Mohon tunggu...
Hanifa Fadilazahra
Hanifa Fadilazahra Mohon Tunggu... Seniman - Hanifa Fadilazahra XI MIPA 4 - SMAN 28 Jakarta

SMAN 28 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cerpen: Ribuan Matahari Terbenam

25 November 2020   15:11 Diperbarui: 25 November 2020   15:15 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hari ini, sekolah sedang memperingati Hari Bumi sehingga seluruh muridnya berlomba-lomba untuk membuat poster tentang Hari Bumi.

Kevin yang melihat hal ini pun sangat kesal. "Buat apa coba merayakan hari bumi ? Kayak gak ada kerjaan aja, mendingan belajar untuk UN," Gerutu kevin yang masih berada di jenjang SMP.

Kevin dikenal sebagai anak bandel dan manja di sekolahnya. Apalagi sekarang dia sudah menjadi senior, tingkah lakunya semakin tidak karuan. Lihat saja sekarang, setelah bel pulang sekolah berbunyi, kevin menghampiri salah satu adik kelasnya, kemudian dia merebut dan merobek poster yang bertuliskan 'go green' yang digenggam oleh adik kelas tersebut. Sontak, hal itu mengundang kerumunan anak-anak yang penasaran dengan hal yang terjadi.

"Sebagai kakak kelas yang baik, aku cuman ingin bilang kalau semua hal ini tidak ada gunanya. Jadi, tolong berhenti melakukan hal bodoh seperti ini. Memangnya bumi itu orang ? Hari ulang tahunnya dirayakan. Lagian kita juga sedang hidup di masa dimana teknologi sudaah sangat canggih dan memungkinkan untuk menyelesaikan semua permasalahan di bumi. Dasar generasi mecin," bentak Kevin.

Setelah menyelesaikan urusannya di sana, Kevin menghampiri Marsha yang sudah menunggunya di pintu gerbang untuk menuju ke rumah Kevin. Kevin segera mengajaknya pergi ke rumanya.

Marsha adalah anak perempuan sederhana dan lugu. Ia sudah berteman dengan Kevin sejak mereka duduk di bangku SD. Dari pertama kali mereka bertemu mereka sudah sangat lengket, bagaikan amplop dan prangko. Marsha selalu mendukung Kevin, meskipun tindakannya salah.

Hari ini, mereka berencana untuk pergi ke rumah Kevin untuk melihat TV baru milik Kevin. Bapaknya baru saja membelikan Kevin TV baru yang sangat diidamkan anak-anak lain pada masa itu. Orangtua Kevin adalah pengusaha berkantong tebal. Maka dari itu, Kevin tumbuh menjadi anak yang manja.

Sebelum pergi ke rumah kevin, mereka berhenti di sebuah warung untuk membeli camilan. Saat di perjalanan, Kevin menghabiskan camilan tersebut dan membuang sampahnya ke selokan. Marsha yang melihatnya hanya diam saja, lagipula tidak ada hal yang bisa ia lakukan juga.

Setelah sampai di rumah Kevin, mereka langsung menuju ke ruang tamu. Mereka duduk di salah satu sofa panjang yang dapat memuat 5 orang.

Kevin segera mengambil remote TV barunya dan mencoba menyalakannya. Tetapi hasilnya nihil. TVnya tidak mau menyala. Kemudian Kevin membantingnya dan memungutnya kembali, tetap tidak membuahkan hasil. Kali ini, Kevin mencoba menekan semua tombol satu persatu. Sampai akhirnya ia menekan tombol bergambar panah ke atas.

Tiba-tiba terdengar suara yang memekikkan telinga sampai-sampai membuat telinga keduanya terasa sakit. Pandangan mereka mulai memburam, mereka tidak bisa melihat apa-apa lagi, hanya warna hitam saja yang memenuhi pandangan mereka. Kemudian, mereka merasakan tarikan yang sangat keras, mereka seakan-akan tersedot ke dalam lubang hitam besar. Udara di sekitar mereka sangat mencekat dan dingin. Mereka merasa seperti meluncur ke dalam terowongan gelap dan dingin. Mereka berusaha untuk berteriak, tetapi percuma saja karena mereka berkecepatan sangat tinggi, seperti sedang menaiki roket.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun