu...
Haniva Rinda Ardiansa
Haniva Rinda Ardiansa Mohon Tunggu... Mahasiswa Ekonomi Pembangunan/Universitas Negeri Semarang

NIM :2307040123; Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Negeri Semarang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membangun Indonesia dari Pinggiran : Mengurai Kemiskinan Struktural di Wilayah 3T

26 April 2025   21:57 Diperbarui: 26 April 2025   21:57 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“Kemiskinan bukan hanya soal tidak punya uang, tapi tentang tidak punya kesempatan.”
Kalimat ini terus terngiang di kepala saya setiap kali membaca tentang kondisi wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) di Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke, masih banyak saudara kita yang hidup dalam kondisi penuh keterbatasan, terpinggirkan, tertinggal, dan terlupakan oleh derap pembangunan.

Wilayah 3T adalah wajah lain dari Indonesia yang belum sepenuhnya merdeka dari ketimpangan.

Masalah yang Tidak Baru Lagi

Kemiskinan struktural di wilayah 3T sudah lama menjadi cerita sedih yang terus berulang. Di banyak daerah, infrastruktur dasar seperti jalan, listrik, dan internet masih menjadi barang mewah. Akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan pun terbatas, seringkali terlalu jauh atau terlalu mahal untuk dijangkau.

Padahal, bagaimana masyarakat bisa keluar dari kemiskinan jika sistem belum berpihak pada mereka?

Produktivitas dan Pertanian sebagai Ujung Tombak

Mayoritas penduduk di wilayah 3T menggantungkan hidup dari sektor pertanian. Namun sayangnya, produktivitas masih rendah karena minimnya teknologi dan akses pasar. Ini seperti mengayuh sepeda dengan rem yang masih mengunci dengan kata lain berusaha keras tapi tidak pernah benar-benar maju.

Solusinya? Tingkatkan produktivitas! Berikan pelatihan, alat modern, dan koneksi pasar. Pertanian bukan sektor yang ketinggalan zaman, tapi masa depan kalau dikelola dengan tepat.

Perempuan Desa: Agen Perubahan yang Tersembunyi

Saya percaya, jika kita memberdayakan perempuan, maka kita memberdayakan seluruh komunitas. Di banyak wilayah pedesaan, perempuan memainkan peran penting dari mengurus rumah, mengelola usaha kecil, hingga menjadi penggerak sosial. Sayangnya, akses mereka terhadap modal dan pelatihan masih sangat terbatas.

Mengapa tidak fokus pada pelatihan kewirausahaan dan akses permodalan khusus perempuan desa? Bukti dari negara lain sudah banyak. Tinggal kemauan politik dan kemauan bersama kita yang perlu dikuatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun