Mohon tunggu...
Nadim AlLande
Nadim AlLande Mohon Tunggu... Penulis - Study Sosiology

Penulis adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik Raja Haji Tanjungpinang. Bercita-cita ingin abadi, dengan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen #1 | Dalam Bayang-bayang Si Gingsul...

29 April 2020   14:40 Diperbarui: 29 April 2020   14:40 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keesokan harinya kami berpapasan beriringan begerak maju seprti  melangkah pada tujuan yang satu perpustakan. Siyalnya Gelagat yang telah diketahui oleh nira menjadikan ancaman pikiran si sayak, barangkali akan iya seret laporkan ke penjaga perpus. Nira mulai mengetahui, perampokan itu di dalam perpusatakan. Sambil berbisik bunyi lembut suara yang dikeluarkan dari mulut wanita itu pun terdengar mengagumkan dan menghancurkan prasangka yang sudah disangkanya tadi.

"hati-hati, kanda. Semogga berhasil".
Senyum manjanya yang agak mengejek pun terpancar yang memperlihatkan gigi ginsulnya yang indah tiada duanya, menambah harum semerbak dalam jiwa si keparat Sayak yang kini dilihat keanehan mulai nampak, yang ternyata kegilaan bayangan dan benih-benih kasmaran yang meluap-luap didalam sanubariknya membuat iya terperangkap pada rayuan iblis itu. Andai kau dapat melihat nira!

Setelah iring-iringan itu berahkir dengan jalan masing-masing, iyaa mengedipkan matanya kepada si sayak seperti memberi kode,  iya pura-pura mengajak penjaga perpus berbicara mengalihkan agar aksi si Sayak tak kelihatan. Hal itu sangat memudahkannya dalam aksi perampokan tersebut.  Keberhasilanya saat  menyeludup tanpa terdeteksi dan bergegas keluar dengan langkah agak santai perlahan seperti tidak ada kejadian . Ingin iya ucapkan terima kasih kepadanya, yang sdikit banyak telah membantu dalam aksinya tersebut. Tak lama kemudian beberapa menit setelah si sayak keluar. Nira pun keluar.

"Nirrr, dengan senang hati ku ucapkan. Terima kasih sudah membantuku".

"Kapan-kapan. Kau akan ku ajak lagi dalam persekongkolan ini Nir".

Nira pun tersenyum kegelian, ekspresinya yang manis dan gingsulnya (Masyaallah),  yang tadinya pendiam, malu-malu pemalu. ahkirnya ,mengemukakan pedapat:

"Iyaa, sama-sama kanda",jawabnya.
"ouh ya kanda, Buku yang tadi,  setelah kanda selesai membacanya! teringgin sekali adinda membacanya. karna katanya Buku Tan Malaka Mandilog sangat menarik untuk dibaca".

Si Sayak agak terheran teperanjat tak biasanya, iya pikir si Nira tidak tahu seputar nama buku dan nama penulis yang dibunuh oleh Bangsanya sendiri ini dan sempat dilarang bukunya beredar pada orde Keparat. 

sambil berkata: "baiklah nira, akan ku pinjamkan buku ini stelah selesai membacanya".

Stelah kejadian itu pertemuannya kian rapat. iya pikir wanita ini sama saja dengan mahasiswa-mahasiswa lainya. ternyata iya berbeda. Iya gemar membaca seperti aku pula! Dan Buku Tan Malaka?
***
Di tengah malam plus sunyi, tak ada lagi kendaraan yang berlalu lalang dijalanan. terasa lebih damai untuk membaca dan merenung. Ritual ini setiap malam sering Sayak lakukan, sebagai bentuk zikir penghayatan pada puncak kehidupan yang mendalam. Jalan sunyi adalah jalan filsup baginya, jalan dimanah akal dan hati sembari berdiskusi dan bernegasi. Waktu yang cocok untuk menulis, baginya di malam hari dan sunyi. Banyak tulisan-tulisan dan puisi yang iya lahir dari sunyi dan malam hari.

Dari sunyi aku bertemu Tuhan,
Dari sunyi pula, olehnya aku menerima wahyu
.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun