Mohon tunggu...
Hanom Bashari
Hanom Bashari Mohon Tunggu... Freelancer - wallacean traveler

Peminat dan penikmat perjalanan, alam, dan ceritanya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sumba, Kuda, dan Malaria

29 Mei 2022   21:08 Diperbarui: 29 Mei 2022   21:11 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petak-petak hutan dan padang ilalang yang umum terlihat di Pulau Sumba. (@Hanom Bashari)

Petak-petak hutan dan padang ilalang yang umum terlihat di Pulau Sumba. (@Hanom Bashari)
Petak-petak hutan dan padang ilalang yang umum terlihat di Pulau Sumba. (@Hanom Bashari)
Ketika siang bolong seperti ini, perjalanan sambil memanggul ransel-ransel besar ketika melintas pintas padang ilalang, benar-benar cobaan. Daun ilalang menyayat kulit-kulit tangan kami yang mulai merah kepanasan.

Menjelang jam tiga sore kami akhirnya kami tiba di Loku Engu. Di tepi sebuah sungai kecil dan tempat agak mendatar, kami mendirikan tenda untuk menginap beberapa hari ke depan.

Tenda-tenda telah didirikan. Sore ini seharusnya kami melakukan observasi kembali, namun sakit kepala saya semakin menyiksa serta perut mual mulai terasa. Saya izin kepada tim untuk tidak ikut observasi dan hanya teman saya dan tim-nya saja yang berangkat.

Saya memberanikan diri ke sungai, sekitar 10an meter dari kamp kami. Saya menghela napas, duduk di sebuah batu. Jelas, dalam beberapa hari terakhir, bahkan mungkin beberapa bulan, tidak pernah turun hujan di sini.

Lapisan batuan karst di dasar sungai terlihat, dengan sebagian ceruk-ceruk kecil terisi air, sebagiannya lagi mengering. Lumut-lumut kering telah menyegerap beberapa permukaan tak tergenang. Sementara pada ceruk yang terisi air, lumut dan dedaunan menutup permukaan air. Sungai ini menuju kering, tidak ada aliran apalagi mata air yang keluar.

Kami berhati-hati memilih ceruk-ceruk air dari sungai kering ini, mana ceruk air untuk sumber minum dan masak, mana untuk mandi dan cuci. Sepertinya sisa air di sejumlah ceruk ini masih cukup untuk kami dalam 4-5 hari ke depan. Saya masih mencoba untuk mandi cepat, sekadar membersihkan badan yang terasa lengket oleh keringat.

Hutan dan padang ilalang di Pulau Sumba. (@Hanom Bashari) 
Hutan dan padang ilalang di Pulau Sumba. (@Hanom Bashari) 
Saya kembali ke tenda. Duduk. Suhu badan saya makin terasa menghangat. Setelah meminta dibuatkan teh manis panas oleh tukang masak kami, saya membaringkan diri. Saya hampir tahu pasti, ada sesuatu yang bergerak muncul dari badan saya.

Sejak tadi pagi saya sudah menduga, ini malaria. Dari semua gejalanya, sore ini saya sudah memastikan, dia muncul.

Malaria merupakan penyakit khas daerah tropika. Di Indonesia, penyakit ini masih salah satu yang menakutkan. Daerah-daerah di NTT merupakan salah satu daerah tertinggi kasus malaria di Indonesia sampai saat ini. Ribuan kasus kerap terjadi setiap tahun di Indonesia, walaupun dilaporkan terus menurun.

Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, Indonesia saat ini masih memegang peringkat negara kedua tertinggi (setelah India) di Asia untuk jumlah kasus malaria, berdasarkan World Malaria Report 2020.

Nyamuk jenis Anopeles betina merupakan pengantar parasit tipe Plasmodium. Gigitan nyamuk membuat parasit masuk, mengendap di organ hati, dan menginfeksi sel darah merah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun