Mohon tunggu...
hanaaish.sr
hanaaish.sr Mohon Tunggu... siswa

menonton,infp,ingin menjadi desainer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gagal Kabur

7 September 2025   20:25 Diperbarui: 7 September 2025   20:25 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi itu aku bangun dengan wajah kusut. Matahari sudah menyorot dari jendela, tapi aku merasa sangat malas untuk bangun. Aku hanya tiduran sambil melihat-lihat atap kamar. "Hari ini aku mau pergi dari rumah," bisikku pelan.

Aku akhirnya mandi sebentar, lalu turun ke meja makan. Ibu udah siapin sarapan. "Makan dulu, nak," kata ibu. Aku cuma ngangguk sambil nyendok nasi. Nggak lama, ayah duduk dan bertanya, "Kamu sudah mikir lagi soal SMA kamu?" Suasana meja makan jadi kaku.Aku sangat males ketika ditanya hal yang berhubungan dengan sekolah.

Aku males untuk menjawab. Akhirnya aku berkata dengan singkat, "Aku pengen jalan sendiri." Ayah cuma mendengus, ibu pun diam. Rasanya makin aneh,aku buru-buru balik ke kamar.

Di kamar, aku langsung ambil ransel dari bawah kasur. Isinya cuma beberapa baju, botol minum, sama uang tabungan. "Siang ini aku bakalan kabur," kataku dalam hati. Aku udah nggak tahan terus-terusan ditekan.

Hari sudah menunjukkan jam sebelas siang. Panas matahari bikin badan lengket keringatan. Aku pura-pura keluar mau beli sesuatu, padahal aku jalan cepat ke arah jalan besar. Jantungku deg-degan, tapi aku tetap memberaniakn diriku untuk tetap kabur.

Saat sudah sampai di persimpangan, tiba-tiba ada suara klakson mobil yang sangat kencang. Aku langsung melihatnya, dan mataku langsung melotot. Itu mobil ayah! Jendelanya kebuka, dan ayah ngeliatin aku tajam. "Mau ke mana kamu?" katanya dengan suara berat.

Aku panik. Aku langsung lari, tapi ransel di punggung membuatku keberatan. Orang-orang di sekitar meliahat kearah aku dan ayahku. Ayah turun dari mobil sambil teriak, "Berhenti, Hana!"

Akhirnya aku kehabisan tenaga. Aku berhenti di depan warung kecil. Ayah jalan mendekat, wajahnya lelah, bukan marah. "Kenapa kamu tega ninggalin rumah? Ibu khawatir banget," katanya pelan.

Aku tertunduk. Air mataku hampir jatuh. "Aku capek, Yah... aku nggak kuat lagi," jawabku pelan sambil gemetar.

Ayah duduk di kursi plastik warung itu. "Kalau kamu pergi, siapa yang jagain ibu? Hidup di luar nggak gampang, Nak. Kamu belum siap," katanya. Suaranya tenang, tapi kerasa banget di hatiku.

Tak lama aku meneteskan air mata ku. Ransel yang tadi aku bawa dengan semangat, sekarang terasa sangat berat. "Aku cuma pengin didengar, Yah..." kataku sambil sesenggukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun