Mohon tunggu...
walkingbook
walkingbook Mohon Tunggu... Full Time Blogger - booklover

penulis the dark years-hans

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

4 Kunci Penting dan Komunikasi Terbuka Menguatkan Kolaborasi Guru dan Orangtua

21 November 2023   01:15 Diperbarui: 25 November 2023   01:14 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
guru dan siswa di sekolah sumber gambar kumparan

Keishia Thorpe adalah seorang guru sekolah menengah yang sudah 16 tahun mengajar anak-anak imigran di Amerika Serikat. Keishia mengajar bahasa Inggris kelas 12 di International High School Langley Park in Bladensburg, Maryland. 

Sekolah yang 85% siswanya merupakan hispanik dan 95% di antaranya berpenghasilan rendah. Atas dedikasi yang luar biasa, ia dinobatkan sebagai guru terbaik di dunia versi UNESCO, dan berhak mendapatkan hadiah sebesar US$ 1 juta dolar atau sekitar Rp 14 miliar. Namun kisah keberhasilan terbaik menurutnya adalah ketika bisa membawa perubahan pada para anak didiknya.

"Ini untuk mendorong setiap anak laki-laki dan perempuan kulit hitam kecil yang terlihat seperti saya, dan setiap anak di dunia yang merasa terpinggirkan dan memiliki cerita seperti saya, dan merasa mereka tidak pernah berarti. Kita harus memastikan agar semua siswa memiliki kesempatan yang sama yang tidak dibatasi oleh UU yang diskriminatif,".

Alasan Keishia menjadi guru bagi anak-anak tersebut karena mereka sama seperti dirinya. Ia tumbuh dalam kemiskinan di Jamaika, sebelum mendapatkan beasiswa di Amerika Serikat. Saat merintis sebagai tutor sekolah di kota,  ia melihat kurangnya kesempatan yang dihadapi oleh siswa. 

pertemuan guru dan orang tua di sekolah sumber gambar R Rahman Motik
pertemuan guru dan orang tua di sekolah sumber gambar R Rahman Motik

interaksi guru dan murid di sekolah sumber gambar siedoo
interaksi guru dan murid di sekolah sumber gambar siedoo

Ia lantas memulai perjuangannya mengentas ketimpangan itu dengan menjadi advokat bagi siswa minoritas untuk mendapatkan akses yang sama dalam pendidikan. Hari-hari diisinya dengan memberikan layanan dukungan tidak berbayatr alias gratis untuk para siswa imigran dan keluarga mereka.

Tidak hanya itu Keishia juga memenangkan penghargaan UNESCO, sebagai guru yang menginspirasi para siswanya,membantu para siswanya untuk persiapan ke perguruan tinggi, memperluas akses subsidi seperti bantuan keuangan dan beasiswa penuh. Dan menjadi pemenang hadiah utama dalam kategori 'Lifechanger of the Year' Grand Prize Winner untuk tahun 2018-2019.

Apa yang menarik dari cerita itu adalah bahwa peran untuk memajukan siswa bisa dimulai dari siapa termasuk dari guru seperti Keishia, namun itu tidak sepenuhnya hanya menjadi tanggungjawabnya. Keharusan untuk memajukan pada siswa, mendorongnya menjadi lebih baik adalah kewajiban kolektif--kolaborasi dari semua pihak--sekolah, guru, orang tua dan siswa sendiri.

Tanggungjawab Kolektif

pertemuan orang tua dan guru sumber gambar radar kaur disway
pertemuan orang tua dan guru sumber gambar radar kaur disway
Banyak masalah disekolah timbul karena perbedaan pemahaman, kesalahpamahan, antara parapihak yang ada disekolah dan yang berkaitan dengannya--termasuk para orang tua, sehingga solusinya harus diselesaikan bersama.

Seorang bapak yang baru pulang dari sekolah di luar negeri dengan membawa keluarganya protes keras pada gurunya. Ternyata anaknya mengadu,  karena saat pelajaran agama mereka mendapat materi pembelajaran yang menurut anaknya mengajarkan sikap membenci penganut agama lain.

Lantas protesnya juga bertambah karena di sekolahnya yang baru, anaknya dipaksa harus bisa membaca atau akan diturunkan kelasnya. Padahal saat bersekolah di luar negeri, anak seusia mereka lebih fokus di beri pengertian tentang nilai-nilai sosial, bagaiaman berkomunikasi, menjalin hubungan, mengatasi konflik.

Sedangkan soal membaca, menurutnya jika anak baru bisa membaca di kelas 2 sekalipun, tidak akan menjadi persoalan yang dianggap genting dan gawat seperti yang ada di sekolah-sekolah kita. 

Dalam kasus seperti itu, sebenarnya peran orang tua bisa menjadi perantara untuk meluruskan kesalahpahaman antara anak dan sekolah. Peran orang tua dapat menjadi jembatan menyambung kendala komunikasi, antara masalah yang dihadapi anak-anak, para orang tua dan guru mereka. Termasuk dalam mengatasi kesalahpahaman, maupun perbedaan pola pikir antara pihak sekolah dan para orang tua.

guru dan siswa disekolah sumber gambar kaldera news.com
guru dan siswa disekolah sumber gambar kaldera news.com
Sebaliknya yang justru sering terjadi, orang tua menjadi kompor yang bisa menyebabkan masalah kecil menjadi besar. Termasuk untuk urusan membantu belajar anak. Padahal dukungan orang tua berupa partisipasi yang lebih persuasif, bisa mengatasi berbagai masalah yang timbul. 

Bahkan bisa mengoptimalkan kemampuan akademis anak, membangun mental, hingga membentuk karakter interpersonal anak dalam bersikap dengan orang lain. Bahkan dukungan pendidikan dari orangtua bisa mencegah terjadinya perundungan.

Sebaliknya, sikap yang tidak kooperatif, menabrak aturan, norma etika, menjadi biang timbulnya masalah. Dalam kasus ketika seorang anak mengalami bullying--kemudian mengadu kepada orang tuanya, selanjutnya orang tuanya datang kesekolah dan langsung melabrak para guru di depan anaknya dan teman-teman sekolah lainnya.

Dampak yang ditimbulkannya buruk sekalipun akan ditemukan solusinya. Sikap arogansi orang tua tersebut bisa menjadi bibit buruk yang dapat menular secara psikologis kepada anak-anak. Bahwa guru bisa diperlakukan dengan buruk, bahwa guru tidak sepenuhnya harus dihormati karena kesalahan yang pernah dilakukan. Apalagi jika terbukti seorang guru melakukan kesalahan.

Dalam momentum Hari Guru kita coba merefleksikan kembali, untuk merayakan peran pendidik dalam membentuk masa depan anak didiknya. Ketika merayakan prestasi guru, seringkali kita melupakan bahwa pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga melibatkan peran penting orangtua. 

SEBAIKNYA KALIAN TAU!

Sejarah Hari Guru Nasional berawal pada tahun 1945. Pada waktu itu, terbentuklah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) setelah sebelumnya Persatuan Guru Indonesia (PGI) menyelenggarakan Kongres Guru Indonesia perdana di Surakarta, Jawa Tengah, pada tanggal 24-25 November 1945. 

Kemudian tanggal 25 November secara resmi ditetapkan sebagai Hari Guru Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1994. Pemilihan tanggal 25 November tidaklah sembarangan; itu dipilih untuk menghormati lahirnya Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh pendidikan Indonesia yang dianggap sebagai pelopor pendidikan bagi rakyat.

Kolaborasi antara orangtua dan guru dalam membentuk perkembangan anak-anak, tidak hanya secara akademis, tetapi juga dalam membangun mental dan karakter interpersonal menjadi tanggungjawab bersama.

interaksi guru dan siswa disekolah sumber gambar shutterstock.com
interaksi guru dan siswa disekolah sumber gambar shutterstock.com

Pertama; Optimalkan Kemampuan Akademis--bagaimana kolaborasi antara orangtua dan guru bisa menjadi kunci sukses dalam mengoptimalkan kemampuan akademis anak. Jadi keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak tidak hanya terbatas pada membantu anak dengan pekerjaan rumah, tetapi juga menciptakan lingkungan belajar yang positif di rumah. Terutama melalui komunikasi secara terbuka. 

Para guru bisa membantunya dengan strategi pembelajaran yang efektif, sedangkan orangtua bisa membantunya dengan informasi tambahan mengenai kebutuhan dan kecenderungan anak. Sehingga seimbang antara apa yang dipahami guru disekolah (kelemahan dan kelebihan siswa) dengan solusi yang bisa diberikan para orang tua di rumah sebagai bentuk dukungannya.

Kedua; Pentingnya Pemberian Dukungan Mental, sebagian kita mungkin merasa bahwa pendidikan yang diterima anak-anak adalah untuk membuatnya pintar dan cerdas, dan hal itu tidak jauh dari bertambahnya kepintaran mereka dalam urusan angka dan fakta. Padahal ilmu yang harus menjadi bekal anak-anak juga tentang bagaimana membangun mental yang kuat pada anak-anak.

siswa dan guru di sekolah sumber gambar guru binar
siswa dan guru di sekolah sumber gambar guru binar
Nah, tantangannya adalah bagaimana kolaborasi antara orangtua dan guru bisa menciptakan dukungan yang kuat untuk mendukung perkembangan emosional dan psikologis anak. Orangtua, sebagai sosok yang lebih dekat dengan anak di rumah, bisa menjadi pengamat yang baik terhadap perubahan perilaku atau masalah emosional yang mungkin muncul. Dengan berbagi informasi ini, guru bisa memberikan bantuan yang lebih efektif di lingkungan sekolah.

Kolaborasi ini kadang-kadang tidak disadari dan tidak dipahami--bahkan oleh sebagian guru. Sehingga saat timbul masalah, seorang guru bisa melupakan sisi psikologis yang akar masalahnya bisa berasal dari rumah. Bukan sepenuhnya sikap nakal anak-anak semata sebagai sifat bawaan.

Ketiga; Membentuk Karakter Interpersonal. Bahwa selain keterampilan akademis dan dukungan mental, kolaborasi orangtua dan guru juga memainkan peran penting dalam membentuk karakter interpersonal anak. 

Berusaha menciptakan komunikasi yang terbuka, dan terus-menerus antara orangtua dan guru agar bisa membantu mengidentifikasi perkembangan sosial anak, serta memberikan pandangan yang lebih luas tentang karakter mereka. Ini tidak hanya memberikan gambaran lebih jelas kepada guru, tetapi juga memungkinkan orangtua untuk membimbing anak dalam bersikap dengan orang lain di berbagai situasi.

Dalam kasus ketika anak mendapatkan perbedaan pola pikir tentang satu masalah disekolah komunikasi guru dan orang tua bisa meluruskan masalah tanpa harus bersitegang.

Keempat; Pencegahan Perundungan Melalui Pendidikan Orangtua. Bagaimana dampak pendidikan dari orangtua juga bisa menjadi kunci dalam mencegah terjadinya perundungan di lingkungan sekolah?. Dengan menjadi mitra aktif dalam memahami kehidupan anak di sekolah, orangtua bisa mendeteksi tanda-tanda perundungan lebih awal. 

Para orang tua bisa berkolaborasi dengan guru untuk mengimplementasikan program anti-perundungan dan memberikan dukungan ekstra kepada anak yang mungkin menjadi korban. Ini menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung di sekolah, di mana setiap anak merasa dihargai dan diterima.

Komunikasi Terbuka Membuka Sumbatan Masalah

interkasi guru dan siswa di sekolah sumber gambar berbagi ilmu
interkasi guru dan siswa di sekolah sumber gambar berbagi ilmu
Meskipun terlihat mudah, namun dalam implementasinya tidak mudah. Inilah mengapa sering timbul masalah antara orang tua dan guru terkait masalah anak-anak mereka di sekolah.

Bahwa meningkatkan kolaborasi dan mencari solusi terbaik selalu akan menghadapi benturan. Sekali lagi seperti kasus salah paham orang tua dan guru dalam kasus masalah agama, perbedaan pendekatan dan harapan antara orangtua dan guru terhadap pendidikan anak juga berbeda. Jika tidak disadari sejak awal akan menjadi ganjalan tersendiri. 

Beberapa orangtua mungkin memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap prestasi akademis anak, sementara beberapa guru lebih fokus pada pengembangan keterampilan dan karakter. Untuk mengatasi ini, diperlukan dialog terbuka dan saling pengertian untuk menyelaraskan harapan dan mencapai tujuan bersama.

Baik orang dan guru membutuhkan ruang komunikasi yang terbuka. Keduanya  akan merasa nyaman untuk saling berbagi informasi, keprihatinan, dan ide tanpa takut dihakimi jika saling terbuka. Dengan pendekatan ini, keduanya bisa mengatasi perbedaan pandangan dan bekerja sama untuk mencapai keseimbangan untuk mendukung perkembangan anak. Komunikasi yang terbuka juga membantu mencegah munculnya konflik yang tidak perlu dan membangun hubungan yang positif.

Komunikasi terbuka itu bisa (1) didukung dengan peran teknologi dalam meningkatkan kolaborasi juga tidak bisa diabaikan. Teknologi bisa menjadi sekutu penting dalam memperkuat kolaborasi antara orangtua dan guru. (2) Aplikasi ponsel pintar, platform daring, dan surat elektronik adalah alat yang dapat digunakan untuk memudahkan pertukaran informasi secara cepat dan efisien. 

guru dan siswa di sekolah sumber gambar guru pengajar
guru dan siswa di sekolah sumber gambar guru pengajar

Beberapa sekolah bahkan telah (3) mengadopsi sistem manajemen pembelajaran berbasis teknologi yang memungkinkan orangtua mengakses perkembangan akademis anak secara langsung. Ini tidak hanya meningkatkan keterlibatan orangtua, tetapi juga memberikan gambaran yang lebih lengkap kepada mereka tentang prestasi anak.

Penting juga bagi para orang tua dan guru (4) melakukan pertemuan rutin, seperti yang umum juga dengan melibatkan pihak Komite Sekolah. Pertemuan rutin antara orangtua dan guru merupakan langkah praktis untuk memperkuat kolaborasi, karena menjadi kesempatan bagi orangtua bisa memahami lebih mendalam tentang program pembelajaran, kurikulum, dan strategi pengajaran yang diterapkan di sekolah. 

Sedangkan manfaatnya bagi guru selain bisa mendengarkan masukan orangtua mengenai kebutuhan spesifik anak, komunikasi terbuka juga bisa membantu menyesuaikan pendekatan mereka secara individual. Pertemuan rutin juga menciptakan platform untuk membahas masalah potensial dan mencari solusi bersama.

Semua bentuk kolaborasi dengan dukungan komunikasi yang terbuka tersebut bisa menciptakan lingkungan dukungan yang optimal. Kolaborasi antara orangtua dan guru bukan hanya tanggung jawab sekolah atau individu tertentu, tetapi melibatkan seluruh komunitas pendidikan. 

pelatihan digital untuk guru sumber gambar blog guru kreatif
pelatihan digital untuk guru sumber gambar blog guru kreatif

Dengan menciptakan lingkungan dukungan yang melibatkan semua pihak, termasuk staf sekolah, orangtua, dan masyarakat sekitar, kita dapat menciptakan fondasi yang kokoh untuk pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Bahwa kolaborasi antara orangtua dan guru bukanlah pilihan, tetapi kebutuhan yang mendesak untuk membentuk generasi yang tangguh dan cerdas di era yang begitu banyak tantangannya. 

Dengan melibatkan orangtua secara aktif dalam proses pendidikan, bisa menjadi fondasi yang kuat bagi anak-anak untuk sukses tidak hanya dalam hal akademis, tetapi juga dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari. Hari Guru bukan hanya tentang mengenang prestasi guru, tetapi juga mengingatkan kita bahwa pendidikan adalah usaha bersama yang memerlukan kontribusi dari semua pihak. 

Semakin baik kolaborasi semua komponen dalam komunitas pendidikan, setidaknya akan menjadi sebuah semangat baru--memanusiawikan manusia dari ruang pendidikan kita.

referensi; 1,2,3,4,5

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun