Mohon tunggu...
Halima Maysaroh
Halima Maysaroh Mohon Tunggu... Guru - PNS at SMP PGRI Mako

Halima Maysaroh, S. Pd., Gr. IG/Threads: @hamays_official. Pseudonym: Ha Mays. The writer of Ekamatra Sajak, Asmaraloka Biru, Sang Kala, Priangga, Prima, Suaka Margacinta, Bhinneka Asa, Suryakanta Pulau Buru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hari Aksara Nasional: Persentase Buta Huruf di Indonesia Menurun, Apakah Minat Baca Meningkat?

6 September 2023   17:42 Diperbarui: 7 September 2023   09:34 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang membaca. (Sumber: Jetta Production via Kompas.com)

Tanggal 8 September di setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Literasi/Aksara Internasional atau secara internasional disebut International Literacy Day. 

Hari Aksara ini diperingati di beberapa negara di dunia, salah satunya adalah negara kita, Indonesia. Maka setiap 8 September diperingati pula Hari Melek Aksara Nasional di negeri kita.

Hari Literasi Internasional digagas oleh para Menteri Pendidikan sedunia dalam sebuah konferensi untuk menanggulangi buta huruf masyarakat. Konferensi tersebut diikuti para Menteri Pendidikan dari berbagai negara yang diselenggarakan di Teheran, Iran pada tahun 1965. 

Hingga pada pada tahun 1966, UNESCO menetapkan tanggal 8 September sebagai Hari Literasi Internasional untuk menggugah kesadaran masyarakat tentang pentingnya melek aksara.

Bagaimana dengan peringatan Hari Aksara Nasional di Indonesia? Sudahkah masyarakatnya 100% melek aksara? Nyatanya tidak juga. 


Pada tahun 2022, Badan Pusat Statistik mencatat terdapat 3,65% orang dewasa 15 tahun ke atas di Indonesia belum melek aksara atau disebut buta huruf. Namun, angka persentase ini menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Dengan naiknya kemampuan melek aksara, Secara logika artinya tingkat kemampuan membaca masyarakat Indonesia meningkat yang berimbas pada tingkat minat membacanya juga. Namun, kenyataannya tidak selaras, UNESCO mencatat bahwa Indonesia masuk urutan kedua dari bawah terkait literasi dunia. 

Minat baca di Indonesia hanya 0,001%, yang artinya hanya ada 1 orang yang memiliki minat baca dari 1.000 orang Indonesia. Miris, bukan? Padahal untuk fasilitas membaca, Indonesia tidak kalah dengan negara-negara maju. Bahan bacaan melimpah ruah.

Minat baca rendah tetapi banyak cakap di sosial media

Dilansir dari kominfo.co.id bahwa 60 juta masyarakat Indonesia memiliki gadget. Pernyataan ini memosisikan Indonesia berada pada tingkat kelima teratas negara pengguna gadget. 

Dari riset Semiocast sebuah lembaga independen di Paris melaporkan bahwa warga Indonesia merupakan netizen paling cerewet di dunia maya. Ocehan yang terekam jejaknya adalah uneg-uneg, keluhan, nyinyiran, dan penyebaran berita-berita opini tak berdasar.

Tidak dipungkiri bahwa mengakses internet juga dapat menemukan begitu banyak bahan bacaan. Sialnya adalah masyarakat lebih suka menyantap berita-berita dari news media yang tidak valid. 

Terekam jejaknya juga tentang banyaknya yang ikut repost berita-berita hoax. Andaipun valid, masyarakat lebih senang membaca berita-berita viral yang tidak berfaedah seperti gosip-gosip selebritis. Biasanya setelah nonton video beritanya, kalau kurang puas baru mencari berita secara tertulisnya untuk memenuhi kepuasannya.

Kemampuannya melek aksara juga tak jarang digunakan untuk mengomentari dengan nyinyiran suatu postingan viral. Jika mampu mengetik komentar, artinya individu tersebut juga mampu membaca. 

Bayangkan saja, satu postingan viral, biasanya meraup ribuan komentar. Ribuan orang yang berkomentar itu juga pastinya membaca beritanya atau membaca sesama komentar.

Sering ditemukan ribuan orang ribut atau beradu opini, saling sanggah di kolom komentar. Artinya bukan hanya minat baca netizen tinggi tetapi kuat pula adu emosi.

Membaca tidak hanya media cetak

Zaman telah bergulir. Bahan bacaan cetak banyak berinovasi menjadi bahan bacaan digital. Contohnya platform Kompasiana ini. Platform yang menyuguhkan begitu banyak dan beragam bahan bacaan.

Bahan bacaan begitu banyak. Jika sulit dan repot membaca buku cetak, masih banyak media massa daring, e-book, novel online dan lain-lain. Semudah itu mengakses bahan bacaan di negara kita, tetapi hasil riset masih 0,001% orang Indonesia yang memiliki minat baca. 

Bacaan apa yang menjadi target? Tentu bacaan yang bermanfaat, berita aktual terpercaya, sumber belajar yang kredibel, dan lain-lain.

Gunakan kemudaan dalam mengakses bahan bacaan dengan membaca sesuatu yang dapat meng-upgrade ilmu dan diri. Sesekali membaca hiburan, tidak ada salahnya, seperti novel, cerpen, atau berita-berita selebritis yang inspiratif. Banyak public figure dengan sejuta prestasi yang dapat dijadikan motivasi. 

Jadi, bukan hanya gosip viral tetapi unfaedah yang dikonsumsi.

Merayakan Hari Aksara Nasional

Sesungguhnya, mampu membaca adalah martabat diri. Tidak mudah dibodohi dan dapat memperoleh ilmu secara mandiri tanpa dari lisan orang lain. Bagaimana merayakan Hari Aksara Nasional?

Pertama-tama tentu dimulai dari diri sendiri dulu, sudahkan menjadi pembaca yang bijak? Berapa banyak bahan bacaan yang dibaca dalam sehari, seminggu atau sebulan? Apakah membaca menjadi kebiasaan yang rutin? Coba telisik kembali diri masing-masing kemudian mulailah untuk merutinkan membaca walau hanya sedikit.

Ada beberapa komunitas menulis atau pecinta buku yang mengajak anggotanya untuk mengikuti tantangan membaca. Saya pernah ikut di beberapa komunitas. Tidak mengejar target ribuan halaman buku untuk dibaca, saya hanya ikut untuk merutinkan membaca saja. 

Setelah challenge membaca, biasanya diminta untuk mereview bahan bacaan tersebut di sosial media. Event ini recommended untuk diikuti bagi yang ingin merutinkan membaca. Seru pula bertemu dengan banyak orang-orang baru yang memiliki minat baca dengan latar belakang jenis bacaan yang variatif.

Setelah mengoreksi diri sendiri perihal kemampuan dan kemauan membaca, mulailah menebar kebaikan dan menjadi pengaruh bagi orang lain untuk gemar membaca. 

Mereview bacaan juga menjadi salah satu cara berbagi cerita dan menjadi pengaruh. Biasanya, setelah membaca/menonton review yang menarik, orang lain ingin membaca versi aslinya.

Menulis juga salah satu cara mengajak orang untuk melek aksara dan gemar membaca. Menulis sesuai kebutuhan seperti cerita, tips dan trik, resep, hal-hal tren yang sedang hangat diperbincangkan juga dapat membuka peluang orang yang membutuhkan untuk membacanya.

Demikian ulasan menjelang Hari Literasi Internasional dan Hari Aksara Nasional 8 September nanti. Semangat membaca dan berbagi kebaikan. Salam literasi bagi semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun