Halo pembaca Kompasiana! Pada kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan hasil resensi Novel yang berjudul Tanah Para Bandit karya penulis Novel nomor 1 Indonesia, Tere Liye! Selamat menyimak...
Identitas Buku
- Judul Buku              : Tanah Para Bandit
- Penulis                  : Tere Liye
- Jumlah Halaman        : 433 halaman
- Ukuran Buku            : 13,5 x 20 cm
- Penerbit                : Sabakgrip
- Kategori                : Novel Fiksi
- Tahun Terbit            : 2023
- Harga Novel             : Rp 99.000 (Harga Normal P. Jawa)
Sinopsis Buku
Novel ini menceritakan tentang Padma, seorang perempuan muda yang telah berlatih secara fisik, pikiran, mental dan jiwa sejak kecil. Ia dilatih oleh seorang Kakek Tangguh bernama Abu Syik.
Padma diajarkan caranya melompat setinggi mungkin, berlari secepat hewan buas, bertarung dengan dan tanpa senjata, mengemudi, mempelajari tumbuhan beracun, dicekoki ribuan buku dan lain sebagainya.
Di usia 15 tahun, Padma mendapatkan misi untuk membakar ladang ganja yang segera panen, serta membunuh semua pekerja disana, baik yang bersenjata maupun tidak.
Abu Syik mengatakan bahwa misi itu diberikan oleh Organisasi. Padma pun tidak dapat bertanya siapa organisasi itu, sebab Abu Syik hanya ingin ia menjalankan misi, bukan banyak bertanya.
Beberapa waktu kemudian, Padma mendapatkan misi kedua, yakni menghentikan laju mobil-mobil besar yang hendak mengantarkan dan menjual ganja. Masalahnya, mobil tersebut justru dijaga oleh Polisi.
Ya, mereka adalah Polisi-polisi bandit yang mencoba meraup banyak keuntungan dengan menjalankan kejahatan dan kriminal.
Misi pertama maupun misi kedua dapat dijalankan oleh Padma dengan baik, tentunya juga dengan bantuan Abu Syik.
Waktu terus berlalu, Abu Syik semakin menua. Dan sebelum menghembuskan nafas terakhir, Abu Syik memberi pesan kepada Padma untuk pergi ke Ibu Kota dan bertemu dengan perwakilan organisasi.
Padma pun sempat menjalankan pesan Abu Syik, namun setelah sampai di Ibu Kota, Padma memutuskan untuk menjalani hidupnya sendiri.
Padma tinggal di Kos-Kosan dan menjalani perkuliahan secara illegal. Ya, Padma bukanlah mahasiswa yang terdaftar secara resmi, tapi ia selalu masuk kelas perkuliahan di 12 Fakultas yang disukainya.
Selama di Ibu Kota inilah, konflik yang amat kompleks terjadi. Dimana Padma harus terlibat dalam aktivitas membongkar kelompok bandit Kepolisian yang telah meraksasa dan berkuasa.
Polisi-polisi bandit ini bekerja di belakang layar, menguasai berbagai unsur kenegaraan, mampu menyuap siapapun dan menghabisi siapa saja yang berusaha melawan.
Padma tidak bekerja sendiri, ia berusaha membongkar rahasia kelompok bandit ini bersama dua kawannya, ia adalah Nina dan Sapti.
Nina adalah hacker terbaik dengan peralatan super lengkap. Sedangkan Sapti adalah ahli dalam pemalsuan dokumen bahkan pemalsuan wajah manusia, kombinasi dahsyat!
Disinilah pertarungan dimulai, simpul demi simpul terbuka, Padma, Nina dan Sapti mulai menemukan sang "Kaisar" yang merupakan pimpinan kelompok Polisi bandit ini.
Namun kelompok Polisi bandit yang menyebut dirinya sebagai kelompok Jiwa Korsa ini bukanlah kelompok sembarangan.
Mereka adalah pasukan berani mati yang siap bunuh diri tatkala penyamaran mereka terbongkar. Mereka juga tidak segan membunuh siapapun yang mencoba melawan.
Apakah Padma akan berhasil mengalahkan kelompok bandit Jiwa Korsa? Jawabannya tentu saja ada di akhir buku ini!
Di buku ini juga akan disampaikan rahasia dari Nina, Sapti dan organisasi yang pernah disebutkan oleh Abu Syik.
Ini adalah buku ke-7 dari Serial Aksi Tere Liye, setelah: Negeri Para Bedebah, Negeri di Ujung Tanduk, Pulang, Pergi, Pulang-Pergi dan Bedebah di Ujung Tanduk.
Unsur Intrinsik Novel
1. Tema           : Aksi, Politik, Cinta
2. Tokoh           :
- Padma (Tokoh Utama)
- Abu Syik (Kakek Padma)
- Nina (Sahabat Padma)
- Sapti (Sahabat Padma)
- Agam/Bujang (Sahabat Kecil Padma)
- Kaisar (Pimpinan Jiwa Korsa)
- Thomas (Teman Kuliah Padma di Fakultas Ekonomi)
- Zaman (Teman Kuliah Padma di Fakultas Hukum)
- Kombes Polisi (Bawahan Kaisar)
- Chen (Polisi Singapura)
- Ahong (Taipan)
- Bi Atun (Tukang Nasi Uduk langganan Nina & Padma)
- Mang Dedi (Suami Bi Atun/ korban kelicikan Jiwa Korsa)
- Jaksa (Bawahan Kaisar)
- Polisi Muda (Korban Konspirasi Jiwa Korsa)
- Jenderal Polisi (Bawahan Kaisar)
3.  Latar Tempat    : Pedalaman Sumatera & Ibu Kota
4. Latar Waktu     : -
5. Alur             : Maju
6. Sudut pandang  : Orang Pertama
7. Gaya Bahasa    : Baku
Unsur Ekstrinsik Buku
1. Latar Belakang Penulis
Siapa yang tidak kenal Tere Liye? Bang Darwis atau Tere Liye adalah penulis Novel paling produktif di Indonesia saat ini. Beberapa tahun belakangan, Tere Liye selalu menerbitkan Novel terbarunya. Tidak hanya satu novel, Tere Liye mampu menerbitkan tiga sampai empat novel dalam waktu satu tahun. Itulah alasan mengapa kamu akan selalu menemukan buku Tere Liye di banyak sudut dalam toko buku favoritmu.
Sampai artikel resensi ini dibuat, Tere Liye telah menerbitkan sekitar 64 buku. Baik buku Novel series, novel non series, serial anak nusantara, kumpulan cerpen, kumpulan kutipan, buku puisi sampai buku anak bergambar. Namun kebanyakan bukunya adalah Novel.
Beberapa karya Tere Liye juga telah diangkat ke layar lebar/ film. Sebut saja Film Hafalan Shalat Delisa, Bidadari-Bidadari Surga, Moga Bunda Disayang Allah dan Rembulan Tenggelam di Wajahmu. Beberapa penghargaan juga pernah diraihnya, salah satunya dalam IKAPI Award pada tahun 2016.
2. Nilai Sosial
Dari beberapa Novel Tere Liye yang telah saya selesaikan, saya dapati bahwa Tere Liye selalu menyisipkan nilai-nilai religious dan kekeluargaan dalam setiap tulisannya, termasuk di dalam Novel Tanah Para Bandit dan serial aksi lainnya sekalipun.
Meskipun tidak menjadi bahasan utama, namun nilai-nilai ini tetap terasa bagi setiap pembacanya.
Kelebihan Buku
- Buku ini menceritakan kisahnya secara to the point dan tidak bertele-tele. Setiap halaman menjadi bagian penting dalam satu kesatuan buku.
- Buku ini adalah 1 dari 7 serial aksi Tere Liye yang telah diterbitkan. Namun uniknya, buku-buku ini dapat dibaca secara acak dan terpisah (tidak harus berurutan).
- Cover buku yang memiliki daya magis, menggambarkan kekuatan gelap yang membuat calon pembaca penasaran.
- Tere Liye mampu menggambarkan situasi pertarungan hanya dalam bentuk tulisan (tanpa ilustrasi).
- Seperti biasanya, di bagian akhir buku, Tere Liye kembali mengedukasi para pembaca dalam memerangi pembajakan buku yang telah merugikan banyak pihak.
Kekurangan Buku
- Tidak adanya daftar isi di dalam buku. Hal ini menyulitkan sebagian pembaca dalam mencari halaman.
SEMOGA BERMANFAAT
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI