Mohon tunggu...
HAMDANI, SE.,MSM
HAMDANI, SE.,MSM Mohon Tunggu... profesional -

Jurnalis & Akademisi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Nyata: Suamiku Berselingkuh dengan Ibuku

29 Agustus 2013   21:53 Diperbarui: 4 April 2017   18:23 9536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tragedi dan prahara adalah merupakan sebuah cobaan dan ujian yang diberikan Tuhan kepada hamba-Nya, agar hidup menjadi lebih bermakna dan bijaksana, dan Tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan manusia, yakin lah!Seperti penuturan Inong (sebut saja demikian) wanita berusia 26 tahun. Saat dia menceritakan kegetiran dan prahara yang menimpa rumah tangganya, pada saya beberapa waktu lalu.Berikut ini adalah penuturan lengkap Inong.

Aku adalah seorang seorang wanita yang merasa sangat berbahagia, dan saat itu aku bersyukur dilahirkan menjadi seorang wanita, karena bisa berbakti dan mendedikasikan seluruh hidup kepada seorang pria yang disebut suami, sebut saja Bang Agam yang berusia 30 tahun. Pada awal-awal perkawinan, kami lalui dengan penuh riang gembira, masa bulan madu kata orang-orang. Apalagi penghasilan suamiku cukuplah untuk ukuran kota kecil Bireuen, yang merupakan salah satu ibukota kabupaten di Propinsi Aceh.

Suamiku adalah seorang karyawan di salah satu proyek vital di Kabupaten Aceh Utara, otomatis dengan pekerjaan Bang Agam yangmapan tersebut, penghasilannya cukup memadai untuk menghidupi kami bertiga (aku dan ibuku). Karena usia perkawinan kami masih baru, maka kami memutuskan untuk tinggal menumpang di rumah ibuku dulu, apalagi ibuku yang sudah ditinggal mati bapak selama 4 tahun akan merasa kesepian kalau tiba-tiba dia hanya akan tinggal sendiri di rumah kami yang lumayan besar.

Selama inipun hanya aku dan ibuku yang tinggal berdua di rumah, abang-abangku semuanya telah menikah dan tinggal di rumah mereka sendiri, karena mereka sudah hidup mapan bersama keluarga mereka. Aku adalah anak bungsu dari tiga bersaudara.Kami berpikir, biarlah ibu jangan merasa kehilangan dan terlalu kesepian, dan butuh waktu untuk beradaptsi.Keputusan kami tersebut membuat ibu cukup senang dan bahagia.

Keputusan kami untuk tinggal serumah dengan ibuku inilah yang menjadi awal petaka dan tragedi dalam kehidupan rumah tanggaku, sebuah aib yang benar-benar tidak terpikirkan sebelumnya menimpa rumah tanggaku.Hal yang sangat memalukan sekaligus menjijikkan dan ini sangat sulit diterima akal sehat. Yaitu, affair antara suamiku dan ibu kandungku yang notabene adalah mertuanya sendiri.

Aku nggak mau tahu siapa yang salah, ibuku atau Bang Agam kah, yang jelas mereka telah berselingkuh dan ini merupakan hal yang sangat tabu dan aib yang sangat memalukan sebagai orang timur apalagi buat masyarakat yang mendiami Propinsi Aceh yang selalu mendengung-dengungkan sebagai daerah yang menjalankan Syariat Islam secara kaffah.

Yang lebih menyakitkan kejadian ini terjadi pada saat-saat usia perkawinan kami masih seumur jagung, dimana pelayananku terhadap Bang Agam masih sangat prima, jadi tidak ada alasan rasanya kalau aku dikatakan kurang dalam hal pelayanan di atas ranjang.Mungkin ini hanya masalah iman dan moral Bang Agam saja yang kurang. Wallahualam.

Adapun kejadian memalukan tersebut terbongkar pada suatu pagi menjelang Subuh, saat itu aku terbangun karena ingin buang air kecil, malam menjelang pagi seperti ini udara terasa sangat dingin karena semalam hujan turun dengan derasnya di kota keripik tersebut, aku dengan bermalas-malasan bangun, saat itu aku belum sadar kalau Bang Agam sudah tidak ada di tempat tidur.

Sampai saat kesadaranku pulih aku baru terkejut dan heran, kemana Bang Agam? Tanyaku membatin. Oh, mungkin dia juga sedang ke kamar kecil, kebetulan pikirku.Soalnya aku agak takut juga ke kamar kecil malam-malam begini yang terletak agak di belakang dekat dapur dan melawati kamar ibuku.Biasanya kalau aku bangun tengah malam begini terpaksa juga membangunkan Bang Agam untuk menemani aku ke kamar mandi.

Biasanya walaupun agak ngomel-ngomel maklum lah terganggu tidurnya karena mungkin capek dalam bekerja, tetapi dia tetap mau juga menemani aku.Karena berbekal keyakinan bahwa Bang Agam telah duluan ada di kamar mandi maka aku bergegas beranjak untuk segera menyusulnya.

Sambil berjalan pelan-pelan dan tanpa firasat apa-apa saat itu aku melawati kamar ibu, tapi aku heran kamar ibu kok pintunya agak terbuka gitu? Duh ibu, tidur kok bisa lupa nutup pintu kamar sih? Kataku membatin.Tapi, di kamar ibu kok ada suara-suara aneh yagn mencurigakan ya?Aku merasa semakin heran, dan tiba-tiba perasaanku merasa tidak enak, firasatku sudah lain. Tapi,ah....tidak mungkin! Tidak mungkin!

Dengan perasaan yang semakin penasaran dan hati yang semakin galau tidak enak, aku terus mendekati kamar ibu dengan berjingkat-jingkat supaya tidak menimbulkan suara yang mencurigakan.Persis sampai di depan pintu kamar ibu yang terbuka sedikit pintunya, samar-samar di bawah temaram cahaya lampu kamar 5 watt yang berwarna merah aku melihat sepasang anak manusia yang sudah telanjang (maaf) sedang berpacu dengan nafsu. Dug...dug...andrenalinku mulai berpacu dengan kencang, otakku terasa beku, akal sehatku entah kemana, jantungku terasa copot.

Tapi, rasa penasaranku mengalahkan segalanya.Dengan siapa ibuku tidur!? Jangan...Jangan...Duh, aku tidak berani membayangkan. Ternyata rasa penasaran yang memuncak membuat aku berani mendobrak pintu kamar ibu dengan keras.Brumm......!!!!Yang cukup mengejutkan peghuni kamar, yang sedang berpacu di puncak birahi tersebut.Masya Allah....!!! Ibu!...Bang Agam!!??.. Duh.. Aku terpana, saat itu otakku tidak bisa bekerja, aku diam mematung.Pemandangan di depanku membuat aku shock berat, tidak sedikitpun terlintas di pikiranku bahwa suamiku akan berselingkuh dengan ibu kandungku. Duniaku terasa gelap saat itu, aku seakan menjadi beku dan kaku, diam mematung, otakku sudah tidak bekerja lagi, dan aku pingsan. Gelap.

Saat siuman aku telah berada di kamarku tepatnya di ranjang pengantinku, di luar keadaan telah terang benderang, berarti sudah pagi.Saat itu kulihat suamiku juga ada di dalam kamar, aku mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi, tapi kesadaranku belum pulih benar. Mungkin aku shock berat, saat ingatanku pelan-pelan mulai pulih dan aku sedikit ingat tentang apa yang terjadi, aku masih berpikir atau lebih tepat dikatakan mencoba berharap bahwa kejadian semalam tersebut adalah suatu mimpi buruk yang baru saja kualami.

Tapi,OH...TIDAAAAK!!!Aku menjerit histeris, kesadaranku mulai pulih, aku mulai sadar tentang kejadian semalam. Untung rumah kami agak berjauhan dengan tetangga-tetangga lainnya sehingga tidak mengundang kepanikan dan perhatian tetangga, saat mendengar jeritanku yang keras tadi.

Suamiku nampaknya mulai panik juga, tapi dia berusaha menenangkanku, kulihat dia ragu mendekatiku.”Mana Mak..!! Tanyaku parau. Dia menggeleng lemah.

”Mana Mak...!! Tanyaku lagi agak menjerit.

Dengan gugup Bang Agam Menjawab, ”Mak telah pergi tadi Subuh, dia titip salam buat kamu, dia mohon maaf...Dia mohon ampun...”Katanya memelas.

”Kenapa kamu juga tidak pergi?” Sergahku ketus.

”Kalian memang bangsat...!” Nafasku mulai ngos-ngosan saking emosinya.

”Binatang...!!!” Kataku memaki, pikiranku sudah tidak waras, aku benar-benar merasa malu, kecewa, jijik campur aduk.

”Abang minta maaf dek...Abang khilaf”. Katanya menghiba atau lebih tepatnya memelas.

”Pergi sana kau anjing..!!Tiada maaf bagimu... Bangsat!!”Pekikku.Dengan bergegas kulihat suamiku beringsut keluar dengan tergopoh-gopoh.

Saat tinggal sendiri sempat juga aku berpikir untuk bunuh diri, tetapi inikonyol, akal sehatku mulai bekerja.Kalau aku bunuh diri maka yang menang adalah setan, sedangkan aku kalah dunia dan akhirat.Artinya di dunia hancur di akhirat masuk neraka karena bunuh diri.Ah, tidak!

Duniaku terasa telah hancur sehingga akhirnya saat itu juga aku memutuskan untuk pergi sejauh mungkin dari rumah laknat ini, aku bertekad akan pergi sejauh mungkin kemana saja kaki ini akan melangkah, untuk mengobati duka dan lara hatiku yang resah dan hancur ini.

Saat itu aku cuma tinggal sendiri di rumah, Bang Agam sudah berangkat sejak tadi tidak lama setelah aku siuman dan mengamuk, mungkin dia sengaja menghindariku dengan buru-buru pergi.Malu atau apa, entahlah! Aku sudah tidak perduli apa-apa tentang dia.

Berbekal uang tabungan, dan perhiasan yang kutabung selama ini, dengan bekal ini aku yakin bisa menghidupi diriku untuk beberapa waktu sebelum mendapatkan kerja. Aku bergegas mempersiapkan barang-barangku, yang kuanggap penting seperti ijazah, beberapa potong pakaian kumasukkan ke dalam tas besar yang telah kupersiapkan sebelumnya, aku sengaja tidak membawa banyak-banyak karena tidak ingin kerepotan.

Setelah selesai beres-beres, aku bergegas keluar dari rumah, ingin rasanya terbang secepatnya dari rumah laknat yang menjijikan tersebut, agar aku tidak mengingat-ingat lagi peristiwa yagn kusaksikan tadi Subuh.Sebelum pergi kunci rumah kutitipkan sama tetangga terdekat, kepada tetanggaku kutunjukkan wajah yang biasa saja dan tidak menunjukkan kesedihan supaya tidak menimbulkan kecurigaan, meski sebenarnya di dalam aku sudah hancur, tapi biarlah aku saja yang tahu, aku tidak ingin dikasihani dan aku tidak ingin merepotkan orang lain.

Saat ini tujuanku adalah menuju Ibukota Sumatera Utara, Medan.Karena di Medan aku punya teman akrab waktu kami duduk di bangku SMA, mungkin untuk beberapa waktu aku akan menumpang di tempat dia, sambil mencari pekerjaan yang cocok buatku yang hanya tamatan SMA.Di Aceh aku sudah tidak bisa bertahan, duniaku sudah hancur di sini, aku akan melupakan Aceh.

Mudah-mudahan langkahku ini benar walau terasa sangat menyakitkan, karena saat ini aku merasa nasib sedang menderaku, mungkin ini adalah awal dari perjalanan hidupku yang panjang. Aku akan mencoba merubah nasib di negeri orang.”Mudah-mudahan kisahku ini menjadi hikmah buat orang lain.Bahwa hidup tidak lah semulus yang kita bayangkan, cobaan pasti tetap ada, tetapi aku yakin Tuhan masih tetap sayang sama aku”. Katanya,sambil mencoba untuk tetap tersenym, walau terkesan dipaksakan dan patah di tengah.

Demikianlah, kata-kata yang terakhir yang diucapkan Inong kepada saya, lantas menutup kisah hidupnyayang penuh kelam. Saat itu bus Patas CV Putra Pelangi yang kami tumpangi telah sampai di Langsa, jam telah menunjukkan Pukul 2.30 dinihari.Kulihat Inong sudah mulai tertidur.Tidurlah, istirahatlah dengan damai, mudah-mudahan esok adalah milikmu, untuk tetap bisa menggapai impian-impian. []

Catatan Penulis :

Tulisan di atas adalah asli hasil karya saya, yang terpublikasi saat ini  telah saya edit sesuai kebutuhan dan kondisi kekinian, supaya tetap aktual untuk bahan bacaan.Sebelumnya keseluruhan dan juga sebagian dari isi tulisan tersebut di atas sudah pernah dipublikasikan di Tabloid MODUS ACEH.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun