Dedaunan berubah warna dan berguguran beriringan hembusan angin, sebagian pasrah bumi memaksa
Seperti kata penulis terkenal mereka pasrah tanpa marah
Bisa saja mereka marah jika persepsi dirimu demikian berlainan
Angin begitu polos memamerkan wajah tak berdosa
Benakmu bertanya, memangnya angin punya wajah?
Sudah, ikuti saja imajinasiku ini
Dimakan waktu dikubur siraman tetes-tetes air, bercak tanah naik membalut hanyut bergumul dalam percintaan yang kau sebut fermentasi
Di sini terlalu lembab dan penuh persaingan makhluk tak kasat mata
Setidaknya itu masih manusiawi daripada persekongkolan busuk yang tega memecah belah menjadi dua kutub berlawanan demi menguasai kursi
Yang lebih dahulu kusebutkan pembusukan, sedang yang belakangan kebusukan
Ah, sudah sudah
Sakit kepala turun ke hati memikirkannya
...
Semut-semut berjalan bak tentara perang
Berat makanan dibagi sama rata
Mereka berani bersumpah tidak mencuri, hanya menemukan remah sisa yang dengan rakus dicampakkan tikus-tikus berdasi
Coba tengok
Tikus-tikus rupanya sedang jaya dan berbagi peran berbagi rampasan penipuan terhadap rakyat
Dan aneh, rakyat bagai mimpi begitu mudah diperbudak iklan buzzer-buzzer berhidung moncong
...
Mataku berpaling pada elang
Kupikir ia ingin menyuarakan kebenaran
Ternyata ia di barisan tukang kibul
Lebih baik dari burung bulbul atau burung kuntul
...
Mari akhiri
Berikan tanda titik
Puisi ini menipu