Aku ingin menyelami keheningan berdzikir menjelang subuh bersama ribuan malaikat yang turun dari langit. Sambil menangis aku hantarkan hidup dan matiku ke hadiratNya bahwasanya aku manusia lemah tak berdaya.
Lihatlah di dadaku penuh rongga-rongga hitam, dari sanalah muncul belatung-belatung kenistaan yang menggerogoti imanku, hingga aku sangat mencintai dunia ini dari pada Tuhanku sendiri. Aku tenggelam dalam lautan kemusyrikan.
Oh angin subuh yang dingin, oh mata bintang dalam hening. Di manakah cahaya yang terang itu. Cahaya yang lebih bening di banding cahaya pantulan minyak zaitun. Cahaya yang dulu pernah menerangi manusia berselimut lewati lembah kabut.
Hidupku penuh dengan dosa, aku tak pantas masuk ke dalam surga bahkan menjadi serdadu badar pun hingga mati berkali-kali dosaku tetap tak akan terampuni. Sebab begitu banyaknya aku menzalimi diri sendiri.
Ya Rabb Ya Illahi, aku takut dengan pedang malaikat yang menebas ribuan kepala kaum kufar Quraisy. Aku gentar dengan kerikil-kerikil panas yang melelehkan tubuh-tubuh pasukan gajah.
Aku takut, aku gentar, aku tak sanggup membayangkan semua itu terlebih hukumanMu yang maha dashyat.
Maka dalam keheningan ini aku bersujud memohon segala ampun atas semua dosa-dosaku. Bahwasanya hanya Engkaulah atas semua yang di tuju, awal dan akhir. Ya Rabb ya Illahi aku pasrah dalam genggaman tanganMu.
Handy Pranowo
9318