Mohon tunggu...
hana fatmawati
hana fatmawati Mohon Tunggu... mahasiswa

saya memiliki hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurangnya Respons Guru dalam Penanganan Kasus Bullying di Sekolah Dasar: Tantangan dan Solusi

24 Maret 2025   06:13 Diperbarui: 24 Maret 2025   06:13 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bullying pada anak sekolah dasar sering kali dianggap sebagai bentuk kenakalan biasa atau sekadar "bercanda". Padahal, tindakan seperti mengejek, memukul, mengucilkan, atau mengintimidasi dapat berdampak serius terhadap perkembangan mental dan emosional anak. Guru adalah pihak yang paling dekat dengan siswa di sekolah, sehingga mereka menjadi garda terdepan dalam mendeteksi dan menangani bullying. 

Respons cepat dan tepat dari guru ketika terjadi kasus bullying sangat penting untuk melindungi korban, menghentikan tindakan pelaku, dan mencegah kasus serupa terulang. Sayangnya, tidak semua guru memahami pentingnya peran ini, sehingga kasus bullying kadang tidak mendapatkan penanganan yang layak. 

Penyebab Kurangnya Respons Guru terhadap Kasus Bullying

Beberapa faktor yang memnyebabkan guru kurang tanggap dalam menangani bullying di sekolah dasar antara lain:

1. Minimnya Pemahaman tentang Bullying

Sebagian guru belum sepenuhnya memahami definisi, bentuk, dan dampak bullying. Mereka mungkin menganggap perundungan sebagai hal biasa dalam interaksi anak-anak, sehingga mengabaikan tanda-tanda awal kekerasan atau intimidasi. 

2. Tidak Ada Prosedur Operasional Tetap (SOP) yang Jelas

Banyak sekolah dasar yang belum memiliki prosedur baku dalam menangani kasus bullying. Tanpa panduan yang jelas, guru sering kali merasa bingung harus berbuat apa, atau takut salah langkah ketika menghadapi kasus.

3. Beban Tugas yang Tinggi

Guru di tingkat SD sering kali harus menangani banyak tanggung jawab di luar tugas mengajar, seperti administrasi dan pembinaan siswa. Akibatnya, fokus mereka terhadap masalah psikososial peserta didik menjadi terbatas.

4. Kurangnya Pelatihan Penanganan Kasus Kekerasan Anak

Tidak semua guru mendapatkan pelatihan khusus mengenai penanganan bullying, konseling dasar, atau keterampilan komunikasi empatik. Hal ini membuat mereka ragu atau enggan terlibat dalam kasus yang dianggap sensitif.

5. Rasa Takut terhadap Konsekuensi Hukum atau Sosial

Sebagian guru memilih tidak terlibat atau tidak memberikan keterangan dalam kasus bullying karena khawatir akan terlibat dalam proses hukum, mendapatkan tekanan dari pihak luar, atau merusak citra sekolah.

Strategi Meningkatkan Respons Guru dalam Penanganan Bullying

Untuk mengatasi kurangnya respons guru, perlu ada langkah-langkah sistematis yang diterapkan di sekolah dasar, antara lain:

1. Penguatan Kompetensi Guru

Sekolah perlu memberikan pelatihan rutin kepada guru mengenai:

  • Deteksi dini bullying

  • Pendekatan psikososial terhadap korban dan pelaku

  • Teknik mediasi dan konseling sederhana

  • Penanganan awal kasus bullying sebelum dilimpahkan ke pihak berwenang

2. Penyusunan SOP Anti-Bullying

Sekolah harus menyusun prosedur yang jelas mengenai penanganan bullying, meliputi:

  • Mekanisme pelaporan yang mudah diakses siswa

  • Tindak lanjut bagi pelapor, korban, dan pelaku

  • Pendampingan psikologis pasca-kejadian

3. Membangun Budaya Sekolah yang Peduli dan Aman

Mendorong guru untuk aktif menciptakan suasana kelas yang suportif, saling menghargai, dan bebas diskriminasi. Program seperti peer support, buddy system, atau school guardian bisa menjadi solusi praktis.

4. Kolaborasi dengan Orang Tua dan Pihak Eksternal

Guru perlu menjalin komunikasi intensif dengan orang tua, konselor profesional, dan lembaga perlindungan anak. Jika terjadi kasus serius, guru tidak boleh ragu melibatkan pihak eksternal untuk penanganan lanjutan.

5. Penguatan Etika dan Tanggung Jawab Profesional

Guru harus memahami bahwa melindungi peserta didik dari kekerasan adalah bagian dari etika profesi dan tanggung jawab moral. Ketidakhadiran atau pembiaran terhadap kasus bullying bisa melanggar hak-hak anak atas perlindungan dan rasa aman di lingkungan sekolah.

Respons guru dalam menghadapi kasus bullying di sekolah dasar menjadi indikator utama kualitas perlindungan anak di satuan pendidikan. Kurangnya tindakan cepat dan tepat dari guru tidak hanya memperparah dampak bagi korban, tetapi juga berpotensi merusak budaya positif di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan kapasitas guru, kebijakan yang mendukung, serta komitmen seluruh warga sekolah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi semua peserta didik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun