Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memulai Literasi dari Hilir

29 September 2022   17:50 Diperbarui: 29 September 2022   17:58 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peletakan batu pertama Gedung Serba Guna dan Taman Baca PONDOK NYAROAN (sumber gambar: Hamim Thohari Majdi)

Literasi telah menjadi kata yang membumi, bersandingan dengan kata sosialisasi, sepertinya ke depan literasi akan lebih disukai daripada sosialisasi. Hal ini disebabkan literasi jauh membutuhkan seperangkat keterampilan pendukung untuk memberikan penguat dan membawa ke arah yang lebih jauh.

Untuk itu perlu adanya gerakan masif berliterasi, sebagaimana telah dilakukan oleh para pegiat literasi, namun belum bisa menjangkau ke seluruh elemen. Dua faktor penyebabnya adalah; pertama jumlah pegiat literasi belum sebanding dengan banyaknya cakupan atau obyek. Kedua, belum adanya pemahaman penuh tentang literasi masih sebatas baca tulis.

DI SUDUT KOTA

Pagi ini, Rabu tanggal 29 September 2022, Nujum kepala desa Jatiroto Kecamatan Jatiroto Kabupaten Lumajang Jawa Timur, memberikan penjelasan makna literasi merujuk kepada sulat Al- Alaq sebagaimana dilantunkan oleh Siti Hindun dalam acara peletakan batu pertama pembangunan gedung serba guna dan taman baca Pondok Nyaroan.

Kata Iqra' pembuka surat, sudah umum diartikan membaca dengan pemahaman sederhana yaitu membaca buku, koran, majalah, buku pelajaraan dan bacaan-bacaan yang lain. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, makna membaca memiliki kekuatan yang sangat luar biasa, tidak sekadar untuk tahu.

Membaca menjadi bagian penting dalam berliterasi, membaca teks-teks yang tersimpan di atas kertas, papan tulis, papan reklame, pengumuman dan lainnya. Maka kegiatan membaca di sini tidak sekadar merangkai huruf menjadi kata menuju sebuah kalimat, tetapi membaca untuk mengetahui maksud agar tidak tersesat jalan, supaya bisa memahami perintah atau petunjuk.

"Semua berasal dari membaca" ujar kepala desa Jatiroto, out put  membaca adalah mengetahui. Fungsi pengetahuan sangat luas, bisa dijadikan sebagai wawasan, sisi lain menjadi dasar membuat sebuah karya, berketerampilan.

EKSPANSI LITERASI

Baca tulis berliterasi harus dibawa kepada ruang yang lebih luas, membaca fakta yang tersaji, peristiwa yang dialami, membaca permasalahan yang muncul dan membaca alam semesta. Ini berarti literasi mengarah kepada penafsiran atas fenomena yang ada,  disebut dengan membaca secara kontekstual, mencari makna yang tersirat setelah mendapatkan makna tersurat.

Makna yang tersirat memiliki fungsi yang sangat luar biasa, misal kata merah, yang terbayang hanyalah warna merah. Tetapi dalam teks yang menyertainya misal kata merah disandingkan dengan mata menjadi merah mata yang memiliki makna lain dengan mata merah.

Ekspansi literasi adalah upaya mencari makna seluas-luasnya untuk dijadikan bahan menuntaskan kajian atau bahasan menyusun sebuah teori. Keluasan pengetahuan seperti mengarungi samudera yang luas atau berada dalam ruangan yang luas, memiliki keleluasaan dalam bertingkah atau kebebasan melakukan sesutau dalam lingkup yang di diami.

Semakin luas pengetahuan dan pemahaman seseorang, mempermudah untuk memahami sebuah peristiwa, mudah mengartikan teks-teks yang ada dan bisa membawa kepada ranah kontekstual yang lebih jauh, sehingga membuat perbincangan lebih seru dan dinamis.

Ekspansi literasi ibarat seseorang dalam sebuah ruangan, ketika berada di toilet (orang menyebutnya kamar kecil) tidak boleh banyak pergerakan, hal ini mempengaruhi cara pandangn dan mengelola pikiran, jarak pandang yang terbatas bisa membatasi proses berkreasi. Sebaliknya dalam ruang pertemuan atau ruang terbuka, pandangan menjadi lebih jauh, banyak fakta yang didapatkan dan dengan leluasa mengolah pikiran.

MEMULAI DARI HILIR

Apa yang dilakukan oleh Penyuluh Agama Islam Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Jatiroto kabupaten Lumajang, hendak memulai berliterasi dari hilir, ujung desa yang selama ini menjadi obyek dengan konotasi negatif, pengungsian sampit (korban peristiwa sampit Kalimantan), kebetulan berada di belakang makam umum, dekat sungai besar dan sering diterjang banjir.

Bekerja sama dengan pemerintah desa adalah bagian dari ikhtiar untuk melibatkan pihak yang memiliki kewenangan begitu juga dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama sebagai support yang bisa menggerakkan masyarakat.

Kerja sosial pada masyarakat paling dalam, membutuhkan keberanian dan tekat kuat, karena tantangannya lebih berat, seperti hendak mendapatkan berlian harus memilih batu yang tepas serta memoles dengan hati-hati agar warna dan guratan-suratannya memiliki nilai seni tinggi.

Di hilir banyak anak-anak yang berpengetahuan terbatas, hanya dari bangku sekolah saja, walau sudah banyak yang diasuh oleh android, karena orang tua  yang disibukkan dengan memenuhan kebutuhan pokok, sehingga pengasuhan belum menjadi prioritas, yang penting makan dan bisa hidup.

Dari hilir inilah diharapkan menuju hulu, menjadi wilayah yang lebih maju, sebagaimana disampaikan oleh Iwan Hadi Purnomo Camat Jatiroto, literasi dari hilir menuju sebuah keadaan yang lebih baik yaitu kota madani, masyarakat hidup penuh harmoni dan sejahtera.

Menuju kota harmoni harus memiliki pengetahuan yang cukup bahkan harus lebih banyak dari penghuni kota lain. Berharap dengan adanya program pembangunan gedung serba guna dan taman baca pondok nyaroan akan membuat masyarakat lebih melek aksara, memiliki kegiatan produktif dan bernilai ekonomis untuk menunjang kesejahteraan hidup.

Walau apa yang dilakukan  ini berat, seperti arung jeram yakni melawan arus, maka nyali harus lebih dibesarkan, berani mengambil risiko (basah kuyup -- ketika terkena semburan air pada arung jeram), melebihi tetesan keringat di terik panas.

Namun bila ini tidak disentuh, menurut Timar Koordinator Penyuluh Agama  Non PNS KUA Kecamatan Jatiroto, maka masyarakat RT 03 RT 06 desa Jatiroto akan tertinggal oleh kemajuan, karenanya pemberian nama PONDOK NYAROAN, oleh Hamim Thohari Kepala KUA Jatiroto memiliki visi seperti lebah atau tawon (nyaroan adalah bahasa madura yang berarti tawon), akan menghasilkan hal-hal baik yang berasal dari usaha dan makan yang baik.

Harapan Muhlis ketua RT, dengan adanya kegiatan ini semoga menjadikan masyarakat memiliki aktivitas positif dan mengoptimalkan manfaat dari para pewakaf musholla serta membuat lingkungan kian indah

Dari kekumuhan itulah peluang

Dalam pandang yang terang

Namun remang membawa gamang

Antara hitam dan petang

Harus menjemput matahari

Bila ingin sinar di awal hari

Siapapun ingin sukses harus gerakkan jari

Diam adalah mengurung diri

 

Ruang yang nyata adalah kehidupan

Waktu yang tersisa adalah kesempatan

Karya yang diukir adalah indahnya kenangan

Apalagi kalau bukan hrum dan manis yang ditinggalkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun