Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memang Karnaval adalah Dalih Memproduksi Sampah?

19 Agustus 2019   14:00 Diperbarui: 19 Agustus 2019   14:04 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Agustus adalah bulan di mana keriuhan mendadak muncul berkat perlombaan antar warga dan karnaval. Sama seperti hari besar keagamaan, momen ini dimaksudkan sebagai perayaan setelah memperjuangkan sesuatu. Oleh karena itu, agar tidak melenceng dari tujuan awal, lakukanlah dengan positif.

Kemarin malam saya menonton acara komedi di salah satu stasiun televisi swasta. Sang komika mengatakan jika lomba menangkap belut tidaklah bermanfaat bagi negara lantaran kurang memiliki tantangan. Dia berpendapat bahwa lebih baik menjebloskan koruptor ke penjara. Benar-benar sindiran tajam! Saya rasa memang menunjukkan nasionalisme bukan sekadar ucapan atau tindakan simbolis saja.

Mengacu pada judul, melalui tulisan ini saya akan lebih fokus membahas tentang karnaval. Jadi, apa memang pantas dijadikan dalih untuk memproduksi sampah? Atau, malah dikaitkan dengan kepentingan banyak orang? Biarkan saja, mereka terpaksa. Begitu? Tentu tidak bisa sesederhana itu.

Tidak bisa dipungkiri bahwa manfaat karnaval untuk merayakan hari kemerdekaan cukup signifikan bagi masyarakat. Sebut saja sebagai sarana edukasi tentang sejarah bangsa, ajang kreatifitas, silaturahmi antar peserta, dan menumbuhkan rasa nasionalisme. Lantas, poin-poin penting tersebut pun seketika dihancurkan oleh kebiasaan membuang sampah sembarangan.

Menurut saya, ketika peserta karnaval membuang sampah sembarangan, esensi merayakan merayakan hari kemerdekaan tidak mereka dapatkan. Ingin mengenang perjuangan pahlawan, tetapi kenapa malah menimbulkan efek buruk? Belum lagi, aksi vandalisme atau bahkan ajang mabuk-mabukan tidak bisa dihindarkan.

Masalah sampah sendiri adalah isu cukup serius di Indonesia. Lalu, kenapa perayaan kemerdekaan malah semakin memperburuk keadaan, bukan memperbaiki?

Jika sebuah negara hanya terdapat dua jenis populasi masyarakat; kreatif dan mempunyai kesadaran diri, maka tidak akan ada masalah sampah. Pikiran saya ini memang sangat sederhana, tetapi sangat sulit diwujudkan, bukan?

Berkaca pada fenomena ini, saya sangat menyayangkan untuk mengatakan bahwa karnaval hari kemerdekaan tidaklah berguna. Acara ini hanya tampak seperti ajang bersenang-senang tanpa memberikan kontribusi bagi negara.

Nasionalisme adalah sebuah kepercayaan. Jika Anda meyakini, lakukanlah kebaikan sebagai bukti akan hal tersebut. Tidak perlu tindakan-tindakan besar, cukup langkah sederhana untuk mengatasi permasalahan di sekitar misalkan sampah. Alhasil, karnaval hari kemerdekaan tidak kehilangan esensi.

Saran saya, ketika mempersiapkan karnaval hari kemerdekaan, perhatikan pula masalah lingkungan. Selain menyiapkan petugas kebersihan, berikan arahan pada peserta dan bentuklah koordinator khusus untuk bertanggungjawab pada hal tersebut. Buatlah acara ini setertib mungkin agar menunjukkan bahwa sumber daya manusia di Indonesia semakin baik dari tahun ke tahun.

PS. Seorang teman mengatakan bahwa sampah adalah manusia itu sendiri, bukan benda tidak terpakai. Jadi, yuk lebih peduli pada isu ini! Jika Anda pernah dikatai sampah lantaran tidak berguna, bukan masalah kalau Anda selalu menjaga kebersihan lingkungan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun