Mohon tunggu...
Hamdaya Nurtalatthaf
Hamdaya Nurtalatthaf Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Psikolog Klinis yang bekerja di RSUD Brigjend H. Hasan Basry Kandangan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Aku dan Emosiku: Seni Mendampingi Anak Tantrum

12 Oktober 2020   08:58 Diperbarui: 27 Mei 2021   16:03 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak tantrum (Sumber: www.familycorner.co.uk)

Berdamai dengan Emosi Diri Sendiri

Mendengar kata emosi, banyak dari kita mungkin lebih familiar dengan perasaan marah, kesal, sedih, takut dan cemburu. Emosi tersebut sebenarnya merupakan termasuk dalam emosi negatif. 

Jika ada emosi negatif tentu ada emosi positif yang seringkali kita rasakan, seperti perasaan senang, bangga, cinta, harapan, kagum, dan lainnya. Dalam perkembangan emosi anak, orang tua memiliki peranan penting untuk membantu anak dalam memahami emosinya sendiri.

Menurut Piaget, pada tahapan ini anak menunjukkan adanya sifat egosentris yang tinggi pada anak karena belum dapat memahami perbedaan perspektif pikiran orang lain. 

Anak hanya mementingkan dirinya sendiri dan belum mampu berosialisasi secara baik dengan orang lain. Anak belum mengerti bahwa lingkungan memiliki cara pandang yang bebeda dengan dirinya (Suyanto, 2005), sehingga anak masih melakukan segala sesuatu demi dirinya sendiri dan bukan untuk orang lain. 

Maka, amatlah wajar apabila kita menemukan kondisi anak yang tantrum karena keinginannya tidak terpenuhi karena sebenarnnya anak-anak belum dapat memahami emosinya secara matang.  

Sehingga, di sinilah letak penting peran orang tua. Penelitian yang dilakukan oleh Khusniyah (2018) menunjukkan bahwa baik ayah maupun ibu memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan kepribadian anak.

Perkembangan emosi anak sebagian besar dipengaruhi oleh emosi sosial ayah dan ibu yang telah ditunjukkan kepada anak. Sikap orang tua yang abai terhadap kebutuhan anak menimbulkan rasa kemarahan pada anak. 

Orang tua yang menunjukkan sikap kerjasama maka akan mempengaruhi sikap kerjasama anak dengan teman-temannya. Komunikasi yang baik dari orang tua akan menjadi teladan anak dalam menuturkan kata dan kalimat yang baik dan sopan.

Pola sosialisasi menjadi proses bimbingan yang besar terhadap pola bersosialisasi anak di lingkungan masyarakat dan kepribadian positif orang tua menjadikan anak yang selalu berpikir posiitif dan semangat. 

Begitu juga proses komunikasi yang baik akan memaksimalkan kemampuan anak dengan kondisi emosi yang baik. Pola hubungan ini jelas menunjukkan bahwa apa yang anak hayati pada orang tuanya akan mempengaruhi anak di masa yang akan datang. Dengan demikian, untuk memahami emosi anak maka orang tua perlu memahami dan menangani emosinya terlebih dahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun