Syekh Ahmad Kaftaro adalah seorang Guru yang melahirkan banyak ulama diberbagai belahan dunia. dan juga beliau adalah Grand Mufti Suriah dari tahun 1964 hingga wafatnya 1 September 2004, beliau juga memiliki peran penting dalam dialog antaragama di Suriah maupun di Dunia.Â
Dalam dakwah beliau selalu menekankan perjalanan spiritual sebagai bagian utama dari pengalaman ajaran islam. selain menjadi seorang pendakwa beliau juga seorang mursyid naqsabandiyah sekaligus pendiri cabang dari Universitas Bilad Asy Syam di Ruknuddin Damaskus Suriah. ribuan murid dari belahan dunia pun datang untuk ber-istifadah dengan beliau.
Siapa sangka, Muhammad Ali, seorang petinju profesional asal Amerika Serikat, pernah berguru di tempatku menimba ilmu saat ini. Dari cerita ini, aku belajar bahwa bahkan seorang petinju kelas dunia pun membutuhkan perjalanan spiritualnya sendiri.
Dikisahkan, pada suatu waktu, Muhammad Ali datang ke Damaskus dalam keadaan sakit. Ia merasa kehilangan harapan setelah berbagai dokter terkenal di Amerika gagal menyembuhkannya. Hingga akhirnya, ia bertemu dengan Syaikh Ahmad Kaftaro.
Ketika bertemu, Syaikh Ahmad Kaftaro bertanya padanya, "Apa kau ingin sembuh dari penyakitmu?"
"Bagaimana mungkin, Syaikh? Bahkan dokter terbaik di Amerika pun tidak mampu mengatasinya," jawab Ali dengan raut putus asa.
"Seusai kunjungan resmimu, datanglah ke kediamanku. Insyaallah, dengan kemurahan dan rahmat-Nya, Allah akan menyembuhkanmu," balas Syaikh Ahmad Kaftaro.
Setelah kunjungan resmi selesai, Muhammad Ali segera menuju kediaman sang Syaikh. Di sana, ia diminta untuk berpuasa selama 40 hari, (puasa penyembuhan atau detoksifikasi). Dalam puasa ini, ia tidak diperbolehkan makan sama sekali, hanya minum air 3--4 liter per hari, ditambah 4 gram madu untuk menjaga fungsi hati. Ia juga diminta berhenti mengonsumsi obat-obatan, kecuali satu jam di pagi dan sore hari.
Puasa ini memberikan dampak positif. Pada hari ke-17, Ali bahkan menelepon istrinya di Amerika. "Lihat saja nanti, kau akan melihatku membuat teh sendiri tanpa bantuan siapa pun," katanya penuh optimisme.
Sayangnya, Muhammad Ali tidak menyelesaikan puasanya hingga hari ke-40. Pada hari ke-27, ia harus kembali ke Amerika karena urusan mendesak. Meski begitu, kisah ini menjadi bukti betapa spiritualitas dan kedisiplinan bisa menjadi jalan penyembuhan yang luar biasa.