Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Sisa Gerimis

20 Agustus 2021   00:31 Diperbarui: 20 Agustus 2021   02:22 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisiku berhenti di ujung rambutmu yang basah oleh gerimis. Menciptakan kuntum bunga di dahimu, merah dan ungu.

Tak lama waktu mengalir menjadi percikan air. Mengalir di antara ruang di mana puisiku menjadi bagian sunyi yang paling mahir menyimpan getir.

Dan bulan muncul dari atas kepalamu
membakar sisa mendung yang menggantung, angin tersedak di daun jatuh, kebasahan menolak luruh.

Samar-samar cahaya bulan masuk ke dalam matamu membunuh penglihatanmu yang rabun di antara waktu yang jauh.

Sementara burung-burung malam bergegas menggelar kabut dari sisa gerimis yang bertebaran di langit. 

Hingga syahdu kepak sayapnya mengalun bagai tembang lelaki tua memanggil segala hantu dan dedemit.

Maka malam pun mulai mengantuk, dingin mencegat jerit burung-burung. 

Dingin menyelimut, kabut menjuntai lembut dan gerimis terakhir jatuh di bibirmu yang kecut.

Handy Pranowo

20082021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun