Mohon tunggu...
E HandayaniTyas
E HandayaniTyas Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

BIODATA: E. Handayani Tyas, pendidikan Sarjana Hukum UKSW Salatiga, Magister Pendidikan UKI Jakarta, Doktor Manajemen Pendidikan UNJ Jakarta. Saat ini menjadi dosen tetap pada Magister Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Kristen Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Itu Katamu, Ini Kataku

26 Agustus 2021   15:00 Diperbarui: 26 Agustus 2021   15:04 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

            Hidup di zaman informasi seperti sekarang ini, pintar-pintarlah menyikapi semua berita yang hilir mudik sehingga membuat penuh HP kita. Ada yang benar namun, ada pula yang tidak, yang biasa dikenal dengan HOAX. Apa itu HOAX? Mengapa orang suka banget meneruskan berita yang kadang-kadang belum pasti kebenarannya? Untuk menjawab kedua pertanyaan tersebut, marilah satu per satu kita bahas dan pahami. Menurut KBBI, HOAX adalah berita bohong atau tidak bersumber dan biasanya bertujuan jahat. Sedangkan untuk menjawab pertanyaan mengapa orang senang menyebarkan HOAX, ada 5 alasan sebagai berikut: (1) bentuk partisipasi, (2) pengakuan/eksistensi, (3) provit, (4) provokasi, (5) propaganda.

            Selama masa pandemi covid-19 yang sudah begitu lama kita rasakan bersama yakni sejak pertengahan bulan Maret 2020 sampai dengan kini dan entah sampai kapan, dan bahkan sempat 'meledak' pada bulan Juli 2021, dunia kesehatan dan dunia pendidikan menjadi 'kalang-kabut' dibuatnya. Berikut adalah hal-hal yang sering kita temui di tengah-tengah kesibukan sehari-hari sebagai pendidik:

  • Kata mu : Pandemi covid-19 adalah musibah;
  • Kata ku  : Di balik musibah tentu ada hikmah.
  • Kata mu : Bosan, dikurung di rumah berlama-lama;
  •                     Kata ku : Rasa bosan bisa dihilangkan dengan menciptakan kegiatan   (seperti mengatur rumah atau bersih-bersih rumah, berkebun dan yang terutama adalah memiliki quality time yang bagus bersama keluarga).
  • Kata mu: Sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara daring sulit, sangat tergantung sinyal dan kuota, tidak semua orangtua punya bakat mengajar. Tidak semua orang punya HP canggih, apalagi laptop/komputer;
  • Kata ku : Belajar dengan menggunakan teknologi adalah tuntutan zaman now, tidak gagap teknologi dan melek IT merupakan suatu keharusan bila tidak ingin 'tergilas' kemajuan zaman.
  • Kata mu: Biaya sekolah mahal, menyekolahkan anak/anak-anak begitu berat bagi keluarga;
  • Kata ku  : Biaya pendidikan itu adalah investasi, membekali anak dengan berbagai pengetahuan dan mengirimnya untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya adalah suatu perbuatan mulia, demi hari depan anak dan seluruh keluarga yang lebih baik.
  • Kata mu : Ekonomi keluarga makin susah, terhimpit, bahkan ada yang harus mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), menganggur namun, hidup harus tetap makan;
  • Kata ku  : Ada benarnya, tetapi sebagai manusia kita diciptakan kreatif, maka berpikirlah positif dan optimis sehingga bisa mengatasi kesulitan dengan kreatif dan inovatif.

Sebetulnya masih banyak yang bisa dituliskan di sini, akan tetapi kita mulai dari yang mendesak (urgent) lebih dulu. Percayalah, 'gembok' tidak pernah dibuat tanpa kunci, demikian Tuhan tidak pernah mengijinkan masalah tanpa solusi, maka tetap usaha, berdoa dan setia menanti, jalan keluar itu pasti akan datang. Oleh karena itu, harapkanlah yang terbaik dan bersiaplah untuk yang terburuk. Di hari-hari yang penuh ketidakpastian ini, marilah kita berpegang teguh pada iman masing-masing. Mempunyai iman yang teguh kita bisa merasa aman dan akibatnya imun tubuh menjadi naik dan kesehatan bertambah baik. Bukankah sehat itu penting, sebab jika tidak sehat maka segala sesuatu tidak bisa dikerjakan dengan baik.

Rasa syukur membuat kita dapat memahami segala sesuatu yang terjadi akibat pandemi covid-19 ini, semoga tetap memberi rasa aman dan damai di hati dan pikiran kita masing-masing untuk menyongsong hari esok yang penuh harapan, dengan selalu mengaingat bahwa Tuhan senantiasa memberi semangat bagi yang frustasi dan memberi kekuatan bagi yang tidak berdaya. Sebelum pandemi covid-19 pun sudah sering kita mendengar keluhan-keluhan tentang susahnya hidup. Mengeluh tidak menyelesaikan masalah, daripada berlarut-larut tinggal dalam zona nyaman (comfort zone) lebih baik bangkit dan belajar. Dengan belajar, dapat mengubah dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang sudah pintar menjadi lebih pintar lagi dan bijaksana; contoh:

Ada yang mengeluh tidak bisa masak atau bikin kue, tetapi dengan banyak waktu tinggal di rumah dan mau belajar, akhirnya menjadi pintar memasak atau membuat aneka macam kue. Ada yang merasa kurang dalam hal IT, dengan belajar akhirnya menjadi paham dan terbiasa, bahkan semakin mampu mengoperasikannya.

Pembelajaran Abad ke-21

            Pembelajaran yang cocok dikemas dan disajikan pada abad ke-21 ini, yang mudah dicerap oleh peserta didik adalah yang menggunakan formula 70:20:10 artinya: 70% langsung praktik (on the job), 20% melalui diskusi (dipimpin coach atau mentor), 10% melalui pembelajaran di kelas (secara off line dan on line). Kebutuhan belajar masing-masing orang itu berbeda-beda, begitu juga halnya dengan tingkat pemahaman seseorang, ada yang fast learner dan ada juga yang slow learner.

            Ron Berger seorang ahli pendidikan mengatakan: "Pembelajaran masa kini selain harus efektif perlu memperhatikan banyak hal agar efisien". Menjadi efektif sebagai individu adalah suatu keharusan, sebab era baru menuntut kita tidak sekedar efektif, tetapi juga menjadi luar biasa. Kondisi sekarang kita harus bisa memicu dan memacu kemauan dan kemampuan belajar masing-masing, karena selalu akan ada keterampilan-keterampilan baru yang dulunya belum terpikirkan. Di era baru ini, adaptabilitas sangat penting sehingga kita perlu menciptakan momentum dan produktivitas belajar. Pembelajaran tidak terbatas pada kompetensi hard skills tetapi juga soft skills. Perkembangan teknologi yang begitu pesat, tak ada lagi alasan untuk bermalas-malasan dan terus-menerus mengeluh.

            Oleh karena itu, masing-masing kita hendaknya menanamkan otosugesti, menumbuhkembangkan rasa ingin tahu sebagai pemantik semangat. Pendidikan adalah kata kunci buat lifelong learner, seperti pendidik (guru/dosen) agar terjadi akselerasi cara berpikir seseorang. Penulis sangat sependapat dengan Tonny Blair, Perdana Menteri Inggris era tahun 1997--2007, dimana saja, kapan saja beliau berpidato, selalu menekankan pentingnya belajar dan belajar; education -- education and education!

Akhirnya penulis sampaikan: "Keberhasilan bukanlah milik orang yang pintar saja; keberhasilan adalah kepunyaan orang yang senantiasa berusaha dengan tekun!" Berhentilah mengeluh, berhentilah angkuh; belajarlah mulai dari hal-hal kecil, mulailah dari diri sendiri dan mulailah sekarang juga. Stop whinning and start winning!

 

Jakarta, 26 Agustus 2021

Salam penulis: E. Handayani Tyas; Universitas Kristen Indonesia -- tyasyes@gmail.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun