Saya sudah siap dengan hape saya. Kok nonton di hape? Karena enak juga nonton di hape. Selain bisa setel suara cukup kenceng (maklum, komentator ngomong inggris. Kalau suara gak nyaring, gimana bisa kedengaran dan tahu siapa yang nendang bola ^_^), juga kualitas gambar High Definition. Jadi semakin anteng di layar smartphone.
Saya mengharapkan Jerman menampilkan permainan menawan seperti saat mereka tampil di Piala Dunia 2014. Namun begitu, saya pun tak ingin Meksiko main ala kadarnya, merasa inferior dengan kedigdayaan Jerman sebagai juara bertahan.
Paling tidak, bisa mengimbangi seperti Islandia, waktu menghadapi Argentina pada hari Sabtu, 16 Juni kemarin.
Para Komentator pun lebih mengunggulkan Jerman, karena selain Pelatih sudah tahu karakter dan teknik pemain 'luar dan dalam', juga karena regenerasi pemain yang berkelanjutan dan meratanya kemampuan pemain inti-cadangan (Saya ada menulis artikel tentang Jerman dengan judul Ssst, Jangan Bilang Siapa-siapa Ya! Jerman Pasti Juara karena Punya Tiga Hal Ini).
Di menit-menit awal, cukup menjanjikan. Penguasaan bola cukup berimbang antara Jerman dan Meksiko.
Namun semakin kedepan, semakin terlihat kalau pergerakan pemain-pemain Jerman seakan sporadis, tak punya pola yang jelas, sedangkan pemain-pemain Meksiko bagaikan sepasukan tentara berani mati dengan pola-pola jelas dan lugas.
Timnas Jerman bagaikan plonco yang baru belajar main bola.
Hasil akhir?
Satu kosong. Meksiko menang dengan gol semata wayang Hirving Lozano.
Jerman pun tertunduk lemas lunglai, seakan tak percaya akan kekalahan yang baru mereka alami.
Apa yang salah dengan Jerman? Apa pemain-pemain Jerman lelah sehabis kompetisi utama di beberapa negara atau salah makan obat?