Mohon tunggu...
Hana  Anisa
Hana Anisa Mohon Tunggu... Administrasi - Tenaga Pendidik - Surakarta

Tenaga Pendidik - Surakarta - tertarik pada dunia literasi, pendidikan anak, relawan.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cerpen: Hampers Itu Sunnah, Zakat itu Wajib

10 Mei 2021   18:33 Diperbarui: 10 Mei 2021   18:36 1057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
hampers lebaran (www.ussfeed.com)

"Re.. Ini tadi ada kiriman buat kamu." kata Tata sembari memberikan tiga kotak paket untuk Rere yang sedang membuka pintu kamar kosnya. 

"Eh, dari siapa Ta? wow sih dapat lagi tiga. Yaampun banyak banget. Okedeh thanks ya Ta!" ucap Rere.

Tata dan Rere merupakan teman satu kos. Mereka merantau ke ibu kota untuk bekerja. Kamar keduanya saling berhadapan. Sudah berjalan hampir dua tahun ini mereka menjadi teman kerja sekaligus teman kos. Suka duka mereka lewati bersama hingga akhirnya mereka begitu akrab dan saling menjaga ketika di perantauan. 

Meskipun tinggal satu kos dan bekerja dalam sebuah perusahaan yang sama, namun nasib mereka berbeda. Rere adalah anak terakhir dan memiliki 2 orang kakak. Setiap bulan dia masih saja dikirimi uang jajan dari kedua kakaknya. Penghasilan Rere pun dia nikmati sendiri. Pengeluaran rutin hanya membayar sewa kos dan kehidupan sehari -hari saja. 

Berbeda dengan Tata yang merupakan anak tunggal, tapi berasal dari keluarga biasa saja. Setiap bulan dia mengirimkan sebagian penghasilannya untuk orang tuanya di kampung halaman. Sisanya ia gunakan untuk bertahan hidup di ibu kota. 

Tata pergi ke kamar Rere. Dia melihat setumpuk hampers yang cukup banyak. Sekitar belasan hampers tergeletak di sudut kamar Rere. 

"Re.. banyak banget hampersmu? Dari siapa aja ini?" tanya Tata penasaran 

"Iya nih Ta, temen - temenku ngirim paket hampers enggak bilang - bilang. Yang ini dari sahabatku SMA, bungkus biru itu dari sabahat SMP, yang kotak kayu itu dari sabahatku saat kuliah." jawab Rere sambil menjelaskan hampersnya satu persatu.

Rere memang orangnya supel dan pandai bergaul. Tidak heran jika temannya begitu banyak. Lihat saja dari tumpukan hampers yang ada di kamarnya. Entah berapa hampers lagi yang akan dia dapatkan. 

Ketika mereka sedang sibuk membuka hampers, tiba - tiba Rere terdiam. 

"Ta, mereka nih sahabat - sahabatku. Baik banget mereka mengirimiku hampers seperti ini. Kayaknya aku juga mau mengirimkan hampers buat mereka deh. Gimana menurutmu Ta?"

"Ide yang bagus Re, mumpung momen menjelang lebaran nih. Apalagi saat pandemi seperti kaya gini. Kamu kan juga sulit bertemu mereka secara langsung" saran Tata. 

"Bantuin aku dong Ta, cari hampers yang oke buat mereka. Mumpung besok kita libur kan. Yayayaa..."

Sambil menunggu waktu berbuka, mereka berdua asyik scrolling instagram dan marketplace. Mereka saling menunjukkan akun penjual hampers yang mereka temukan. Banyaknya pilihan membuat Rere kebingungan. 

"Re.. coba lihat deh ini hampers lucu. Ada 4 jenis makanan ditambah masker dan tumblr juga lho. Harganya pun juga enggak sampai 200 ribu lho."

"Wah iya Ta. Cakep nih, aku suka. Emm, lokasinya juga enggak jauh kos kita Ta. Besok mau kan nemenin aku ke sana buat pesen?" Ajak Rere

"Oke deh, yaudah adzan maghirb udah terdengar. Yuk kita buka dulu Re."

***

Pagi hari yang begitu cerah. Tata dan Rere telah bersiap untuk berburu hampers. Mereka berangkat jam delapan pagi naik motor. Lokasi penjual hampers tidak jauh dari kos mereka. Hanya butuh waktu 30 menit untuk mereka sampai di sana. Sebenarnya bisa ditempuh dalam waktu 15 menit saja, tapi karena mereka baru pertama kali ke sana jadinya agak lama sampainya. 

Sampainya di sana, mereka melihat beberapa karyawan toko sedang mengemasi hampers pesanan pelanggan. Banyak sekali yang mereka rangkai. Mungkin hampir 500 hampers. Rere dan Tata melihat - lihat apa saja isi hampersnya. Sambil bertanya ke salah satu karyawannya tentang harga dan isinya ada apa saja. Tidak berselang lama, salah seorang karyawan datang  menyapa mereka berdua.

"Hai mbak. Ada yang bisa saya bantu?"

"Oh hai mbak. Iya mbak kemarin aku lihat akun instagram toko ini menjual hampers buatan sendiri ya mbak? Lucu - lucu lagi" kata Rara.

"Iya betul mbak, kami membuat kue kering isi hampers ini dan menambahkan masker serta tumblr." jelas karyawan itu

"Yang isinya seperti itu harganya berapa mbak?" 

"Kalau yang ini mbak harganya 185.000 rupiah. Udah free kartu ucapan dan sudah kami rangkai seperti ini mbak."

"Kalau gitu aku mau pesan 20 hampers ya mbak buat hari Selasa depan. Bisa dianterin ya ke kos Dahlia. Deket kok dari sini. Nanti aku sharelock" minta Rara

"Baik mbak. Bisa kami antarkan. Jadi totalnya 3.700.000 ya mbak." 

Tata saat itu hanya terdiam melihat Rara dan karyawan melakukan transaksi. Di dalam hatinya begitu tertegun melihat nominal transaksi yang dilakukan oleh Rara. Dia maklum uang segitu bagi Rara tidaklah seberapa meningat dia juga setiap bulan mendapat kiriman uang dari kakak - kakaknya. 

"Ta, yuk kita pulang. Aku sudah selesai" Ajak Rere

"Oke."

Saat menuju parkiran, Tata pun bertanya pada Rere

"Banyak banget Re kamu pesannya?"

"Iya Ta, lihat saja tumpukan hampers di kamarku ada 15 kemarin aku hitung. Belum lagi nanti kalau ada yang mengirim lagi. Dan kamu tenang aja Ta. Satu aku belikan untukmu kok" Jawa Rere sambil memakai helm.

Perjalanan pulang cukup padat merayap. Rere yang sedang asyik duduk di belakang sambil main HP tiba - tiba kaget karena Tata menghentikan motornya padahal mereka belum sampai di kos. Rere hanya terdiam lalu turun dari motor tanpa diminta. Dia melihat sebuah gedung bertuliskan Lembaga Amil Zakat. 

"Re, maaf ya mampir ke sini sebentar aja. Tadi kan aku dah nemenin kamu belanja. Sekarang giliran kamu nemenin aku ya," 

"Oke Ta. Kita mau ngapain ke sini?" tanya Rere heran.

"Aku mau bayar zakat dulu Re. Yuk kamu ikut ke dalam" Ajak Tata.

Mereka berdua berjalan bersama masuk ke kantor LAZ itu. Di dalam hati Rere merasa ada yang aneh. Baru pertama kali ini dia datang ke kantor LAZ. Begitu sampai di dalam, Tata langsung menghampiri salah satu karyawan di sana. Nayla namanya. Tata dan Nayila sudah kenal beberapa bulan belakangan. 

"Assalamualaikum mbak Nayla, apa kabar?" tanya Tata

"Waalaikum salam mbak Tata. Mau menunaikan kewajiban lagi ya?"

"hehe iya mbak. Oh iya ini temanku mbak. Kenalin namanya Rere. Dia taman kos dan teman kerjaku." 

Nayla melampaikan tangan ke arah Rere. Mereka pun saling melambaikan tangan tanda mulai berteman.

"Ini mbak zakat fitrah untuk 3 orang ya dan yang ini untuk zakat maal ku." kata Tata sambil menyodorkan sejumlah uang yang telah ia masukan ke dalam dua amplop yang berbeda.

Nayla langsung membuka amplop Tata dan menghitungnya. Rere yang sedari tadi diam mulai penasaran dengan zakat yang dibayarkan oleh Tata. 

"Ta.. kamu tadi bayar zakat fitrah dan zakat apa? aku kok baru tahu" tanya Rere sambil menunjukkan wajah penuh tanya.

"Oh, itu zakat maal namanya Ra. Harta yang kita miliki juga wajib dizakati jika telah mencapai nishabnya atau batasan jumlah untuk dizakati. Contohnya adalah zakat profesi. Jumlahnya 2.5% dari penghasilan kita."

"Oh begitu ya Ta, kamu udah sering zakat profesi? kalau zakat fitrah sih aku masih dibayarin orang tuaku." kata Rere

"Iya alhamdulillah Re. Ini mbak Nayla yang ngajarin aku waktu itu. Setiap bulan aku mampir ke sini untuk menyerahkan zakat profesi. Iya kan mbak Nya?" 

Nayla yang dari tadi fokus menghitung uang dan menginput data hanya mengangguk dan tersenyum tanda mengiyakan perkataan Tata. Selesai menghitung dan menginput, Nayla ikut ngobrol dengan mereka. 

"Ada zakat fitrah yang dikeluarkan saat bulan ramadan. Ada juga zakat maal dari penghasilan kita. Zakat yang kita keluarkan bertujuan untuk mensucikan harta kita mbak Rere. Kalau zakat fitrah untuk mensucikan jiwa, sedangkan zakat maal untuk mensucikan harta yang kita miliki. LAZ sebagai lembaga yang menghimpun zakat akan menyalurkan kepada mereka yang berhak menerimanya. Jadi, zakat fitrah dan maal yang kita keluarkan tidak hanya untuk kepentingan pribadi saja, tapi juga ada nilai sosialnya juga." Jelas Nayla.

Rere masih mencerna omongan Nayla. Dia mulai memikirkan selama ini dia tidak pernah mengeluarkan zakat profesi. Padahal Rere yang bekerja di ibu kota memiliki penghasilan yang cukup besar. Dia mulai mengingat berapa juta uang yang ia keluarkan dengan mudahnya untuk membeli hampers bagi teman - temannya. Tidak menyesal sebenarnya karena ini untuk hadiah bagi mereka. Namun, di hati kecil Rere dia seolah mendapatkan tamparan betapa mudahnya membelanjakan uangnya untuk senang - senang, sedangkan mengeluarkan zakat profesi yang hanya berapa ratus ribu setiap bulan saja dia tidak keluarkan, dan dia tidak pernah mencari tahu tentang itu. 

Rere begitu kagum dengan Tata karena begitu taatnya dia membayar zakat fitrah dan zakat maal. Dia meminta penjelasan lebih lanjut kepada Nayla. dan Rere berjanji akan ke LAZ lagi esok hari bersama Tata. 

Alhamdulillah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun