Mohon tunggu...
Hamzah Zhafiri
Hamzah Zhafiri Mohon Tunggu... Kreator konten -

Suka menulis dan bercerita sebagai hobi. Terutama tema politik, bisnis, investasi, dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kisah Perempuan Penenun Menjadi Aktor Ekonomi Kreatif Dusun Sejatidesa

5 Desember 2018   17:55 Diperbarui: 5 Desember 2018   18:04 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memamerkan tenun Sejatidesa di Bentara Budaya (dokpri)

Dokpri
Dokpri
Dompet tenun (Dokpri)
Dompet tenun (Dokpri)
Semua proses pengembangan industri kreatif tenun ini, dari mulai membuat kain tenun warna-warni, berkoperasi, membuat Pokdarwis, hingga membangun desa wisata tenun, dimotori sendiri oleh perempuan penenun. Merekalah yang berkarya, berorganisasi, dan memasarkan karya mereka sendiri.

Geliat usaha perempuan penenun ini pun menjadi berkah sendiri bagi warga Sumberarum. Pemuda desa bisa ikut bekerja menyediakan fasilitas dan pra-sarana ketika festival Pasar Tenun Rakyat diadakan. Warga bisa berjualan di sekitar lokasi festival juga. Bahkan seniman lokal juga bisa punya panggung untuk menunjukan kebolehan bermain gamelan.

Tanpa harus ada embel-embel feminisme, desa ini telah menjadi progresif yang mana ekonominya dipicu oleh ekonomi kreatif perempuan penenun. Warga yang umumnya hanya bertani, beternak, dan menambang pasir di pesisir kali Progo, kini punya pekerjaan tambahan menyokong aktivitas penjualan dan wisata tenun Sumberarum.

Kita semua tahu, dalam masyarakat kita ini, kesetaraan gender masih jadi sesuatu yang sulit digapai. Perempuan masih dianggap sepantasnya berada di wilayah domestik saja, biarkan laki-laki yang tampil di ruang publik untuk mencari rezeki dan memimpin. Namun, cara pikir seperti itu pun mulai bergeser.

Proses pembuatan tenun, dipamerkan di Bentara Budaya (Dokpri)
Proses pembuatan tenun, dipamerkan di Bentara Budaya (Dokpri)
Di zaman now yang makin progresif ini, perempuan telah menunjukkan tajinya sebagai salah satu agen perubahan. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh perempuan penenun Dusun Sejatidesa ini, mereka bisa membawa perubahan di desa mereka, tanpa menanggalkan peran mereka mengurus rumah dan membesarkan anak.

Kesetaraan gender ini juga diakui oleh tokoh berpengaruh seperti Bambang Soepijanto. Pria yang menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Panel Kayu Indonesia (APKINDO) ini juga pernah punya pengalaman menarik seputar kesetaraan gender.

Dulu, Bambang Soepijanto menjabat sebagai petugas penghijauan di Desa Kepek Paliyan, Gunungkidul. Ia mempersunting wanita dari Magelang, yang sama-sama pernah kuliah di Yogyakarta. Awalnya Bambang Soepijanto mengajak istrinya untuk ikut bersamanya, saat itu Bambang Soepijanto berada di golongan 2 Petugas Lapangan, sementara istrinya Golongan 3 Hakim. 

Pimpinan istrinya pun berkata pada Bambang: "SK anda Pinpro, SK dia (calon istri Bambang Soepijanto) Presiden, secara logika hukum anda yang harus ikut calon istri anda."

Bambang Soepijanto (dokpri)
Bambang Soepijanto (dokpri)
Kejadian itupun memberi pelajaran pada Bambang Soepijanto, bahwa di era sekarang, kesetaraan gender memang sudah terjadi. Tidak perlu berkecil hati, justru fenomena ini menjadi sebuah pencerahan yang bermakna, bahwa perempuan pun bisa berkarir dan berprestasi setara dengan laki-laki.

Kini, Bambang Soepijanto memutuskan maju sebagai DPD RI untuk dapil DIY. Dengan semangat "ngayomi, ngayemi, dan ngayani", beliau bertekad untuk menjadi pemimpin yang melayani wong cilik.

Dengan cara memberi perlindungan pada rakyat, memberi ketenangan bagi rakyat, dan bertanggungjawab pada rakyat atas amanah yang ia emban. Semua itu siap dilakukan Bambang Soepijanto dengan keyakinan kesetaraan gender yang ia alami sendiri. Bahwa perempuan, khususnya perempuan Yogyakarta, adalah perempuan hebat yang sanggup berkarya dan berprestasi dalam bidangnya masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun