Mohon tunggu...
Hamam Khoeri
Hamam Khoeri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Tutor / Guru

Universitas Pendidikan Indonesia 18 Faculty of Art & Design Education __ photoshoot | musiccourses | __ Cimahi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tips Melatih Kemandirian Anak Belajar Online Dimasa Pandemi

3 Agustus 2021   23:44 Diperbarui: 3 Agustus 2021   23:55 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sudah kurang lebih dua tahun wabah pandemi COVID-19 melanda dunia termasuk Indonesia. Bahkan Indonesia sempat memasuki ranking teratas negara dengan kasus positif harian tertinggi di dunia. Menurut data statistik dari Worldometer, setelah Indonesia, urutan kedua kasus terbanyak ditempati oleh Brasil dengan 45.094 angka positif. Kemudian disusul Spanyol dengan 43.960 kasus (15/7).

Selain mudah menular, virus ini juga sangat berbahaya, terutama bagi penderita yang memiliki komorbid atau penyakit bawaan seperti diabetes, penyakit jantung dan ginjal ujar Epidemiolog dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Bayu Satria. Ditambah dengan munculnya varian baru dari virus ini yang lebih mudah menular dan berbahaya. "Varian delta ini selain lebih cepat menular, juga lebih berbahaya. Mulanya gejala-gejala ringan tapi perburukannya lebih cepat. Jadi misalnya mengalami sesak nafas, lalu lebih cepat memburuk kondisinya," ujar Ketua Umum PB IDI Daeng Muhammad Faqih

Dengan adanya ancaman ini, pemerintah mulai memberlakukan kebijakan-kebijakan baru untuk meminimalisir lonjakan kasus positif COVID-19 di Indonesia salah satu diantaranya yaitu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau yang lebih dikenal dengan PPKM. Hal ini tentu sangat berdampak pada segala bidang dalam masyarakat salah satunya bidang pendidikan.

Karena semua kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara daring, mulailah timbul permasalahan sosial baru. Berbagai macam kendala yang terjadi di setiap jenjang pendidikan, terutama jenjang SD dan SMP yang masih belum terbiasa dengan penggunaan gadget sebagai media pembelajaran.  Salah satunya terkait sulitnya sinyal di banyak pelosok Tanah Air. Masalah ini ternyata ikut disorot media internasional asal Amerika Serikat, New York Times. Dalam artikel yang dimuat pada 5 September 2020 ini, dikisahkan perjuangan siswi asal Yogyakarta yang harus belajar di gang sempit demi mendapat sinyal yang stabil.

Sementara itu, di Sumatera Utara, siswa harus memanjat pohon yang jaraknya 1,6 km dari desa mereka di pegunungan. Sambil bertengger di cabang tertinggi, mereka mengharapkan sinyal seluler yang cukup kuat demi merampungkan tugas mereka. kesulitan ini juga dihadapi oleh banyak anak sekolah di Nusantara. Selain terkendala akses internet, masih banyak permasalahan lain hanya umtuk sekedar bisa melaksanakan pembelajaran secara daring. Belum sampai disitu, setelah pembelajaran secara daring dilaksanakanpun masih timbul masalah lainnya yang menyangkut efektifitas dan efisiensi pelaksanaannya.

Di jenjang TK bahkan SD, masih penulis temui beberapa kasus orang tua yang menggantikan anaknya mengikuti pembelajaran daring agar anaknya tidak ketinggalan materi. Tidak menutup kemungkinan bahkan mungkin orang tuanya yang mengerjakan tugas atau PR dari gurunya tersebut. Hal ini tentu keliru, karena hanya akan menyebabkan anak ketergantungan oleh orang tuanya dan menghambat kemandirian anak dalam belajar daring.

Dikota-kota besar, umumnya anak-anak (jenjang TK sampai SD) sudah cukup handal mengoperasikan smartphone. Diantaranya sekedar membuka YouTube lalu menyaksikan video atau film favorit mereka, mengunduh dan memainkan games, bermain social media seperti Facebook atau Instagram, bahkan melakukan pembelian secara online seperti top up diamond untuk games yang mereka mainkan

Ada baiknya sebagai orang tua menyempatkan beberapa waktu untuk membimbing anak agar mereka mau dan bisa mengoperasikan gadget secara mandiri untuk keperluan belajar daring juga. Tidak hanya menemani, namun juga turut aktif menjelaskan fitur-fitur yang digunakan dalam aplikasi yang dipergunakan selama belajar daring. Sebagai penyemangat, bisa diwujudkan sedikit reward berupa makanan atau mainan jika anak berhasil atau mau mengikuti interuksi kita. Jika dilakukan secara konsisten, besar kemungkinan anak akan terbiasa bahkan mulai mencari tahu sendiri jika ada hal baru yang berkaitan dengan belajar secara daring. Bisa melalui video tutorial atau bahkan mereka tertarik untuk mengulik dan mengidentifikasi sendiri, terutama untuk anak di jenjang SD dan SMP.


Belajar secara daring memang masih memiliki banyak kekurangan dibandingkan dengan tatap muka. Ditambah banyaknya keterbatasan guru, baik dalam memberi motivasi/semangat belajar kepada siswa atau dalam penyampaian materi yang hanya melalui media elektronik. Oleh karena itu, peran orang tua dalam membimbing dan memotivasi anak disini sangat berperan penting untuk keberhasilanm anak. Penulis mengajak marilah kita bekerjasama sesuai dengan posisi kita masing-masing terutama orang tua dalam mendukung kelancaran belajar daring. Karena saat ini, semua pihak baik pemerintah dan tenaga pendidik masih terus berusaha meningkatkan pelayanan agar pembelajaran secara daring dimasa pandemi ini bisa berjalan efektif dan efisien. Sekian..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun