Secara naluri aku telah mati terkubur bersama gelisah yang memercikan api membakar nutrisi akalku yang setengah berlari dari kealpaan hidup yang terkatung-katung sepi.
Jiwaku larut menari di antara doa-doa yang melingkar di jari sambil membunuh kematian dari jarak mimpi yang tak pernah selesai di gali. Pedang nyaliku kian berkarat tanpa asahan berarti untuk kembali berani.
Oh adakah sisa perlawanan mencambuk naluriku yang mati agar hidup kembali di tengah arus hidup yang kian kusut, aku tenggelam dalam remang-remang ragu sambil menggengam tangan Tuhan yang layu.
22 oktober 2019
Kebayoran Lama
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!