Yang jelas, saya mengingat film ini sangat menginspirasi dan mengajarkan kepada penonton kalau kita sebagai manusia jangan cepat menyerah dengan keadaan yang sesukar apapun, apalagi kalau ada orang-orang yang sudah berkorban jiwa dan raga untuk kita.
Mungkin orang-orang yang kita kasihi sudah tiada, namun cinta mereka tetap akan abadi di sanubari. Jangan sia-siakan hidup ini. Berkarya, lakukan sesuatu yang bermanfaat untuk diri, orang-orang yang kita kasihi, dan sesama.
Lagu "My Heart Will Go On" terus mengingatkan saya untuk bekerja keras tanpa henti, meskipun sempat mengendur saat ayah dan ibu berpulang.Â
Ketika itu, saya merasa kalau perjuangan saya menjadi tidak jelas arah dan tujuannya. Saya merasa untuk apa saya bekerja keras kalau orangtua yang saya kasihi sudah tiada.
Namun sewaktu saya mendengar lagu ini kembali, saya teringat akan perkataan kedua orangtua saya. Saya teringat akan kasih mereka pada diri saya. Saya teringat akan apa yang sudah mereka perbuat dalam kehidupan saya.
Saya ada karena mereka sudah berkorban untuk saya.
Asa kembali muncul dengan berkarya lewat petikan sederhana berikut ini:
2. Gerimis Mengundang
Mendengar lagu ini, saya jadi teringat akan masa lalu bersama mantan dulu. Ah mantan, teganya dikau...
Saat itu gerimis hadir. Kita berpegangan tangan di sebuah warung pinggir jalan. Bangkai tusuk sate sudah teronggok di piring. Dua gelas teh panas menemani di depan kita masing-masing...
Kok jadi baper begini...
Yang pasti, lagu "Gerimis Mengundang" yang dipopulerkan oleh "Slam", sebuah band dari "Negeri Jiran" Malaysia, menggedor hati para pria yang kali ini merasa terwakili, karena kebanyakan lagu menceritakan sakitnya wanita diputus cinta oleh pria; kali ini giliran lagu tentang pria yang merasa tersakiti diputus cinta oleh wanita.