Kemeriahan ini merupakan buah panjang dari upaya Pemkab Banyumas melestarikan kesenian lokal. Hampir setiap tahun, di Bulan Agustus, festival atau lomba kenthongan digelar. Bisa dikatakan, festival ini merupakan favorit warga untuk menonton hiburan lokal. Selain Festival Kenthongan, pemkab juga menggelar acara lain seperti parade mobil hias, kethoprak, dan acara lain. Namun yang menjadi primadona adalah Festival Kenthongan.
Bagaimana munculnya kenthongan sebagai sebuah festival? Menurut Yusmanto, seorang seniman kelahiran Plana, Kecamatan Somagede, Banyumas, festival kenthongan diawali dari perlombaan siskamling yang diadakan oleh Polda Jawa Tengah. Sekitar tahun 1987, Polda Jateng menggelar lomba kenthongan yang diikuti grup para peronda dalam kegiatan siskamling.
Namun lomba saat itu berbeda dengan festival kenthongan saat ini yang sudah melibatkan tambahan alat musik, kostum, penari, dan aksesoris lain. Pada kemunculan lomba kenthongan awalnya diikuti peserta mengenakan kostum ala peronda. Alat yang digunakan pun merupa kenthong peronda. Para peserta membunyikan tanda bunyi kentongan yang jamak berada di pos ronda seperti kode tanda bunyi ada peristiwa kebakaran, pencurian, orang meninggal (thihir), tanda aman, dan sebagainya.
"Kenthongan awalnya adalah alat komunikasi warga secara tradisional dan digunakan para peronda untuk menandai peristiwa-peristiwa tertentu,"kata Yusmanto.Â
Ia melanjutkan, awalnya lomba siskamling dengan kenthongan ini diadakan berjenjang dari tingkat desa, polsek, polres, antarpolwil hingga ke tingkat Polda Jateng. Istilah menyebut lomba ini adalah Lomba Thek-thek, diambil dari bunyi kenthongan berupa 'thek-thek'
"Perkembangannya kemudian dilombakan dalam bentuk festival dengan sudah mengalami beragam kreatifitas," ujar Yusmanto.
Bisa Mendunia
Kini, Festival Kenthongan merupakan agenda atraksi kesenian lokal yang bisa menjadi magnet kunjungan wisatawan. Gelaran festival kenthongan dirasa memberikan manfaat  besar bagi pelaku usaha kecil menengah maupun sektor perhotelan. Lihat saja, saat festival digelar, di sepanjang jalan Sudirman yang menjadi rute festival bermunculan bakul atau pedagang mikro berjejer dari sore hari. Banyaknya wisatawan dari luar kota, diharapkan mampu meningkatkan tingkat hunian hotel di Purwokerto dan sekitarnya.
Dengan dikemas lebih menarik, Festival Kenthongan bisa menjadi kegiatan untuk menarik pengunjung datang ke Purwokerto. Pengemasan acara lebih menarik ditambah promosi gencar di media sosial dan media massa dapat diharapkan mampu mengundang wisatawan berkunjung. Tidak hanya warga lokal, namun bisa disaksikan lebih banyak wisatawan asing. Kenthongan bisa mendunia. Tentunya dengan pembenahan beberapa hal.
Beberapa pembenahan antara lain :
- Memberikan kenyamanan kepada penonton untuk menyaksikan jalannya festival dengan menyediakan tempat duduk yang memadai di sepanjang rute yang dilalui. Harapannya ada bangku panjang atau tempat duduk nyaman.
- Memasukan Festival Kenthongan sebagai agenda budaya tahunan dan melakukan promosi wisata lebih awal di berbagai media baik media sosial maupun media massa.
- Secara umum, penampilan saat ini sudah bagus hanya saja unjuk penampilan tidak dilakukan di depan panggung kehormatan saja, melainkan di spot lain di rute festival.
- Soal waktu pelaksanaan diatur agar tidak berlangsung dalam satu kali gelaran yang berlangsung hingga larut malam. Terkadang festival selesai hingga pukul 24.00 WIB bahkan pernah hingga pukul 02.00 WIB. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI