Mohon tunggu...
Nur Hamidatus Sa'diyah
Nur Hamidatus Sa'diyah Mohon Tunggu... -

IAIN Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sahabat Kecilku

30 Desember 2014   17:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:10 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Matahari siang ini sangat terik. Keringat bercucuran bagaikan hujan yang turun dengan begitu derasnya. Tepat pukul 2 siang, aku pulang sekolah. Aktivitasku usai sekolah adalah ganti baju lalu bergegas menuju meja makan untuk makan siang. Hari ini tak ada yang berbeda, semua kegiatanku berjalan dengan lancar. Usai makan, aku pun istirahat sejenak untuk sedikit menenangkan fikiran setelah kurang lebih 8 jam otak ini bekerja tanpa henti.

Kriing....Kriiiing..... ponselku berbunyi dan langsung ku menghampirinya.

“1 pesan masuk dari siapa yaa..”pikirku sambil ku buka pesan itu.

Mbak,, apa sore ini kamu ada kegiatan? Kalo tidak, jalan-jalan sore yuuuk... J

Nggak ada,, mau jalan kemana Va? Kok tumben ngajak jalan.. hehe

Kemana ajalah mbak,, yang penting jalan. Ntar jam 5 aku kerumahmu ya?

Oke ku tunggu kehadiranmu.. J

Itulah beberapa pesan dari Eva yang ku balas saat dia mengajakkku jalan. Dalam pikiranku..”kok tumben Eva ngajak jalan,biasanya ini anak paling susah kalo diajak jalan..”

...

Tepat pukul 5 sore.

“tok...tok...tok... Mbak,aku Eva udah siap jalan belum?” suara Eva terdengar dari luar kamaryang nampak sudah siap untuk pergi jalan-jalan sore.

“Ya..ya.. tunggu bentar Va.”

Sebelum pergi jalan-jalan, tak lupa aku pamit kepada ibuku. Kami pun berangkat jalan-jalan mengendarai si “RED”. Sebutan motor kesayangan Eva. Sebenarnya peristiwa ini adalah peristiwa yang sangat jarang Aku rasakan. Pasalnya,meskipun Aku dan Eva adalah sahabat sejak kecil, tapi aku dan Eva jarang pergi bersama seperti sore ini. Sebab Eva adalah anak yang terbilang penurut kepada orang tuanya. Setiap minta izin kepada orang tuanya untuk pergi hanya sekedar bermain ke rumah teman, jika Dia tidak diberi izin, Diapun tak akan pergi berangkat. Tetapi sore ini lain. Eva justru mengajakku pergi jalan-jalan. Walaupun aneh, tapi sangat senang hati ini. Kami sangat menikmati suasana ini. Suasana saat Aku dan Eva bermain bersama, bercanda, tertawa bahagia. Suasana saat bersama seperti inilah yang sangat mengesankan dan membahagiakan untukku.

Namun saat sampai di tempat favorit kami, Eva mengatakan hal yang membuatku tak mampu untuk berkata-kata.

“Mbaak,,aku minta do’a restunya ya!”

“Looh..kenapa Va? Memangnya kamu mau kemana? Ada apa?”

“Mmm.. Nggak ada apa-apa kok mbak. Gini, 1 bulan lagi kan sudah tahun ajaran baru. Aku masuk SMA, tapi sepertinya aku nggak akan melanjutkan sekolah disini. Insya Allah aku akan melanjutkan sekolah di Jombang mbak. Makanya, aku minta do’a restunya. Biar semunya lancar. Mbak disini juga semoga lancar.” jelas Eva dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.

“Haaa. . . . “ Sambil melongo. Serasa dunia ini berhenti. Tak bisa aku berucap. Badan terasa kaku tak bisa bergerak. Nafas serasa terhenti. Kaget, sedih, kecewa semuanya menjadi satu. “Kok jauh Va?”

“Iya mbak,,ini cita-citaku. Aku ingin melanjutkan di Tebu Ireng, Jombang.”

“oooh. “ Tak bisa Aku menjawab penjelasan darinya. Saat itu ingin rasanya Aku meneteskan air mata.

...

Sepulang dari jalan-jalan, Aku langsung masuk kamar. Disinilah Aku luapkan perasaan yang ada dalam hatiku saat mendengar penjelasan Eva, bahwa sahabat ku yang satu ini hendak melanjutkan sekolahnya ke luar kota. Jauh dari ku, meskipun Aku tau jika dia pergi bukanlah untuk bermain, liburan, pindahan rumah ataupun hanya sekedar pergi berkunjung ke rumah saudara. Melainkan untuk mencari ilmu. Untuk menggapai cita-citanya. Ini niat yang mulia, Aku harus mengikhlaskannya.

Tak ada satupun masa

Seindah saat kita bersama

Bermain-main hingga lupa waktu

Mungkinkah kita kan mengulangnya

Tiada...tiada lagi tawamu

Yang selalu menemani saat sedihku

Tiada...tiadalagi candamu

Ku dengarkan lagu itu samar-samar. Hingga tak ku sadari, air mata ku jatuh bercucuran. Seketika Aku mengingat akan masa-masa indah bersama sahabatku Eva. Saat Aku dan Eva pergi bersama-sama, bahagia bersama, bercerita pengalaman, bertukar pikiran. Saat itulah masa yang sangat indah. Benar-benar tak bisa ku lupakan masa itu. Kini,,dia akan pergi jauh. Pastilah Aku akan sendiri disini.

Perpisahan..... perpisahan adalah salah satu hal yang paling ku benci. Awalnya bersama menjadi sendiri. Awalnya berramai-ramai menjadi sepi. Awalnya bahagia menjadi sedih. “Itulah sebaris tulisan yang tengah ku buat, sambilku dengar lagu tentang sahabat dari gita gutawa. Tulisan yang sangat menggambarkan suasana hati kecil ku.

“Toh kalopun Dia pergi, terpisah jauhnya jarak, tapi ini semua kan demi cita-citanya. Ini juga untuk hal yang Insya Allah baik kok. Tak perlu menangis, iklaskan saja.”Gumamku dalam sunyinya malam untuk sedikit menenangkan hati kecilku.

Tak sadar jam telah menunjuk angka 10 malam. Ibuku menyuruhku untuk tidur.

“Mid,,sudah malam. Tidur dulu!” suruhnya.

“Ya bu..” jawabku. Langsung ku matikan lampu kamar dan ku rebahkan tubuh yang sudah payah ini di atas tempat tidurku.

...

1 bulan berlalu.

Suara adzan subuh membangunkanku dari tidurku. Ku mulai hari ini dengan perasaan yang tak semangat. Aku sangat berharap jika hari ini tidak akan pernah terjadi. Karena aku tau jika Eva akan berangkat pagi ini. Sebelum berangkat, Eva pergi ke rumah ku.

“Assalamu’alaikum”

“Wa’alaikumsalaam.. silakan masuk” jawabku

“Ya mbak,,aku masuk.”

“Ada apa Va?” tanyaku demikian, meskipun aku ketahui dia datang ke rumahku untuk berpamitan.

“Mbak,hari ini aku berangkat ke Jombang. Aku mohon do’anya ya mbak. Meski aku jauh disana, jangan lupakan aku. Semoga persahabatan kita terus abadi. Kita harus semangat mbak.” Jelasnya sambil mengusap air matanya, ia merasa sedih saat itu.

“Eva,,, tersenyumlah. J Jangan menangis sahabat,, kita pasti bisa menjalani ini semua kok. Ini kan tujuan dan cita-citamu. Kejarlah cita-citamu,semangat pokoknya. Kita akan terus bersahabat. Tenanglah. Disana kamu harus fokus dengan tanggung jawabmu.”

“Mm.. Ya mbak. Aku berangkat ya.”

Kami pun berpelukan untuk terakhir kalinya sebelum dia berangkat.

Beberapa menit kemudian,,Eva berangkat bersama keluarganya. Aku hanya bisa mengantarkan kepergianya sampai di depan gang. Dia melambaikan tangan kepadaku. Aku membalasnya dengan senyuman.

“Selamat tinggal SAHABAT’’ Kejarlah cita-citamu”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun