Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kalau Punya Keterampilan, Kenapa Takut?

12 Juni 2018   14:26 Diperbarui: 12 Juni 2018   14:28 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : idnews.co.id

Saya mendengar selentingan ujaran mengenai teman saya, Indra (bukan nama sebenarnya), yang ragu untuk ikut istri ke daerah terpencil.

"Goblok banget si Indra itu! Gaji istrinya di sana kan empat juta lebih. Disini dia masih honor, gajinya satu juta aja gak nyampe. Padahal sudah saya bilang. Dengan kemampuan yang dia punya, gak usah takut jadi pengangguran disana. Pasti dapat kerjaan dan gaji besar ...."

Masih panjang lagi celotehan teman saya, Pak Doni (bukan nama sebenarnya). Saya sih mengiyakan dan angguk-angguk kepala kalau Pak Doni meminta persetujuan saya perihal pendapatnya.

Dan saya memang setuju. Tanpa disuruh pun, saya setuju dengan pendapat Pak Doni.

Seharusnya Indra berpikir secara realistis.

"Istri harus ikut suami. Situ gak usah ikut campur!"

Ya sudah. Kami pun sejak itu tidak ikut campur.

* * *

Film 'Chef' yang dibintangi oleh Jon Favreau adalah salah satu film favorit saya selain Batman (Artikel saya tentang Batman bisa Anda baca disini).

Ilustrasi : sorryinter.net
Ilustrasi : sorryinter.net
Kenapa saya suka dengan film ini?

Karena film ini menggambarkan realita kehidupan yang sebenarnya dari orang yang ingin hidup dari passion-nya, tanpa gangguan atau instruksi dari orang lain (baca : atasan).

Dan terutama, film ini berhubungan dengan kondisi teman saya Indra tadi ^_^.

Sedikitnya, saya menyarikan ada dua hal yang saya dapat dari film ini (sebenarnya bisa lebih, tapi sengaja saya batasin. Biar Anda nonton sendiri filmnya dan buat artikel kayak saya ini tentang film tersebut, supaya berbagi manfaat positif dan mencerahkan setelah menonton film ^_^).

Pertama - Selalu Mencoba Hal Baru

Sebenarnya Chef Carl Casper (selanjutnya kita sebut Carl atau Chef Carl saja. Supaya lebih efisien ^_^) ingin ada menu baru, supaya food blogger yang akan datang memberikan nilai bagus di artikel yang akan dipublikasikannya.

Dia sudah mencoba merancang menu-menu baru yang inovatif, dan kedua rekannya sudah oke. Semua staf sudah setuju.

Sayangnya, masalah muncul dari sang bos.

"Ini restoran saya. Pakai menu yang ada saja, yang sudah terbukti berhasil."

Zona Nyaman ingin dipertahankan oleh Sang Bos, padahal Carl sudah memasuki titik kejenuhan karena tidak ada kreatifitas dan inovasi dalam bekerja.

Apakah Anda berada dalam posisi yang sama dengan Carl?

Kalau iya, Anda sebaiknya jangan terburu-buru meniru tindakan Carl yang memilih keluar dari pekerjaan.

Kenapa?

Karena kalau Anda tidak mendapatkan pekerjaan segera setelah resign, maka Anda bisa stress, kalau Anda ditolak sana-sini. Mental Anda bisa jeblok.

Kecuali Anda sudah pikirkan masak-masak atau sudah dapat pekerjaan yang baru, ya silahkan resign.

Di film ini, terlihat, Carl pun tak bisa kembali bekerja di restoran itu karena membuat keributan di restoran sehingga menjadi viral di internet.

Istilahnya nasi sudah menjadi bubur.

Dia pun berusaha melamar (meskipun tidak diperlihatkan di film bagaimana dia melamar. Mungkin karena sudah era internet, jadi mungkin cukup kirim CV pake email. Gak perlu door to door keliling, menenteng surat lamaran ke restoran-restoran ^_^).

Untungnya mantan istri menyarankan food truck sebagai solusi, meskipun Carl pernah berkata kalau makanan di food truck bukan real food.

"Kau kan bisa buat makanan khas daerah yang susah ditemui seperti Cuban sandwich. Makanan-makanan daerah lain yang kau buat juga lebih enak. Contohnya Cuban sandwich ini. Bikinanmu lebih enak," kata Inez, mantan istrinya.

Food truck sudah ready, dua orang asisten siap membantu, dan Carl sudah menentukan makanan-makanan khas yang tak pernah disajikan di restoran mewah tempatnya bekerja dulu.

Meskipun begitu, dia tetap menyajikannya secara berkelas dan enak untuk disantap.

Ibarat kata, saya salut dengan orang yang memulai sesuatu yang baru, tapi tanpa mengurangi nilai, malahan menambah nilai dari produk-produk tadi.

Kedua - Bijak dalam Menggunakan Internet

Ini sekaligus sentilan bagi anak-anak muda sekarang yang sibuk dengan aplikasi-aplikasi nggak jelas seperti tik tok, musical.ly atau yang sejenisnya, atau sibuk main game dari pagi ke pagi lagi ^_^.

Saya sih melihat aplikasi tik tok, musical.ly sebagai lipsync biasa. Apa sih bagusnya? Apa sih istimewanya? Apa sih yang bisa dibanggakan dari situ?

Boleh-boleh saja mencoba, tapi jangan sampai menyita waktu, karena itu untuk candaan saja. Tapi berprestasi? Tentu saja tidak ^_^.

Game? Cuma hiburan semata, tapi lucunya ada orang dewasa yang terpaku tatapan matanya, memelototi dan jari jemari bergerak kian kemari di layar hape dari pagi ke pagi lagi, sampai-sampai istri pun mengajukan gugatan cerai karena jarang dibelai ^_^.

Belum lagi dengan media sosial yang tak jelas apa yang mereka lihat.

Percy, anak dari Carl, mungkin masih di usia Sekolah Dasar kelas lima, sudah menunjukkan kedewasaan dalam menggunakan internet.

Alih-alih kepo-in akun fesbuk atau stalking akun media sosial orang lain, Percy malah membangun Personal Branding sang ayah dengan menampilkan foto-foto makanan yang dibuat; foto food truck mereka; foto sang Ayah, Martin, dan dirinya waktu melayani pelanggan; bahkan sampai memberitahu para netizen dimana posisi food truck mereka, sehingga para konsumen bisa langsung ke tekapeh untuk membeli lalu menikmati sajian maknyus dari Chef Carl Casper.

Ini juga memudahkan edukasi ke netizen bahwa video viral tentang Carl yang terlihat negatif sebelumnya itu tidak benar adanya karena kejadian itu bukan kesalahan Carl, tapi karena situasi dan kondisi yang di luar kendali Carl sebab dia cuma bawahan, sehingga dia harus menurut pada atasan atas makanan apa yang harus disajikan.

Sekarang dia sudah membuktikan bahwa dia adalah chef handal, dan dia menghidangkan makanan bukan sekedar berjualan saja, namun lebih dari itu.

Bahwa makan adalah suatu pengalaman, melihat bagaimana mengolah, membuat, lalu menikmati makanan adalah suatu proses yang tak akan terlupakan, kalau dilakukan dengan hati senang.

Para penikmat yang menyatakan apresiasi atas enaknya makanan adalah penghargaan yang terbesar.

Chef Carl Casper pun sukses. (Saran saya, tontonlah film ini. Anda tidak akan menyesal menyediakan waktu menonton ^_^).

* * *

Kembali ke judul yaitu Kalau punya ketrampilan, kenapa takut? dan dihubungkan dengan masalah Indra tadi dan terutama film Chef ini.

Kalau kita punya keahlian atau kebisaan, apa pun itu, entah itu menguasai bahasa Inggris atau bahasa asing yang lain, memasak, menjahit, bermain piano atau alat musik lain, kita tidak akan takut atau khawatir kalau sewaktu-waktu dipecat atau terpaksa harus mengambil keputusan radikal seperti Chef Carl, karena kita bisa mencari pekerjaan di tempat lain atau mandiri, menjalankan usaha sesuai minat dan kemampuan. Tapi yang harus diingat adalah : kalau punya ketrampilan, pelajari dengan maksimal. Kuasai dengan baik, dan terus belajar.

Seperti ada beberapa kata dari Carl yang saya ambil dari film itu (saya modifikasi sedikit ^_^) yaitu :

"Memang ayah bukan ayah yang baik, dan juga bukan suami yang baik. Tapi Ayah bagus di bidang (memasak) ini. Ayah mencintai profesi ini. Bukan sekedar menyukai."

Film ini memang cuma film rekaan, fiksi, namun sudah banyak bukti orang-orang yang awalnya susah, namun karena kegigihan, kerja keras, keuletan, disertai doa yang terus menerus, lalu berhasil.

Ayam Bakar Mas Mono, KFC, Es Teler 77, MacDonald, adalah segelintir dari sekian banyak bisnis kuliner yang awalnya dipandang sebelah mata, tapi akhirnya mendunia.

Jadi, tentukan, Anda mau jadi apa satu, dua, lima atau sepuluh tahun dari sekarang.

Setelah Anda menetapkan pilihan, asah ketrampilan itu, tekadkan untuk bisa mandiri jika suatu ketika, entah Anda dipecat atau pensiun atau Anda bosan dengan pekerjaan Anda yang sekarang dan ingin resign, Anda tidak perlu pusing lagi cari pekerjaan kesana kesini karena Anda punya ketrampilan yang bisa memberikan penghasilan bagi Anda.

Kiranya masukan dari saya bermanfaat .

Salam Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun