Mohon tunggu...
Hana Marita Sofianti
Hana Marita Sofianti Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini, Guru , Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini , Guru, Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Fenomena 'Barak Militer' Bagi Anak Usia Dini

19 Mei 2025   05:55 Diperbarui: 19 Mei 2025   05:55 3770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Anak Usia Dini (Sumber Foto: Meta AI)

"Barak merupakan tempat untuk menampung tentara militer yang memisahkan tentara dari penduduk sipil untuk memperkuat semangat, disiplin dan pelatihan. Berasal dari Bahasa Inggris pada Abad ke-17 melalui Bahasa Italia dan Perancis atau Bahasa Spanyol kuno yaitu 'barraca' yang artinya tenda prajurit." (Wikipedia)

Pendidikan adalah sepanjang hayat, dari mulai buaian hingga liang lahat, kalimat tersebut merupakan pengingat bagi kita bahwa tidak ada kata berhenti untuk belajar apapun kondisi, keadaan bahkan usia kita.

Semua hal dapat menjadi sumber belajar bagi kita terlepas itu formal maupun nonformal, bentuknya bisa pendidikan pelatihan (diklat) ataupun learning camp, berupa ekstrakurikuler yang menginap ataupun tidak.

Ingatkah kita dulu ketika harus menghitung beras atau kacang hijau sesuai jumlah tahun dikegiatan ekstrakurikuler tertentu? Ingatkah kita menginap beberapa hari demi mendapatkan lencana dibaju berwarna coklat susu dan coklat tua kita? Menyenangkan atau tidak? Ya, Tergantung. Tetapi itu membekas dan menjadi kenangan yang tak terlupakan hingga detik ini.

Kebersamaan, secara langsung, saling peduli dan empati, bekerjasama dalam setiap hal, saling berbagi, mengobrol dijalan sambil jalan kaki setiap pagi ke sekolah adalah hal yang tidak wajar bagi anak dan remaja dewasa ini karena gadget dan semua fasilitas telah tersedia. Ya! Semua akses telnologi komunikasi, teknologi transportasi semuanya ready! Ngobrol do smartphone, berangkat pakai motor walau belum punya SIM, Hehehe!

Disini saya tidak akan memberatkan salah satu pihak siapapun itu, karena disisi lain bergeraknya tubuh kita merupakan syarat utama kesehatan jika memang ingin sehat, khusunya, salah satunya adalah dengan berjalaan kaki ke sekolah. Cung! Yang pernah ngalamin, hahaha! AKU! 

Selain fenomena jalan kaki yang tidak hanya di Purwakarta (karena dari dulu sudah ada dan begitu), fenomena ini bermunculan juga di seluruh pelosok Jawa Barat tentunya dengan hashtag 'lapor pak Dedi Mulyadi' sambil membuat video sedang berjalan ke sekolah. Hal ini sangat membahagiakan dimana anak-anak dan remaja bisa melakukan 'grounding' secara gratis alias cuma-cuma. 

Selain fenomena jalan kaki yang paling seru adalah fenomena 'barak militer ala Kang Dedi Mulyadi' yang sangat mengkhawatirkan pihak lain yang kontra dengan beliau, namun bagi yang memahami kiprah beliau sejak dulu ketika menjabat bupati di Kabupaten Purwakarta pasti akan Pro dengan tindakan beliau.

Ketika saya sekolah SMK, kita sebut saja KDM (Kang Dedi Mulyadi) menjabat sebagai wakil bupati pada awalnya dan beliau selalu mendatangi setiap sekolah guna mencari informasi tentang kondisi sekolah juga peserta didiknya, apalagi setelah beliau menjabat Bupati Purwakarta banyak sekali inovasi dan motivasi yang beliau lakukan dari mulai jajaran pemerintahan sampai dengan pendidikan.

Saya tidak akan membahas hal tersebut diatas lebih jauh karena yang akan saya ulas adalah bagaimana ucapan dan tindakan KDM dapat mengubah anak usia dini, yang notabene belum dapat dibawa ke barak militer. Terkecuali ketika hanya sebentar melakukan kunjungan 'Outing Class'. Hehehe! Markica, mari kita baca....

Simak juga Youtube Channel dari Kompas.com sebagai berirkut :


Fenomena 'Barak Militer' bagi Anak Usia Dini

Anak-anak kita hari ini adalah anak yang lahir dengan kondisi hidup serba ada (Digital Native) penuh dengan tantangan, khususnya kecanggihan teknologi merupakan salah satu faktor penyebab semua sumber daya dan informasi datang secepat kilat, diserap, tanpa di undi.

Kejadian ini viral di dunia maya hingga merambah dunia nyata, tak kalah emak-emak juga ikutan trend ingin dibawa ke barak militer walau bercanda dalam setiap kontennya, dan itu seru! Hahahaha

Apalagi dikalangan anak usia dini ini sedang viral dan sudah menjadi fenomena luar biasa menurut saya, dimana anak-anak dengan polosnya dalam setiap kegiatan di sekolah pastinya menggunakan kata-kata dalam bahasa Sunda: "Pa Dedi yeuh Pa Dedi....bawa ka barak militer" hingga Rafatar pun melakukannya kepada ibundanya 'mama Gigi' dan ditanggapi oleh KDM dalam kontennya.

Kang Dedi Mulyadi atau akrab disapa KDM merupakan tokoh kebudayaan dan penggagas Pendidikan Karakter di Purwakarta yang dimana telah berhasil mewujudkan kebaikan/maslahat sehingga lahir kebijakan-kebijakan terkait program pendidikan karakater di setiap satuan pendidikan hingga detik ini.

Melalui kebijakan pendidikan yang diprakarsai oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta, Bapak Dr. H. Purwanto, M.Pd beserta jajarannya, apa yang di inisiasi oleh KDM dapat terwujud melalui program pendidikan, budaya dan setiap pratek baik di sekolah-sekolah di Kabupaten Purwakarta.

Bunga Pendidikan Karakter Purwakarta yaitu: 7 Poe Atikan Istimewa, Agama Keagamaan Pendalaman Kitab, Pendidikan Anti Korupsi, Sekolah Ramah Anak dan Tatanen di Bale Atikan. Semua program ini lahir dengan proses panjang demi mewujudkan manusia paripurna yang sederhana mencintai dirinya, sesamanya dan lingkungannya (seluruh alam dan isinya).

Tidak salah jika memang tokoh satu ini di Purwakarta dari dulu memang sudah memiliki jargon tersendiri yaitu 'Bapa Aing' yang artinya bapak milik kita semua, bukan hanya satu orang saja. Ketika ke rumah beliau pun nampak beberapa warga yang antri satu persatu untuk memohon bantuan ataupun hanya sekedar singgah ingin bertemu dan berterima kasih.

KDM merupakan tokoh kebudayaan dan pendidikan dengan segala kontroversinya membuat semua orang memanggilnya dalam setiap permasalahan dan urusan, bahkan dijuluki gubernur se-Indonesia. Termasuk yang viral penjemputan ke 'barak militer' hehehe.....

Kejadian berupa sapaan KDM di media sosial yang ternyata viral tersebut diatas, terjadi di sekolah saya juga, hal ini tentunya memiliki dampak yang sangat besar bagi anak usia dini khususnya, diantaranya: 

  • Anak menjadi fokus dan nurut pada orang tuanya meskipun melalui hal yang fenomenal dan kontroversi.
  • Perubahan perilaku secara perlahan, misalnya anak menjadi disiplin dan mau mengubah kebiasaannya dari tidak mau mandi menjadi mau, tidak mau makan menjadi mau, sampai main smartphone jika dianggap berlebihan (terlalu lama menggunakan gadget/gawai) akan dihentikan.
  • Anak jadi menangis/emosi positif menurut saya asal tidak mengancam berlebihan dalam aspek perkembangan sosial emosional anak yang baik salah satunya yaitu ciri anak sehat dengan menangis jika memang mengalami hal yang dapat membuat dia belajar memahami sesuatu. (jika anak anda tidak pernah menangis maka patut dipertanyakan, hehehe tentunya tidak menangis yang berlebihan ya, bisa jadi bukan karena fenomena ini).
  • Memiliki waktu bermain dan belajar yang lebih luas dengan orang tua, teman sebaya, lingkungan sekitar karena berhenti secara perlahan bermain gadget.
  • Menyadarkan kita betapa anak kita memiliki jurang komunikasi yang kurang baik bahkan buruk ketika di rumah, dimana semua orang dalam keluarga sibuk dengan smartphone masing-masing tanpa peduli orang disekelilingnya khususnya anak usia dini.
  • Solusi bagi orang tua supaya anak yang sudah kecanduan gadget sejak dini dapat diminimalisir bahkan di stop waktu penggunaannya (jika melebihi batas) termasuk orang tuanya. Gunakan peraturan di rumah.
  • Akan banyak anak terselamatkan dari keterlambatan bicara, tulang punggung bungkuk, dan lainnya di lihat dari sisi kesehatan.

Bahkan menurut ibu Dosen Ka. Prodi PG PAUD saya di IKIP Siliwangi, Cimahi-Bandung, Dr. Rohmalina, M.Pd., beliau menyebutkan: teknologi tidak dapat menyentuh manusia dan tidak dapat menggantikan peran guru/manusia dalam memberikan kasih sayang, peduli dan empati terhadap sesamanya.

Artinya sehebat apapun kita dalam penggunaan media dalam semua teknologi tidak akan pernah bisa menggantikan belaian seorang ibu kepada anaknya, ayah kepada anaknya, sesama keluarga, didikan dan tegur sapa guru kepada murid-muridnya secara langsung. Karena berbeda rasanya tegur sapa online dan ofline. Hehe salamannya pakai emoticon.....

Sentuhan dan kasih sayang sangatlah diperlukan dan dibutuhkan anak-anak kita dalam masa pertumbuhan dan perkembangaannya, energi, aura positif dan interaksi yang intens juga berkelanjutan merupakan hal yang dapat mengisi ruang, jiwa dan proses berfikir anak dengan cara bertemu fisik secara nyata.

Bukankah anak-anak kita lahir melalui proses itu semua? Proses bertemunya ibu dan ayah dalam sentuhan nyata bukan hanya di dunia maya? Ingatlah kodrat manusia seutuhnya adalah berinteraksi, bersosialisasi dan tidak menutup diri, apalagi kepada anak-anak kita.

Jangan sampai hanya karena fenomena ini saja kita baru sadar bahwa anak-anak kita sesungguhnya membutuhkan kita, tegur sapa kita, perhatian dan sentuhan kita sebagai orang tua. Ketika tidak viral kembali lagi ke semula, masing-masjng dengan gadgetnya.

Sebaiknya dalam hal ini fenomena 'barak militer' bagi anak usia dini adalah sebuah kejadian viral dan selebihnya membantu para orang tua ketika sudah kehabisan cara dalam mendidik putra-puterinya. Bagaimana tidak?! Ketika saya ke sekolah salah satu anak ada yang bersuara: "Pa Dedi yeuh Pa Dedi....." seketika anak-anak lain langsung meminta maaf. Hihihihi..... 

Fenomena ini menjadi viral, terlepas stigma negatif saya tidak mau membahasnya, hanya hal dan dampak positif yang saya ulas disini sebab hikmah dari kejadian ini sangatlah bermanfaat khususnya bagi orang tua yang anaknya sudah melebihi batas atau menyimpang dari norma, adab, etika, tatakrama bahkan aturan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

Pendidikan haruslah yang berfokus pada masa depan, melek teknologi boleh namun tidak juga dikendalikan olehnya sepenuhnya, sejatinya teknologi diciptakan manusia adalah untuk memudahkan kehidupannya, bukan sebaliknya.

Apalagi anak usia dini yang belum faham untuk apa smartphone tercipta, kita orang dewasa dan orang tua wajib memberitahu dan menginformasikan bahwa teknologi bukan hanya untuk menonton dan main game saja, namun lebih dari itu, misalnya sebagai alat komunikasi, belajar, juga memberikan pengaturan jadwal penggunaan teknologi dengan teratur dan terukur (kapan harus berhenti).

Saya yakin apa yang dilakukan KDM adalah menyangkut masa depan melalui pendidikan generasi kita, itu semua adalah hal yang patut dipertimbangkan dan di pikir secara matang, hal ini berkaitan dengan pola asah, pola asih, pola asuh dalam atikan kasundaan (silih asah, asih, asuh, silih wangian).

Pola asuh yang sudah tepat pun tidak luput dari ketidaksempurnaan kita karena masa-masa anak, remaja hingga dewasa merupakan masa kritis dan transisi dalam pencarian jati diri, jadi apapun itu pasti akan dilakoni terlepas hal tersebut kegiatan yang positif ataupun negatif.

Apa yang salah dengan pola asah, pola asih, pola asuh dalam kehidupan kita? Khususnya Trisentra Pendidikan? Sehingga apa yang terjadi saat ini sungguh sangat diluar nalar dan dugaan kita semua dimana anak-anak, ,remaja dapat bertindak dan berperilaku kekerasan seperti kisah viral seorang nenek yang ditendang, menyimpang dan konyol.

PR besar bagi kita semua, khususnya dunia pendidikan dan pemerintahan yang memang seharusnya bersinergi sebab mereka semua anak-anak dan remaja kelak adalah sebagai pengganti kita, sebagai penerus, sebagai pemimpin selanjutnya dimasa yang akan datang.

Semoga anak-anak kita dapat terdidik dengan baik, semoga kita juga bisa mendidik mereka dengan baik juga, terakhir hanya doa yang kita langitkan agar semuanya baik-baik saja dan sesuai harapan kita. Aamiin Yaa Rabbal Alamin.... 

Salam Cinta Anak Usia Dini

Hana Marita Sofianti

Purwakarta, 19 Mei 2025

Sumber : IG KDM, Sekolah Kita

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun