Ibarat sebuah jalan, bahagia merupakan pilihan : pilihan jalan bahagia atau pilihan kebahagiaan semu.
Percabangan ada di kehendak si individu dalam menentukan langkah dan memilih jalan menuju kebahagiaan.Â
Yakni : melakukan hal-hal yang berujung pada kebahagiaan atau melakukan pilihan jalan lain yang justru menjauh dari bahagia yang hakiki. Jalan yang kedua ini kita sebut kebahagiaan semu.
Kebahagiaan semu misalnya ada pada diri koruptor. Ada pada diri pejabat yang memakan uang rakyat. Ada pada diri narapidana yang kabur dari penjara..dan ada pada tiap individu yang memilih melanggar norma. Misalnya pengguna narkoba, orang menang judi, hingga mahasiswa pelaku plagiat.Â
Bisa jadi mereka merasa, apa yang dilakukannya sudah benar dan membuatnya Bahagia. Ya bahagia semu. Karena apa, bahagia akan menuntun kembali ke jalannya..menuju pilihan jalan menuju kebahagiaan yang sejati.
Beruntung, bahagia tidak selalu diukur dengan uang dan materi. Namun bahagia muncul di relung hati individu karena mengambil pilihan. Paling sederhana adalah pilihan untuk mensyukuri apa yang diperolehnya.
Di akhir tulisan ini, saya mengutip sebuah Hadist Nabi Muhammad SAW tentang empat perkara yang patut disyukuri menjadi sebuah kebahagiaan.
"Ada empat perkara termasuk kebahagiaan; istri (suami) yang shalihah/soleh, tempat tinggal yang lapang, teman atau tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman."
Jadi......untuk menuju bahagia, dikembalikan pada pilihan individu untuk meraihnya. (*)
(Pengantar Filsafat Umum, materi kuliah Ilmu Komunikasi Universitas Peradaban Bumiayu)