Mohon tunggu...
Dannu W
Dannu W Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Natural Talent

Suka nulis, fotografi, bersepeda, kadang nongkrong sambil ngopi kalau gak ada ganti teh anget

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Gaya Mengemudi Pengendara Roda 2 di Indonesia

21 Desember 2020   11:16 Diperbarui: 21 Desember 2020   11:30 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengendara Roda Dua - Sumber: Otomotif.kompas.com 

Banyak pengendara motor yang memiliki tanggung jawab minim. Buang sampah sembarangan hingga menyerempet kendaraan orang lain kemudian dia kabur. Tidak sedikit pengendara yang "bersuara keras" ketika dijalanan, tapi "lembek" ketika bertemu langsung per-orangan. Banyak pengendara motor yang tidak mengindahkan suara ambulan tapi malah mengikutinya dari belakang. 

Jika dilihat dengan kebiasaan orang Jerman, kendaraan emergency menjadi prioritas dijalanan. Karena mereka tahu tanggung jawab para petugas tersebut besarnya melebihi kepentingan diri. Bisa saja nyawa seseorang tidak tertolong karena tanggung jawab yang minim.

Emergency Support - Sumber: Trans.info               
            googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-411');});
Emergency Support - Sumber: Trans.info googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-411');});
4. Arogansi Atas Nama Komunitas

Banyak pengendara tidak hanya roda dua tapi juga roda empat jika sudah mengatasnamakan komunitas maka akan muncul sifat sombong dan arogannya. Saya tidak menyudutkan sebuah komunitas roda empat atau roda dua, tapi mayoritas manusia jika sudah berkumpul dengan komunitasnya(anggota dengan pandangan yang sama) maka akan memunculkan rasa superior dibandingkan dengan yang lainnya. Kadang, motor atau mobil dengan stiker "komunitas" yang menempel akan merasa superior karena ia bagian dari sebuah komunitas. Menggeber suara bahkan memacu kendaraan dengan kecepatan tiggi. Padahal kalau sudah dijalan, semua kepala itu sama-sama lunak kalau sudah terbentur aspal. Dan tahu nggak ? Itu mengganggu !

5. Tidak Cocok Digunakan di Luar Negeri

Terakhir, gaya mengemudi pengendara roda dua di Indonesia tidak cocok digunakan diluar negeri. Mungkin masih cocok jika digunakan di India atau di Timor Leste. Saya pernah sekali berkendara di Eropa, rasanya berbeda jauh dengan Indonesia. Mulai dari aturan, rambu, hingga sanksi tegas. 

Saya amat berhati-hati berkendara dijalanan karena selain saya bukan warga lokal, saya juga takut sanksi akan melayang. Apalagi eropa dikenal dengan sanksi yang tegas dan denda yang berat bagi para pelanggar lalu lintas. Indonesia ? Pengendara motor di Indonesia nggak akan bisa dempet tiga di Frankfurt, nggak akan bisa terobos lampu merah di Munich, dan terakhir pengendara Indonesia nggak akan bisa main hape ketika berkendara di Autobahn. Kapan gaya pengendara kita bisa berubah ? Ketika aturan dan sanksi keras bisa dilaksanakan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun