Analisis ini untuk melihat apakah kurikulum tersebut mencerminkan
tujuan pendidikan Islam, yaitu membentuk insan kamil yang beriman
(rohani), berilmu (intelektual), dan bermoral (sosial), dengan integrasi ilmu
wahyu (agama) dan ilmu aqli (rasio), sebagaimana ditekankan dalam Al-Qur'an (QS. Al-Zumar: 9) dan Hadits ("Ilmu itu wajib bagi setiap Muslim laki-laki dan perempuan").
A. Kurikulum 2006 (KTSP)
Selama saya duduk di bangku SD, di sekolah saya memakai kurikulum
ini. Kurikulum 2006 (KTSP) adalah singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan yang merupakan pedoman kurikulum yang mulai berlaku di
Indonesia sejak tahun 2006. Karakteristik utamanya adalah memberikan
otonomi atau keleluasaan yang lebih besar kepada sekolah (sebagai
satuan pendidikan) untuk menyusun, mengembangkan, dan melaksanakan
kurikulum mereka sendiri, meskipun tetap mengacu pada Standar Isi (SI)
dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang ditetapkan secara nasional.
KTSP memiliki komponen pengembangan diri yang bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri, termasuk dalam aspek spiritual, moral, dan etika.
Jika program pengembangan diri ini diisi dengan kegiatan keagamaan
(ekstrakurikuler rohis dan pembiasaan ibadah), maka berfungsi sebagai
sarana pendukung yang kuat untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.
B. Kurikulum 2013 (K-13)
Kurikulum 2013 (K-13) menunjukkan adanya peningkatan signifikan
dalam upaya mencerminkan tujuan pendidikan dalam Islam dibandingkan
kurikulum sebelumnya (KTSP), terutama melalui penekanan kuat pada
aspek sikap.
Namun, ketika saya duduk di bangku SMP saya melihat suatu
tantangan pembelajaran kurikulum 2013 ini terletak dalam praktik seharihari. Diperlukan upaya yang lebih kuat dalam melatih guru untuk melakukan
penerapan ilmu secara dan memastikan bahwa penilaian sikap benar-benar
berorientasi pada pembiasaan akhlak mulia dan bukan sekadar pemenuhan
administrasi.
C. Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka adalah kebijakan kurikulum pendidikan nasional
terbaru di Indonesia yang menekankan pada fleksibilitas, fokus pada materi
esensial, dan penguatan karakter melalui pembelajaran berbasis proyek.
Filosofinya adalah memberikan "kemerdekaan" kepada guru dan
sekolah untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan, minat, dan
potensi peserta didik.
Kurikulum ini mulai diterapkan ketika saya kelas 12 SMA, kurikulum
merdeka menerapkan tidak adanya penjurusan kelas seperti: Bahasa, IPA,
IPS, Keagamaan, dll. Tak hanya itu saja, kurikulum ini juga menerapkan 6
aspek utama yang menjadi fokus pembahasan, yang dimana pembahasan
pertamanya sangat selaras dengan tujuan pendidikan Islam:
1. Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia.
2. Berkebangsaan Global.
3. Bergotong Royong.
4. Mandiri.
5. Bernalar Kritis.
6. Kreatif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI