Bicara soal bisnis, memang penuh dinamika. Selalu ada kisah yang menarik untuk dikupas. Seperti halnya bimbel Tania yang sudah pernah saya bahas sebelumnya di artikel-artikel terpisah mengenai permasalahan secara 'teknis' yang membahas seputar proses belajar mengajar di bimbel Tania.
Kalau menelusuri lebih mendalam, ada faktor-faktor yang melatarbelakangi semua permasalahan tersebut dan semuanya bersifat menyeluruh dari segi operasional.Â
Memang, bimbel ini bisa dikatakan setara Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) atau mungkin di bawah ini. Mungkin bisa dikatakan, bimbel Tania belum mencapai taraf UMKM karena ketidakjelasan penanganan.Â
Saya pernah mengajar di bimbel Tania beberapa tahun yang lalu dan saya dirumahkan dengan alasan finansial bimbel yang 'terganggu'. Saya tidak tahu persis dimana letak 'terganggu'-nya. Cuma tiga bulan saya mengajar waktu itu.
Tahun ini, beliau meminta saya untuk mengajar kembali di bimbel. Sebenarnya saya enggan untuk kembali karena selain saya diberhentikan dengan mendadak dan dengan tidak hormat, doeloe bimbel Tania bisa dikatakan tidak 'tertata' dengan baik dalam pengelolaannya. Tata kelola sangat buruk, meskipun dua anak perempuan Tania, sebut saja Firda dan Clara, membantu Tania. Ada juga Doni (bukan nama sebenarnya), teman kuliah Firda, yang membantu operasional dan juga proses belajar mengajar di bimbel Tania.
Sebenarnya saya sudah memprediksi kalau Firda dan Clara akan lepas tangan dengan urusan bimbel suatu hari nanti. Dan sekarang sudah menyata jelas. Firda dan Clara sudah mempunyai profesi masing-masing. Doni juga sudah lama hengkang, bekerja di tempat lain.
"Saya susah juga sekarang. Firda dan Clara gak mau ngurusin bimbel, Pak Anton. Ini juga si Vina diterima di Universitas di Pulau Jawa. Padahal dia yang saya andalkan selama ini. Pusing saya. Belum lagi, saya masih ngontrak rumah selain bimbel ini," keluh Tania.
Saya cuma tersenyum mendengarnya, karena saya tidak yakin kalau beliau akan mempertimbangkan dan melakukan yang saya sarankan. Sejauh saya mengenal Tania, dia hanya sebatas mendengar, tapi setelah itu, dia lupa karena sekadar 'masuk telinga kiri, keluar dari telinga kanan'.
Lima kesalahan dalam membangun bisnis bareng keluargaÂ
Setelah saya merenungkan dan menganalisis, saya menyimpulkan kalau ada lima kesalahan Tania dalam membangun bisnis bareng keluarga. Mereka adalah:
1. Tidak ada deskripsi pekerjaan yang jelas secara tertulis
Ini yang menjadi kesalahan Tania yang sangat nyata terlihat dimana penggambaran pekerjaan sangat tidak jelas.Â
Misalnya, Tania pada awalnya di tahun ini, sebelum saya bergabung kembali, meminta saya menjadi 'pengawas' guru-guru yang ada di bimbel. Yang menjadi pertanyaan besar dalam benak saya adalah "Mengawas yang seperti apa?".