Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Senyum Mereka Membuat Hariku Kembali Ceria

16 Maret 2019   15:54 Diperbarui: 16 Maret 2019   16:03 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya pernah punya pengalaman mengajar murid (di ruang kelas sekolah, bukan les privat ^_^) SMP, SMA, dan pernah mendapat "durian runtuh", yaitu menjadi asdos alias asisten dosen selama dua semester di universitas tempat saya menimba ilmu. 

Dari tiga tempat ini, saya mengambil kesimpulan bahwa semakin tinggi usia, semakin sulit "memahatnya" seperti analogi di atas. Saya pun tidak bisa tahu yang mana siswa atau mahasiswa yang benar-benar suka belajar atau cuma pura-pura suka belajar.

Anak usia dini? Tidak ada kepura-puraan dalam diri mereka.

Itulah yang saya suka dari mereka. Meskipun harus "bersakit-sakit dahulu" ^_^.

Melihat senyum mereka membuat sakit pun lenyap seketika

dokpri
dokpri
Di semester satu di tahun 2018 lalu, waktu saya masih mengajar di salah satu esde negeri di Samarinda, untuk pertama kalinya, dalam satu sekolah, saya mengajar dari kelas satu sampai enam. Total 19 kelas. 

Di waktu-waktu sebelumnya, saya cuma mengajar dari kelas empat sampai enam, yang totalnya cuma sembilan kelas. Untuk menambah penghasilan, saya mengajar les privat di luar sekolah.

Namun dengan adanya pelipatan dari 9 jadi 19 kelas yang menjadi tanggung jawab saya, itu merupakan tantangan tersendiri buat saya. Kenapa? Karena saya belum pernah mendapat kelas sebanyak itu dari satu sekolah. 

"Ya, karena Pak Hadi (bukan nama sebenarnya) tidak mengajar di sekolah kita lagi, jadi saya meminta bapak untuk menangani semua kelas. Dari kelas satu sampai enam. Saya yakin, Bapak sanggup. Kemampuan bapak sudah tak diragukan lagi. Tentu saja, bapak akan mendapat honor dua kali lipat. Bapak bersedia?" kata Ibu kepala sekolah, sebut saja Bu Andrea.

Sempat ragu, namun saya lalu berkata, "Bersedia, Bu." Bagi saya, ini adalah tantangan. Beberapa teman saya yang guru honorer bisa menjalani, meskipun mengeluh luar biasa. Saya ingin tahu seberapa capeknya menghadapi tantangan mendidik anak usia dini.

Di dua bulan pertama, saya mendapati hal yang kurang menyenangkan, yaitu pinggang sebelah kanan terasa sakit. Saya berasumsi, mungkin karena saya mengajar siswa-siswi  kelas satu dan dua yang meja mereka lebih rendah dari meja siswa-siswi kelas empat, lima, dan enam. Padahal saya mempunyai tinggi badan sekitar 180 cm. Cukup tinggi untuk ukuran orang Indonesia, kata beberapa teman saya ^_^.

Akibatnya, saya harus menunduk lebih sering dari biasa, karena namanya anak-anak usia dini, mereka perlu pendekatan lebih intensif dibanding kakak-kakak kelasnya di kelas empat, lima, dan enam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun