Mohon tunggu...
hana fauziyyah
hana fauziyyah Mohon Tunggu... Universitas Ahmad Dahlan

Saya mahasiswa dari Universitas Ahmad Dahlan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cinta untuk ABK Kecil

31 Juli 2025   14:42 Diperbarui: 31 Juli 2025   14:54 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hana Najwa Fauziyyah dan Iyan Sofyan

( Mahasiswa dan Dosen PG PAUD UAD Yogyakarta)

Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah kondisi khusus yang terjadi pada seseorang sehingga berbeda dari rata-rata pada umumnya baik dalam hal fisik, mental ataupun karakteristik perilaku sosialnya. Dalam proses perkembangannya orang tua perlu memahami kebutuhan dan juga potensi anak agar dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan kekhususannya. Sebab, dalam kehidupannya ABK akan menghadapi berbagai masalah terkait kekhususannya. Sehingga untuk menyelesaikan masalah tersebut diperlukan layanan pendidikan, bimbingan serta latihan yang baik kepada anak maupun orang tuanya (Abdullah, 2013). Di Indonesia kekerasan pada anak masih tinggi, di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tercatat sebanyak 4.890 anak mengalami kekerasan fisik (Kemen PPPA, 2024).

Seperti kasus yang terjadi di Surabaya (10-02-2024) seorang ayah dari ABK (DN) dilaporkan melakukan kekerasan pada anaknya yang berusia sebelas tahun (JD). Namun, ibunya menyampaikan jika kekerasan sudah terjadi sejak anaknya berusia tiga tahun. Kekerasan yang dilakukan DN disebabkan oleh rasa frustasinya saat menghadapi JD ketika tantrum (Kompas.com, 2024). Dari kasus yang dialami oleh JD dapat dilihat bahwa jika orang tua yang tidak menerima kondisi anaknya maka akan merasa frustasi dan berakhir pada melakukan tindakan kekerasan untuk melampiaskan emosinya. Meski alasan melakukan kekerasan untuk mengajari anaknya tindakan yang dilakukan JD tidak bisa dibenarkan. Dalam menghadapi ABK dibutuhkan solusi yang tepat kepada orang tua.

Solusi pertama untuk orang tua yang tidak memiliki pengetahuan banyak mengenai cara menangani ABK maka dapat ikut serta pada kegiatan penyuluhan atau pelatihan terkait penanganan ABK. Setelah mengikuti pelatihan dapat memberikan lebih banyak wawasan kepada orang tua. Solusi kedua dapat dengan mencari dari sosial media yang memiliki jangkauan lebih luas. Jika masih ragu maka hal yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah dengan melibatkan tenaga profesional seperti terapis, psikolog, atau dokter. Terlibatnya tenaga ahli maka orang tua akan diberikan arahan cara pengasuhan ABK yang baik dan benar. Sehingga dengan adanya arahan dari tenaga ahli dapat membangun rasa kepercayaan diri orang tua dalam mendampingi ABK (Cahyaningrat, 2025).

Solusi ketiga untuk orang tua adalah membangun rutinitas positif untuk anak secara konsisten. Adanya rutinitas positif maka anak akan merasa lebih aman dan memudahkan dirinya untuk mengikuti aktivitas sehari-hari. Setelah terlaksananya rutinitas pada anak dapat membantunya dalam mengelola stress sehingga tidak akan banyak tantrum. Solusi keempat, dengan membangun dan memahami komunikasi  anak secara efektif. Bila lebih memahami komunikasi ABK maka orang tua dapat menyesuaikan pendekatan yang harus dilakukan sesuai dengan kondisi yang dimiliki anaknya.

Berdasarkan kasus di atas dapat disimpulkan bahwa kekerasan pada ABK dapat terjadi dari siapa saja bahkan dari orang terdekatnya. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menghentikan tindakan kekerasan pada anak berkebutuhan khusus yaitu dengan mengikuti penyuluhan atau pelatihan, melibatkan tenaga ahli, membangun rutinitas positif dan membangun komunikasi secara efektif. Setiap anak terlahir dengan keistimewaannya masing-masing, meski berbeda ABK bukanlah suatu beban. Tetapi ABK adalah anugerah yang membawa berbagai pelajaran berharga tentang kesabaran, ketulusan dan cinta tanpa syarat. Cinta terbesar yang dapat kita berikan adalah dengan menjadi pelindung, pendamping setia, dan penyemangat dalam setiap langkah yang diambil olehnya. Perlu diingat bersama bahwa di balik keterbatasannya, ada potensi luar biasa yang hanya bisa berkembang dengan kasih sayang, pengertian, dan kesempatan yang sama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun