"Masalah? Ah, memang ada?" adalah salah satu pernyataan bagi orang yang merasa bahagia baik secara individual, rumah tangga, dan sosial kemasyarakatan.Â
Masalah adanya beriringan dengan hadirnya umat manusia di alam dunia. Begitu pentingnya masalah, bahkan Allah pun menjadikan salah satu tujuan penciptaan manusia sebagai alat ukur siapa yang akan menjadi terbaik dalam berkontribusi untuk kehidupan.
Secara individual masalah berkaitan dengan kenyataan yang dialami sendiri, bagaimana cara mengolah keadaan yang dihadapi dan ditemukan, sehingga menentukan rasa dan kenyamanan hidupnya.
ADAPTASI
Begitu halnya dengan rumah tangga, gabungan dari beberapa individu, minimal seorang suami dan istri. Ketika proses adaptasi dijalani tentu ada hal-hal yang harus diadaptasikan atau disesuaikan.
Untuk bisa sesuai harus ada kesadaran masing-masing menerima kelemahan pasangannya, baik yang sudah diketahui atau yang belum diketahui (saat perkawinan).Â
Sebab sebagian orang ada yang sangat kuat dalam menjaga kelemahan diri dan tidak ingin orang lain tahu. Ini sangat bahaya bila kekurangan ini bisa mengganggu kedinamisan rumah tangga.
Proses adaptasi harus kedua belah pihak rela meninggalkan hal-hal yang bisa merugikan pasangan, menghancurkan sendi rumah tangga. Karenanya perlu diingat-ingat terus bahwa rumag tangga yang sudah dibangun harus ditemukan hal-hal yang menyenangkan.
Adaptasi dalam berumah tangga adalah mengeluarkan egoisme dalam diri suami dan istri.Â
"Aku begini adanya" dan "kamu begitu adanya" tidak boleh dipertahankan dalam berumah tangga.Â