Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lelaki di Musim Kemarau

1 Oktober 2018   19:05 Diperbarui: 1 Oktober 2018   19:14 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada yang tak pernah kembali dalam perantauan 

ada juga yang pulang penuh kegagalan tapi tak sedikit pula yang berhasil dan di puja puji banyak orang. 

Setiap dari kita ada garis hidup yang tak terbantahkan setiap dari kita mengisi perannya dalam tiap cerita.

Bagai lelaki di musim kemarau yang tak pernah berhenti memanggil hujan bagi sawah dan ternaknya yang kehausan.

Ia memilih tinggal di tanah kelahirannya merasakan detak jantungnya sendiri di tanah yang kini kian retak, mengelupas pucat.

Telapak kakinya menjejak pada jalan kesabaran yang penuh cobaan, sendiri menatap kosong senja yang kian rawan.

Alang-alang tumbuh dari gelisah hati yang terdalam andai saja dapat ia pupuk dan menghasilkan makanan pasti ia akan lakukan.

Gemerlap kota, gemerlap hidup saudara-saudaranya di sana tak juga memutuskan ia untuk pergi, kerja keras baginya sama saja di kota atau di desa.

Ada yang menguatkan batinnya, aroma nasi yang di masak dengan kayu bakar oleh istrinya.

Senyum sumringah anak lelakinya yang pulang mengembala sambil membawa cerita tentang hewannya yang tak pernah berduka.

Serta nyanyian burung-burung pipit yang di bawa angin ketika senja tiba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun