Mohon tunggu...
Halima Maysaroh
Halima Maysaroh Mohon Tunggu... Guru - PNS at SMP PGRI Mako

Halima Maysaroh, S. Pd., Gr. IG/Threads: @hamays_official. Pseudonym: Ha Mays. The writer of Ekamatra Sajak, Asmaraloka Biru, Sang Kala, Priangga, Prima, Suaka Margacinta, Bhinneka Asa, Suryakanta Pulau Buru

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Menanamkan Nilai-nilai Pancasila kepada Anak Dimulai dari Rumah

1 Juni 2023   07:18 Diperbarui: 4 Juni 2023   20:50 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menanamkan nilai Pancasila dimulai dari rumah | Sumber gambar dari kompas.com

Ketika anak melakukan kekeliruan dan tindak kenakalan, beri pemahaman bahwa itu sikap keliru yang melanggar aturan Tuhan. Tuhan tidak akan suka dengan sikap-sikap buruk, maka anak harus memperbaiki sikap menjadi lebih baik. Dari sini anak akan memahami mana sikap baik yang Tuhan perintahkan, dan mana sikap buruk yang Tuhan larang.

Nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan

Orang tua tidak perlu langsung jauh-jauh meminta anak untuk menilik konflik kemanusiaan yang ada di luar sana. Apalagi konflik kemanusiaan di belahan dunia lain. Tidak pula meminta anak untuk memahami permasalahan ketidakadilan hukum yang masih menjadi perbincangan hingga kini.

Nilai kemanusiaan dan keadilan dapat ditanamkan kepada anak yang dimulai dari sikap anak kepada anggota keluarga lain, misalnya sikap kepada ibu, ayah, kakak dan adik. Praktikkan bagaimana seharusnya anak bertindak, menghormati orang tua sudah suatu keharusan, tetapi bukan bentuk ototriter yang orang tua tunjukan untuk anak teladani.

Nilai kemanusiaan dapat ditunjukan kepada anak bagaimana cara menghormati, menyayangi, menolong anggota keluarga. Contohkan kepada anak untuk memanusiwikan seluruh anggota keluarga sebelum anak dapat memanusiawikan orang lain di lingkungan yang lebih luas. Contohnya kakak menyayangi adik, kakak tidak boleh semena-mena, adik juga menyayangi kakak, adik tidak merebut mainan kakak, adik harus izin jika meminjam mainan kakak dan lain sebagainya.

Orang tua juga wajib bersikap adil. Memihak salah satu anak akan menanamkan pikiran ketidakadilan di kepala si anak. Jauhkan sikap pilih kasih antara satu anak dan anak lainnya. Adil bukan berarti harus sama, misalnya anak pertama suka warna merah dan anak kedua tidak suka warna merah, ketika membeli baju tidak harus dua-duanya sama berwarna merah. Walau sama, itu bukan berarti adil. tanyakan juga warna kesukaan anak lainnya dan belilah baju sesuai warna kesukaannya.

Berteman dengan siapa saja

Beri pemahaman pada anak bahwa manusia adalah makhluk sosial yang perlu bersosialisasi atau bahasa seberhananya adalah berteman dengan orang lain. Orang di luar sana sangat banyak dan berbeda-beda. Ada yang berbeda agama, suku, ras dan lain sebagainya. Biasakan anak memiliki teman bermain dari berbagai kalangan walau dalam perbedaan. Tidak perlu menanamkan sikap bergaul dengan segolongan saja. Asal teman itu baik, bertemanlah dengan siapa saja.

Melarang anak memiliki teman yang berbeda golongan akan mempersempit pikiran anak soal persatuan yang ada dalam salah satu sila pada Pancasila itu. Bukan hanya itu, anak juga akan minim sikap toleransi karena jauhnya dari perbedaan-perbedaan. Anak akan selalu merasa golongannyalah yang paling benar tanpa dapat menghormati orang lain yang berbeda.

Mengizinkan anak berteman dengan orang baik siapa saja akan membuka wawasan anak tentang keanekaragaman di Indonesia ini. Saling menghargai perbedaan dan bertoleransi harus mulai diajarkan oleh orang tua di rumah.

Musyawarah dan mufakat

Musyawarah dan mufakat bukan hanya diperlukan dalam organisasi dan urusan kenegaraan. Di dalam rumah di mana anak lahir dan tumbuh juga diperlukan musyawarah dalam mengambil keputusan dan kesepakatan, demi membiasakan anak untuk tidak mengambil keputusan sebelah pihak saja.

Misalnya ketika liburan tiba, perlu dimusyawarahkan bersama anak-anak ke mana akan berlibur. Paparkan budget untuk liburan yang dimiliki dan destinasi-destinasi wisata yang menjadi rekomendasi. Dengan begitu anak merasa dilibatkan dan buah pikirnya dipertimbangkan. Anak tidak merasa orang tua mendominasi segala keputusan.

Jika anak sudah terbiasa memetik nilai-nilai musyawarah dan mufakat, anak tidak akan egois ketika hidup bermasyarakat nanti. Akan dapat menerima masukan dan saran yang bermanfaat dari orang lain dan dapat memutuskan suatu keputusan dengan bijaksana.

Nilai keadilan sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun