Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mudik Lebaran

16 April 2022   02:59 Diperbarui: 16 April 2022   03:06 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. pixabay.com/surugulll01

Sudah dua tahun belakangan ini semenjak wabah flu paling canggih menyerang dunia dan dengan cepat pula penyebarannya di Indonesia tanpa basa-basi tanpa pilih kasih lalu dengan sadis melumpuhkan salah satu organ vital manusia yaitu paru-paru hingga berujung hilangnya nyawa. 

Maka dari itulah Mudik Lebaran sudah lama tidak merasakan pulang kampung menikmati hari raya bersama keluarganya di sana. Ia takut akan membawa penyakit flu tersebut dan menularkan keluarganya di kampung.

Sungguh menyedihkan memang semua aktifitas manusia di dunia di batasi dari masalah ibadah hingga silahturahmi demi mencegah penyebaran penyakit flu canggih tersebut yang kian hari semakin tidak terkendali.

Istri dan satu anaknya berada di kampung, tadinya mereka tinggal bersama Mudik di kota besar namun semenjak awal wabah menyerang dan rasa-rasanya semakin menggila ia hijrahkan buru-buru anak dan istrinya ke kampung halaman demi keselamatan keluarga kecilnya.

Semua perkantoran atau pekerjaan yang berhubungan langsung dengan aktifitas manusia di sekat, di batasi. Sekolah sebagai ruang belajar di tutup. Pariwisata sepi. Di jalanan yang ramai hanya sirene ambulan dan kematian. Kota besar mati.

Orang-orang wajib mengenakan masker dan di swab demi mengendalikan wabah dan menekan angka penyebaran serta upaya terakhir yang di lakukan pemerintah demi perlindungan kesehatan warganya adalah setiap orang wajib vaksin hingga tiga kali. Sesuai dengan kriterianya masing-masing.

*****

Sudah lama Mudik Lebaran tak merasakan nikmatnya ketupat dan opor ayam buatan ibunda tercinta. Selama ini opor ayam dan ketupat hanya dapat dari kiriman tetangga yang masih baik hati dan perduli kepadanya. 

Rasanya sudah lama pula ia juga tak bersimpuh di kaki orang tuanya yang kini hanya tertinggal ibunya saja. Rasa rindu sering datang namun apalah daya, perasaan yang sama juga pasti di rasakan oleh yang lainnya.

Paling-paling saat ini Mudik Lebaran hanya bisa menikmati khidmatnya kebersamaan Idhul Fitri melalui telepon genggam seri lama yang batu baterainya sudah melendung dan dengan itu juga ia harus merogoh koceknya lebih untuk membeli pulsa kuota. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun