Mohon tunggu...
Hamzah NurAzis
Hamzah NurAzis Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Never quit

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Wabah Virus Corona, Antara Bisnis Aji Mumpung dan Musibah

6 Maret 2020   22:30 Diperbarui: 6 Maret 2020   22:32 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Virus corona yang diinformasikan oleh berbagai media bahwa virus corona telah masuk ke Indoensia. Hal ini menyababkan masyarakat Indoensia mengalami kepanikan.

Berawal adanya seorang WNA dari Jepang yang terkena virus corona yang di rawat di rumah sakit, hingga beberapa WNI yang juga terindentifikasi terkena virus corona, dan mereka di duga pernah melakukan interaksi dengan WNA yang terkena firus corona tersebut. 

Dampak wabah virus corona yang masuk ke Indoensia tersebut menyebabkan harga masker naik. Karena jumlah masker yang tersedia lebih sedikit dari pada ketersediaan barang. Sehingga ada oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan peluang ini sebagai bisnis. 

Begitu juga ada informasi bahwa ada penjual masker yang menjual barangnya dengan harga yang tidak normal. Namun, disi lalin penjual jamu tradisianl kebanjiran rezeki, karena berkat virus korona daganganya laku keras. Namun bagaimanakah seharusnya masyarakat menyikapi fenomena yang telah terjadi di Indonesi seperti ini. 

Virus korona atau corona virus adalah sekumpulan virus dari subfamili orthocoronavirinae dalam keluarga coronaviradae dan ordo nodovirales. Nama virus korona merujuk pada bahsa latin yaitu corona yang artinya mahkota. Hal ini mengacu pada tampilan partikel virus (virion) yang memiliki pinggiran sehingga menyerupai mahkota atau korona matahari.  

Kelompok virus ini yang mnyebabkan penyakit pada burung dan mamalia, termasuk virus ini dapat menular pada manusia. Namun jika virus ini terkena manusia maka dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan.

Efek yang paling ringan jika terkenan pada manusia pada umumnya seperti flu meskipun beberapa bentuk penyakit seperti Sars, Mers. Dan COVID-19 yang sifatnya lebih mematikan. 

Virus korona merupakan virus beramplop dengan genom RNA utas tunggal plus dan nukleokapsid berbentuk heliks simetris. Jumlah genom virus korona berkisar antara 27-34 kilo, dan ini merupakan virus terbesar di antara virus RNA yang diketahui. Maka sangat wajar jika masyarakta dunia, terkhusus masyarakat Indoensia mengalami kepanikan.

Kepanikan yang di alami masyarakat Indoensia mendorong masyarakat mulai sadar tentang kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari kebutuhan masyarakat untuk membeli masker dan rempah-rempah atau jamu di pasar. 

Sehingga harga masker dan rempah-rempah mengalami kenaikan, misalnya harga rempah-rempah di pasar tradisional Cikampek, Karawang yang mengalami kenaikan. Jadi harga temulawak yang biasanya Rp. 20.000 per kilogram, kini meroket jadi Rp. 50.000. 

Tak hanya temulawak, beberapa rempah-rempah lainnya juga mengalami peningkatan harga. Daun Sereh yang tadinya Rp. 4000, kini menjadi Rp10.000, sedangkan jahe biasanya Rp. 20.000 per kilogram, kini menjadi Rp. 50.000, jahe merah lebih mahal hingga Rp. 60.000 padahal sebelumnya Rp. 70.000 per kilogram. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun