"Kamu tidak akan pernah tahu kecuali mencobanya. Pastikan lingkaran kawat sling ini jatuh di lehernya lalu tarik kuat-kuat sampai buruanmu terjerat tak bisa berkutik."
***********
Aku letakan begitu saja hasil buruanku di lantai rumah jagal yang penuh bercak-bercak noda sisa "pembantaian" hewan. Kini tinggal menunggu sang pemilik rumah jagal untuk memeriksa kondisi buruanku yang terikat dalam karung. Aku berharap ia mau membayar lebih untuk tiga ekor buruan yang aku tangkap. Aku sedang butuh uang banyak.
Setelah beberapa menit menunggu baru aku sadar bahwa ada sesuatu yang aneh di tempat ini. Tidak seperti biasanya. Tidak nampak pula tiga orang karyawan rumah jagal ini. Biasanya kalau tidak datang pengiriman barang mereka asyik di sudut ruangan main game atau memutar lagu dangdut di youtube. Tapi hari orang-orang tersebut sehelai rambutnya pun tak nampak. Apakah hari ini libur ? Ah tak mungkin. Atau mereka semua pulang kampung? Tetapi lebaran pun masih jauh.
Aku perhatikan sekeliling ruangan ini rasa-rasanya sepi-sepi saja. Dan aku baru sadar tiga buah lampu pijar yang biasanya terus menyala hari ini terlihat tak bernyawa. Alat penghisap udara pun mati tanpa suara. Suasana di ruangan yang berukuran delapan kali lima meter persegi ini jadi begitu redup. Cahaya penerangan cuma dari enam lubang angin yang jaring-jaringnya penuh diselimuti debu-debu tebal yang telah lama berkerak serta sisa bulu-bulu hewan yang bertumpuk mengendap. Aroma ruangan tercium begitu amis. Baru kali ini aku menghirup asli udara dalam ruangan ini tanpa exhaust menyala dan tanpa kepulan asap-asap rokok para pekerja.
Tetapi mengapa pintu pagar depan leluasa terbuka tidak terkunci dari dalam. Kembali kuperhatikan seluruh ruangan ini. Tujuh buah kandang besi berukuran sedang nampak kosong tanpa penghuni, alat-alat pemotongan daging di atas meja tergeletak sepi. Beberapa ember hitam yang ditumpuk dua hingga tiga susun menyudut di pojok ruang diam tak bergeming.
Padahal baru sebulan yang lalu aku datang ke tempat ini membawa satu hasil tangkapan. Anjing kurus berwarna hitam. Tapi mengapa hari ini rumah jagal bang Bonar begitu sepi layaknya ruang pemulasaran. Apakah sudah berhenti ia dengan usaha terkutuknya ini. Sudah insyafkah dia? Ah, rasanya tak mungkin.Â
Tiba-tiba seekor binatang pengerat berwarna abu-abu bertubuh gembur dan bulat muncul dari saluran air. Celingak-celinguk. Kemudian tanpa aba-aba ia berlari ke arah bungkusan karung-karung yang tadi aku letakan sembarang. Moncongnya mengendus-mengendus salah satu karung tersebut. Kuperhatikan baik-baik tikus gembrot yang bagian bokongnya sekal tanpa bulu itu.
Aha, itu si Omen penghuni rumah jagal ini. Si tukang rusuh yang bikin geli. Katanya sudah berkali-kali ia diracun namun tetap saja ia tidak mati. Namun yang pasti binatang pengerat itu selalu curiga dan waspada meski di tempat tinggalnya sendiri. Insting pertahanannya begitu sigap dan terlatih. Selalu memastikan keberadaan dirinya dalam situasi aman bila keluar berburu mencari makan.
Seperti juga diriku bila sedang ingin berburu selalu memastikan situasi dan kondisinya terpantau terlebih dahulu. Bila dirasa cukup aman serta terbaca keadaan sekitar lokasi perburuan barulah aku melancarkan aksi kejiku. Yaitu menjerat binatang peliharaan manusia yang paling setia yang tengah berkeliaran di jalan kemudian setelah dapat langsung membawanya ke rumah jagal.
Namun kegiatan berburu yang tidak lazim ini sesungguhnya baru dua tahun belakangan aku geluti sebagai ekpresi kegelisahan juga tambahan mata pencaharian. Memang tidak selamanya mulus. Ada kalanya gagal tanpa hasil.Itu artinya tak ada uang tambahan untuk berlangsungnya hidup. Bahkan pernah beberapa kali aksiku ini kepergok sang pemilik hewan. Aku diteriakinya maling. Maka kalau sudah begitu tanpa pikir panjang aku ambil langkah seribu menyelamatkan diri.