Mohon tunggu...
Hanifa Rahma Nurulita
Hanifa Rahma Nurulita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi jurusan Hubungan Internasional yang masih terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Globalisasi, Iklim, dan Krisis Kemanusiaan

23 Desember 2022   00:33 Diperbarui: 23 Desember 2022   01:06 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Globalisasi membawa kita pada integrasi akan budaya, ekonomi, hingga politik antar negara. Pada awalnya globalisasi seringkali dikenal sebagai difusi budaya, namun dewasa ini cakupan globalisasi menjadi lebih luas lagi dengan menekankan pada interkoneksi dan networking. 

Aliran globalisasi terbagi menjadi dua pada abad pertengahan yaitu melalui cara damai dengan migrasi atau melalui kekerasan seperti perbudakan dan melalui standarisasi global atau yang kerap kali disebut sebagai dominasi sistem dunia. Umumnya standarisasi dipatok melalui negara maju khususnya negara-negara barat. Hal ini bukan menjadi sesuatu hal yang mengherankan karena tak dapat dipungkiri juga kebanyakan kemajuan-kemajuan teknologi, transportasi dan telekomunikasi kebanyakan muncul dari bangsa barat.

Kemajuan yang ditawarkan globalisasi mencapai puncak pada kemudahan aktivitas bisnis, perdagangan, migrasi, hingga kebebasan dalam ilmu pengetahuan. Namun dibalik kemudahan yang ada, globalisasi juga turut menyumbang dampak buruk terkhususnya pada lingkungan. Hal ini diakibatkan oleh aktivitas industri yang kerap kali dinilai sembrono dalam praktiknya. 

Seringkali kita jumpai bahwa limbah-limbah industri tidak diolah sebagai mana mestinya, berbagai macam bentuk limbah seperti cair, padat, dan gas dibuang tanpa melalui prosedur yang sudah ditetapkan. Bahan-bahan kimia berbahaya yang terkandung di dalam limbah menjadi biang dari permasalahan lingkungan ditambah juga aktivitas lainnya seperti penggunaan lahan dan penggunaan bahan bakar fosil. Meskipun beberapa masalah mengenai perubahan iklim disebabkan oleh faktor alam namun kita tidak bisa menampik  bahwa kegiatan manusia turut menyumbang banyak kerusakan lingkungan.

Permasalahan menjadi semakin rumit karena isu lingkungan juga turut menyumbang krisis kemanusiaan. Bahkan menurut International Rescue Commitment (IRC) diperkirakan 2023 dunia akan menghadapi krisis kemanusiaan yang cukup parah akibat dari konflik berkepanjangan, gejolak ekonomi, hingga dampak buruk dari perubahan iklim. 

Perubahan iklim yang ekstrem akibat dari pemanasan global bukanlah topik yang baru bagi dunia internasional, rumusan-rumusan kebijakan untuk mengatasi masalah ini semakin bervariasi dari tahun ke tahun. Bahkan tak jarang penggelontoran dana besar-besaran ditujukan untuk aksi pencegahan kenaikan suhu.

Bagaimana kondisi iklim mempengaruhi krisis kemanusiaan?

Kenaikan suhu global yang semakin menjadi turut mengancam tatanan ekologi saat ini, bagaimana tidak, kita tahu bahwa iklim dipengaruhi oleh kondisi biotik dan abiotik lingkungan namun apabila kondisi lingkungan tercemar maka suhu akan terpengaruh. Hal ini bekerja seperti boomerang, pada akhirnya perubahan suhu juga akan mengubah kondisi lingkungan, penguapan air yang terjadi dalam jumlah yang besar akan mempengaruhi kelembaban udara di atmosfer akibatnya kondisi lingkungan akan berubah.

Akhir-akhir ini pemberitaan mengenai kekeringan, banjir, ancaman ketahanan pangan, hingga ancaman terhadap sektor perekonomian negara disebabkan oleh perubahan iklim. Sebagai contoh, Eropa saat ini tengah mengalami krisis energi, di bagian amerika selatan kekeringan terjadi menyebabkan tanaman mengering dan hewan alpaca mati. Adapun perubahan iklim yang ekstrem juga menyebabkan tantangan ketahanan pangan di berbagai wilayah seperti Somalia dan Etiopia termasuk indonesia.

Dilansir melalui Greenpeace, prediksi keadaan ekstrem yang tak kunjung membaik akan menyebabkan suhu global mencapai 2,9 derajat celsius meskipun target suhu 1,5 derajat celsius yang telah dirancang sudah tercapai sebelumnya.

Pemberitaan tersebut tentunya menyadarkan kita bahwa semakin hari kondisi alam tempat kita tinggal semakin buruk. Manusia, hewan dan tumbuhan pun akan semakin sulit menemukan tempat yang aman untuk ditinggali. Bagaimana tidak, di berbagai belahan bumi saat ini kondisi-kondisi tersebut justru akan mempersulit hidup. 

Kondisi banjir akan membuat tempat tinggal terendam air yang kotor, kekeringan membuat kita kekurangan air padahal kita tahu bahwa setiap hari konsumsi air bersih sangat diperlukan. Selain itu juga, polusi udara akibat aktivitas industri dan asap kendaraan disekitar turut menyumbang permasalahan lingkungan.

Sebagai negara yang berdaulat, indonesia tentunya tidak diam saja apabila permasalahan lingkungan mengancam stabilitas negaranya apalagi hal ini juga menyangkut hak hidup masyarakatnya.  

Perannya sebagai presiden dalam forum G20 2022 menuntut negara ini untuk dapat memenuhi komitmen SDG's dalam menekan berbagai macam krisis termasuk krisis pangan, energi dan keuangan dengan mengusulkan negara-negara anggota untuk mengatasi permasalahan iklim melalui poin-poin deklarasi bali, dan juga keberlanjutan dari perjanjian paris. 

Selain itu juga indonesia turut berperan aktif dalam melakukan kerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang lingkungan hidup dan HAM baik dalam lingkup lokal maupun internasional.

Indonesia juga menyadari bahwa permasalahan lingkungan merupakan permasalah yang tidak akan mudah untuk diatasi dan tentunya memerlukan jangka waktu yang panjang, namun, disisi lain apabila kondisi lingkungan yang sudah buruk ini dibiarkan saja, maka hal tersebut akan menimbulkan masalah pada kesejahteraan hidup masyarakatnya hingga berujung pada kehancuran stabilitas negara. 

Hal ini karena segala aktivitas yang menyangkut stabilitas kenegaraan digerakkan oleh masyarakat itu sendiri. Sehingga apabila masyarakat tidak aman maka negara juga tidak aman.

Adapun kita sebagai masyarakat yang baik, seharusnya sadar diri bahwasanya kita dapat menjadi pelaku dari kerusakan alam itu sendiri, oleh karenanya untuk dapat membantu negara kita mewujudkan kondisi alam yang sehat, dapat dimulai dari diri kita sendiri dengan lebih peka dan peduli terhadap segala aktivitas kita yang melibatkan kondisi lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun