Di tengah zaman yang tak lagi berkesinambungan, di timur dan di barat. Jurang-jurang perpecahan semakin dalam. Dunia bergejolak, alam semesta raya menghimpun kekuatannya sendiri untuk menghancurkan diri sebab manusia tak lagi dapat di titah menurut kodratnya.
Masing-masing dari mereka hanya mementingkan kemenangan, masing-masing kelompok hanya mementingkan kekuasaan. Tak ada lagi kepekaan hidup nan damai bersama yang ada saling berperang, tukar menukar informasi hanya untuk saling menjatuhkan.
Lahar fitnah menjalar, menerjang dinding-dinding hati, menghancurkan iman, agama yang sedari awal di pelajari untuk membentengi diri dari sifat keji malah di  gunakan dan di daulat sebagai cara yang ampuh untuk meraih kekuasaan.
Lihatlah, tatap mentari tak lagi ramah, angin gelisah mengamuk melibas apa saja, gelombang lautan marah, gunung-gunung tak lagi duduk bersila, hujan batu, tanah longsor, masa-masa panen yang tak lagi memuaskan, semuanya seakan tak pernah lagi di hiraukan. Kita tak lagi peka dengan prakiraan cuaca.Â
Lalu kemana niat hati kita untuk membersihkan sungai-sungai amis darah menjadi jernih, lalu kemana niat hati kita yang ingin membangun tonggak sejarah peradaban nan sentosa bila segala fitnah dan kekejian di anggap jalan yang sempurna menuju kekuasaan.
Begitu senangkah kalian melihat burung-burung nazar turun rendah melahap bangkai adik-adik kita, saudara perempuan kita, ayah ibu kita, yang karena mereka mati di sebabkan kita haus akan kuasa.
Ingatlah di atas bumi ini dan di atas langit sana tak ada lagi yang paling berkuasa kecuali Tuhan, maka janganlah jadikan kekuasaan sebagai rebutan untuk saling menghancurkan. Tak ada guna, tak akan kekal.
Handy Pranowo
11118