SEMUA orang tentu mendambakan rahasia bahagia atau kebahagiaan.
Lalu menjadi pertanyaan, apakah rasa bahagia itu?
Apakah bahagia itu diukur soal materi?
Bila rasa bahagia ditentukan dari, banyak dan sedikitnya materi, tentu hanya orang kaya yang bisa merasakan kebahagiaan?
Kalau bahagia diukur dari pekerjaan yang mentereng dan menghasilkan pundi-pundi uang, apakah orang papa di kolong jembatan tol tak layak merasakan kebahagiaan?
Bersyukurlah...bahagia tidak melulu soal isi dompet. Atau melihat deretan angka nominal saldo di rekening bank dan ATM.
Kalau rasa bahagia hanya datang ke relung rumah orang kaya, tentu tak ada senyum di wajah orang papa.
Bahagia adalah soal rasa....tentang sebuah pilihan.
Kok bisa?
Ibarat sebuah jalan, bahagia merupakan pilihan : pilihan jalan bahagia atau pilihan kebahagiaan semu.
Percabangan ada di kehendak si individu dalam menentukan langkah dan memilih jalan menuju kebahagiaan.Â
Yakni : melakukan hal-hal yang berujung pada kebahagiaan atau melakukan pilihan jalan lain yang justru menjauh dari bahagia yang hakiki. Jalan yang kedua ini kita sebut kebahagiaan semu.
Kebahagiaan semu misalnya ada pada diri koruptor. Ada pada diri pejabat yang memakan uang rakyat. Ada pada diri narapidana yang kabur dari penjara..dan ada pada tiap individu yang memilih melanggar norma. Misalnya pengguna narkoba, orang menang judi, hingga mahasiswa pelaku plagiat.Â
Bisa jadi mereka merasa, apa yang dilakukannya sudah benar dan membuatnya Bahagia. Ya bahagia semu. Karena apa, bahagia akan menuntun kembali ke jalannya..menuju pilihan jalan menuju kebahagiaan yang sejati.
Beruntung, bahagia tidak selalu diukur dengan uang dan materi. Namun bahagia muncul di relung hati individu karena mengambil pilihan. Paling sederhana adalah pilihan untuk mensyukuri apa yang diperolehnya.
Di akhir tulisan ini, saya mengutip sebuah Hadist Nabi Muhammad SAW tentang empat perkara yang patut disyukuri menjadi sebuah kebahagiaan.
"Ada empat perkara termasuk kebahagiaan; istri (suami) yang shalihah/soleh, tempat tinggal yang lapang, teman atau tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman."
Jadi......untuk menuju bahagia, dikembalikan pada pilihan individu untuk meraihnya. (*)
(Pengantar Filsafat Umum, materi kuliah Ilmu Komunikasi Universitas Peradaban Bumiayu)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI