Mohon tunggu...
Hana Marita Sofianti
Hana Marita Sofianti Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini, Guru , Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini , Guru, Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Derita dan Durhaka Ibu

9 Januari 2020   00:04 Diperbarui: 9 Januari 2020   00:26 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selamat hari ibu

#selamathariibu

Ibu adalah orang yang pertama menyayagi kita setelah ayah. Artinya ayah yang utama dan ibu yang pertama. Ga usah pusing bacanya, ayo lanjut baca lagi.

Tidak seperti ayah seorang ibu mampu menggantikan posisi seorang ayah. Artinya bisa rangkap jabatan ketika di rumah atau di manapun. 

Keajaiban super yang di berikan oleh Tuhan lewat tangan seorang ibu begitu menakjubkan. Tidak ada satupun makhluk di bumi ini bisa menggantikan keutamaannya.

Karena dalam salah satu kutipan dan sabda seorang Nabi yang terkenal dan di cetuskan sampai 3 kali yaitu hormati "ibumu" "ibumu" "ibumu" hingga akhirnya lalu "ayahmu", akan tetapi hal ini tidaklah menggeser posisi, kodrat dan kewajiban seorang ayah, karena dia tetap menduduki posisi penting dalam rumah tangga yaitu menjadi seorang imam. Artinya dengan sabda tersebut posisi imam tidak beralih ke ibu.

Ketika seorang ibu merasa bahagia maka bahagialah seluruh penduduk bumi dan seisinya. Sebaliknya ketika seorang ibu murka maka murkalah seluruh penduduk bumi dan isinya, termasuk Sang Pencipta.

Begitu terhormatnya posisi seorang ibu yang kedudukannya memiliki peran penting di rumahnya, dimana seorang ibu bisa menjadi seorang koki, fasilitator, ahli ekonomi, ahli bahasa, ahli fisika, ahli biologi, bahkan menjadi dokter ahli tanpa bayaran ataupun gaji sedikitpun dalam menjalankan tugas-tugasnya.

Tidak ada seorang ibu yang durhaka! Mana mungkin! Dan tidak mungkin! Semua ibu benar adanya! Bahkan seekor ibu harimaupun tidak akan memakan anaknya, darah dagingnya sediri!

Jika posisi kemulyaan ada pada seorang ibu yang di gambarkan di bait dan pragraf pertama di atas, maka bagaimanakah dengan nilai seorang ibu yang membuang bayinya hingga mati? Atau seorang ibu yang meninggalkan anak dan kewajibannya demi ego nya? Tidakkah itu durhaka atas titipan-Nya? Perlu di renungi baik-baik.

Percayalah segala sesuatu itu ada tempatnya di alam ini, bahkan hal yang tidak bernilaipun Tuhan sediakan tempatnya di semesta ini, begitu halnya seorang ibu deritanya adalah ketika anak-anak nya tidak berbakti kepadanya, dan apa yang di lakukannya tidak medapat apresiasi positif dari orang-orang terdekatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun