"Saya ini contoh langsung Pak RT, gimana enaknya punya emas cuma dari uang cukur rambut harian," timpal Bang Jaya sumringah bangga.
Lewat Tabungan Emas Pegadaian, siapa pun bisa mulai dengan nominal kecil, bahkan mulai dari Rp10.000. Uang segitu kadang cuma lewat untuk beli sebiji kopi sachet atau gorengan, tapi di Pegadaian, bisa jadi benih investasi emas miligram.
Dari Tukang Cukur sampai Tukang Sayur
Uniknya sekarang, di kampungku sudah makin banyak yang punya rekening Tabungan Emas Pegadaian. Ada yang buruh harian, ibu rumah tangga, pedagang kecil, sampai ojek online. Semua seperti berlomba-lomba, dan alasan yang sama, karena Tabungan Emas pegadaian itu mudah, ringan, dan realistis.
Bu Siti, penjual sayur di depan gang, dia sekarang sering ngomporin pelanggannya, begini katanya, "Kalau nabung di bank, malu, soalnya kecil banget uangnya. Tapi kalau di Pegadaian, saya bisa setor Rp15.000, Rp20.000, nggak masalah. Lama-lama juga jadi emas."
Pendekatan dengan konsep yang sederhana ini yang bikin Pegadaian jadi makin terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari rakyat kecil. Tidak perlu syarat rumit. Cukup datang ke outlet Pegadaian, atau bahkan lewat aplikasi Pegadaian Digital, kita bisa beli emas, bisa pantau saldo, bahkan jual kembali kalau butuh.Â
Lalu di Pegadaian juga punya fitur Gadai Tabungan Emas. Jadi, kalau suatu hari butuh dana mendadak, emas yang kita punya bisa dijadikan jaminan, tanpa harus dijual. Artinya, emas tetap aman, tapi kita tetap bisa punya uang tunai. Jadi buat yang merasa penyayang sama simpanan emasnya tidak perlu kuatir sudah capek di simpan terus dijual begitu saja.
Faktanya sekarang ini ketika ekonomi maskin sulit, kadang kita merasa hanya uang besar yang bisa menolong kita. Padahal, Pegadaian sudah kasih bukti bahwa langkah kecil menabung tapi konsisten lebih berharga daripada langkah besar yang jarang bisa kita lakukan.
Contoh yang paling mudah begini, sekarang bayangkan kalau kita menabung Rp20.000 seminggu saja, dalam setahun berarti sudah punya lebih dari satu juta rupiah dalam bentuk emas. Semua orang tau nilainya bisa bertambah seiring waktu. Coba bandingkan kalau yang kita tabung itu bentuknya uang, bisa-bisa habis untuk hal-hal kecil setiap hari, atau hilang tak tersisa di rekening.
"Emas itu kayak jenggot, RT," kata Bang Jaya sambil menepuk-nepuk bahu pelanggannya. "Kalau dirawat terus, tumbuh juga walaupun pas-pasan. Tapi kalau diabaikan, hilang entah ke mana."
Semua tertawa riang.
Ternyata menabung emas itu bukan cuma soal punya logam mulia, tapi sebenarnya juga mengajarkan disiplin dan kesadaran keuangan. Kita diyakinkan bahwa kekayaan tidak datang dari keberuntungan besar, melainkan dari kebiasaan kecil yang konsisten.
Apalagi soal pilihan sekarang sudah beragam. Sekarang Pegadaian sudah berubah banyak. Ada Cicil Emas, Tabungan Emas, Gadai Tabungan Emas, bahkan program Mulia untuk pembelian emas batangan secara angsuran. Semua dirancang supaya masyarakat bisa ikut menikmati nilai emas, tanpa terbebani modal besar.
Menurut pilihan Bang Jaya, produk paling realistis di masa seperti Tabungan Emas. Kenapa? Karena menurutnya, Â modalnya kecil bisa mulai dari Rp10.000. Soal kapan bisa digunakan juga mudah, risikonya juga rendah, tapi nilainya relatif stabil, tidak seperti saham atau kripto. Dan yang paling bikin Bang Jaya bersemangat, Â aksesnya mudah bisa lewat aplikasi atau datang langsung ke outlet. Pas lagi kosong dari pelanggan bisa cek akun atau sekalian nabung, kan enak.
Bahkan untuk arisan atau kelompok kecil di kantor dan ibu-ibu PKK, Pegadaian menyediakan program Arisan Emas, jadi nantinya setiap anggota bisa punya tabungan emas yang tumbuh bersama.Â
Itulah yang dimaksud dengan "Pegadaian mengEMASkan Indonesia" jadi bukan sekadar punya emas secara fisik, tapi juga membangun mental menabung, disiplin, dan perencanaan masa depan.
Setelah rambutku selesai dipangkas, aku melihat pantulan wajah di cermin. Entah kenapa, obrolan sederhana barusan terasa seperti tamparan halus. Kadang kita terlalu fokus mencari uang besar, tapi lupa bahwa kekuatan sejati ada pada kebiasaan kecil yang kita rawat.Â
Bang Jaya sekarang sudah seperti di endorst sama Pegadaian, sedikit-sedikit ngomong emas.