Mohon tunggu...
Heznie Wulandari
Heznie Wulandari Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar

Heznie Wulandari, S.Pd || Guru biasa yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Apa Iya Orang Betawi Tidak Bisa Hidup Jauh dari Orang tuanya?

5 Februari 2024   10:19 Diperbarui: 5 Februari 2024   10:54 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Oh, ini Babelan, Beh". Kata saya. "Jauh ya, Beh?". Tanya saya. Karena memang jarak Jakarta-Babelan lumayan jauh saat itu. Karena belum ada jalan tol.

Bapak mertua saya diam. Pikiran saya langsung tidak enak saat itu. Sepertinya bapak mertua saya tidak rela jika anak pertamanya itu harus tinggal jauh-jauh darinya. Tapi saya buang pikiran itu. 

Sebelum pindah kerumah baru kami, saya dan suami sudah membicarakan estimasi perjalanan suami ke kantornya. Karena lumayan jauh, sehabis subuh suami saya sudah harus berangkat, karena Bekasi-Jakarta itu macet sekali pada jam-jam kerja.  Suami saya mengiyakan. Dan ia tidak keberatan akan hal itu. 

Hari pertama dan kedua kami menempati rumah kami, suami saya pulang telat. Katanya sambil menunggu jalanan tidak macet, suami mampir ke rumah orang tuanya. Begitupun sampai hari kelima. Saya dibuat khawatir karena suami saya pulang selalu malam. Mengingat ia pernah mengalami kecelakaan hebat, motornya pun motor besar (motor suami Kawasaki Ninja R saat itu) pikiran saya langsung  kemana-mana. Takut suami kenapa-kenapa. 

"Tadi ketiduran dirumah ibu". Begitu alasan suami saya ketika sampai rumah.

Hari ketujuh, tepatnya satu minggu saya menempati rumah baru, saya masih ingat hari itu hari selasa, suami saya tidak pulang  ke rumah kami. Suami menelepon saya mengeluh sakit, dan ia memilih tidur di rumah orang tuanya. 


Keesokan harinya, saya menyusul suami saya ke rumah mertua. Dan benar saja, ternyata suami saya sakit gejala typus. Karena masih gejala, suami saya diizinkan untuk berobat jalan.

Saat itu, karena suami saya sudah pindah rumah. Kamar kami yang berada di rumah mertua tentu sudah ditempati oleh adik ipar, akhirnya saat itu saya merawat suami saya di rumah kontrakan milik mertua saya yang memang bersebelahan dengan rumahnya dengan beralaskan karpet dan bedcover saja, karena semua barang-barang ada di rumah kami.

"Eni, Hasyim sakit karena kecapekan itu". Kata bapak mertua saya. "Sewaktu masih tinggal disini, Hasyim bisa berangkat kerja dengan santai. Tidak grabag grubug seperti sekarang".  Katanya lagi.

Saya tidak mengerti grabag grubug yang dimaksud bapak mertua saya. Yang saya tahu ini hanya soal jarak. Jarak rumah kami dengan tempat kerja suami saja yang jauh. Dan itu hal lumrah, banyak juga kok tetangga perumahan kami yang tempat kerjanya lebih jauh. "Ini hanya soal waktu, Beh. Anakmu itu belum terbiasa. Nanti juga terbiasa,kok". Jawab saya. Tapi dalam hati.

Dari nada bicaranya sepertinya mertua saya menyalahkan sakit yang diderita anaknya karena ulah saya. Karena kemauan saya yang ingin pindah dari rumahnya. Tapi memang seharusnya seperti itu 'kan? bila anak sudah menikah hal yang wajar ketika anak memiliki rumah dan pindah. Hidup mandiri dengan keluarga kecilnya 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun